Selasa, 31 Desember 2019

Ketahui Filosofi Hujan Tentang Hidup dan Manusia

Ketahui Filosofi HujanTentang Hidup dan Manusia. Berhubung ini masih dalam momen "December to remember", kita ngobrolin yang melow-melow, yuuuk.

Yang nge-fans sama hujan, mana suaranya?

Apalagi kalau sudah berada di peraduan bareng kesayangan, simfoni hujan layaknya nyanyian menuju negeri impian atau teringat nostalgia kenangan yang tak terlupakanUhuk!

Jadi gini,

Beberapa waktu lalu, tepatnya Juli 2019 (tsaah, hebat dong, masih ingat, eui... Bukan karena apa-apa juga sih, thanks to ngotot scrolling, sampai jari kapalan di arsip instagram, akhirnya bisa menemukan waktu dengan tepat, hihihi) saat mengikuti writing workshop bersama penulis hits Mas Budiman Hakim (@budiman_hakim), aku pernah mendapat tugas.

"Saya akan memberikan beberapa gambar, dan tugas kalian adalah menciptakan sebuah cerita, berdasarkan gambar yang dipilih. Sebuah tulisan singkat, padat dan sarat manfaat"

Begitulah kira-kira titah beliau.

Wow! Aku nyaris lupa bernafas saat mendapat titah ini, karena eh karena terbiasa dengan rentang waktu lebih dari 1x24 jam untuk menghasilkan tulisan.

Yup, aku tidak tahu namanya ini, kekuatan atau kelemahan, durasi panjang kerap aku butuhkan untuk menghasilkan artikel, terutama untuk kategori evergreen content.

Saat itu, aku memilih gambar dengan hujan sebagai latar belakang.

Yang terpikir adalah tentang filosofi hujan!


Hujan dan Usia Belasan

Saat usia belasan, keadaan ekonomi keluargaku bisa dikatakan sangat pas-pasan. Dengan 4 buah hati, ibu yang seorang guru merangkap CEO [CEO, catat!] kudu melakukan segala cara untuk menghemat biaya kehidupan diantaranya memastikan kami sehat wal'afiat dengan cara say no to dancing in the rain. Bahahaha.

... and you know what, luar biasanya, semakin dilarang gejolak hati semakin liar dan garang! Oh, forgive me My Lord!

Jadi...

Satu-satunya cara adalah ketika ibu masih di sekolah, dan hujan yang memang penuh perhatian pun bertandang, aku yang kebetulan sekolah siang (masuknya jam 1), bisa dipastikan, menuntaskan kerinduan yang terpendam.

Agar tak ketahuan, biasanya aku hanya menggunakan underwear, lalu usai hujan-hujanan aku peras tuh sampai keriting biar gampang kering, lalu aku sembunyikan. Selaku perempuan tertua yang in charge of laundry di rumah, gampang lah urusannya, bahahaha.

Demikianlah sekilas kenanganku tentang hujan di usia belasan, kalau kamu?

Filosofi Hujan

Kembali ke laptop!

Jadi, pas dapat tugas di atas, jariku langsung menari, mengetikkan kata kunci "filosofi hujan".

... lalu menemukan tulisan inspiratif dari idntimes.com tentang 9 filosofi yang diajarkan hujan tentang hidup dan manusia!

Cobalah mengetikkan "filosofi hujan", pastilah kalian akan menemukan artikel yang hampir sama.

Kali ini aku pun akan mengutip artikel yang sama, hanya dengan sedikit polesan ala-ala cushion skincare hihihi.

Setelah membaca artikel idntimes itu, angan langsung membawaku ke beberapa adegan film yang pernah aku tonton di Pride and Prejudice dengan moral cerita bahaya buruk sangka, adegan hujan juga ada di sana.

Pernahkah kamu perhatikan?

Umumnya, dalam adegan film, hujan memang selalu diidentikkan dengan kesedihan.

... saat momen termenung, momen merenung.

Baidewei, subway,

Mengapa ya orang-orang (termasuk aku) mendadak jadi filosofis dan intelek ketika hujan mulai jatuh?

Mengapa para penulis  dan penyair langsung terinspirasi menuangkan karya saat rintik hujan menyapa semesta atau kala mengecup mesra panel jendela?

... selalu saja hujan untuk mewakili kesedihan.

Eh, ada tambahan ding, juga mewakili kesensualan!

Apakah karena hujan yang sangat artistik atau karena sesuatu di dalam sini, something inside us, giccu?


Hujan memang memiliki konotasi berbeda pada setiap orang!

Ajaibnya, hujan juga mampu memberikan persamaan, mampu melahirkan perbedaan emosi.

Tapi, hei, pernahkah kamu memikirkan hal-hal baik dari nyanyian hujan?

Yuk intip rangkaian filosofi hujan berikut ini ala idntimes.com.

1. Meski jatuh berkali-kali, hujan tidak pernah menyerah

Yup, hujan itu turun dan jatuh terus-menerus. Hujan terus mencoba meskipun sudah terus-menerus jatuh. Terus turun, tanpa menyerah.

Moral hujan, "Teruslah mencoba, tanpa pernah menyerah. Selalu kuat dan tabah untuk meraih sesuatu!

2. Hujan turun setelah kemarau panjang. Kesabaran adalah koentji!

Apa yang terjadi jika hujan tak pernah sampai ke bumi. Bumi kering kerontang, gersang! Untunglah hujan datang mengusir kemarau panjang.

... dan kehidupan pun berangsur, dari kesulitan dan kesengsaraan.

Jadilah penolong atau paling tidak penghibur bagi orang yang benar-benar membutuhkan!

3. Hujan mampu memberi rasa dingin

Usai panas seharian, hujan turun berbagi kesejukan. Cuaca berubah, hawa menjadi dingin dan nyaman.

Sudah selayaknya, belajar dari hujan, hindari menyelimuti diri dengan amarah. Cobalah santai dalam menyikapi suasana!

Belajar menjadi sosok memesona!

4. Hujanpun bisa marah kalau manusia tidak ramah

Wah kalau ini sudah sering terbukti ya!

Seperti manusia, hujan yang merupakan bagian dari alam pun bisa lho marah. Ketika benar-benar tidak ada lagi yang perduli dengan alam sekitar, hujan pun bertindak sangar. Menumpahkan kekesalan secara bar-bar. Menghempaskan apa saja. Membawanya larut serta.

Sebagai manusia kudu mampu menjaga perasaan orang lain juga, karena setiap orang punya limit!

5. Bau hujan menyenangkan, meski sederhana namun menenangkan

Sebagian orang terkadang luput menikmati ini. Menyesapi aroma hujan ketika mengecup bumi.

Belajarlah jadi pribadi yang menyenangkan karena umumnya orang gemar dengan sosok-sosok yang memesona, menyenangkan!


6. Hujan datang untuk menyejukkan bumi, bermanfaat bagi material lain

Meski hujan tidak selalu datang, tetapi kehadirannya sangat dinantikan. Terutama pelukan kesejukan.

Yuk belajar dari hujan yang datang dan muncul untuk membawa dan berbagi rasa senang.

7. Hujan turun karena tahu bumi sangat membutuhkan

Pasca kemarau panjang, hujan akan turun untuk menghijaukan. Karena tahu bumi sangat membutuhkan.

Jadilah seperti hujan yang siap mengulurkan bantuan kepada keluarga atau handai tolan!

8. Banyak orang mengeluh terhadap hujan, tetapi hujan tetap akan datang

Janganlah gentar melakukan kebaikan!

Selama itu mendatangkan kebaikan, teruslah lakukan, meski ada beberapa orang yang tidak berkenan.

9. Hujan tidak kenal waktu

Hujan turun tidak mengenal waktu dan mengerti apa yang sedang manusia lakukan. Hujan turun dengan kehendak Tuhan.

Maka, sebaiknya kita juga seharusnya dapat menerima hujan dan hal baik datang, tanpa pernah memaksakan waktu sesuai dengan yang kita inginkan.

Mari mulai melihat hal-hal di sekitar kita dengan cara positif, agar pandai bersyukur dan bahagia dalam menjalani kehidupan fana!

Semoga kita semua bisa memetik pelajaran dari filosofi hujan.

Kamis, 12 Desember 2019

Awarding Journalist Competition Regional Balikpapan 2019

"Ibu, besok pakai baju yang kece ya bu"

Sebuah pesan masuk dari mba Lana Senja Indah, CSR Officer Astra Honda Motor Balikpapan.

"Bisa ajak suami plus anakkah?" Aku bertanya sekaligus membalas chat Lana.

"Ajaaak ajaaa... bu Rosanna"

Alhamdullillah, rasanya gimana giccu ya, kalau sesekali bisa bawa suami dan anak ke event blogger. Heaven, indeed!

Sekaligus mau memberi bocoran, bagaimana sebenarnya sih gambaran dari sebagian aktivitas seorang blogger itu, tsaaah *kibasponi.

Apalagi khusus malam ini adalah momen amat spesial, malam penganugerahan pemenang Journalist Competition Regional Balikpapan 2019 oleh PT Astra Honda Motor Balikpapan, dan aku ingin sekali membaginya dengan sosok-sosok istimewa, suami dan putriku semata wayang.

Journalist Competition Regional Balikpapan 2019

Terbayang lagi keseruan malam itu, malam Awarding Journalist Competition Regional Balikpapan, 29 November 2019 lalu, di Platinum Hotel & Convention Hall, yang dihadiri sebagian besar oleh para nominasi jurnalis media, blogger dan jajaran managemen Astra Honda Motor Balikpapan.

Di Balikpapan sendiri event ini sudah memasuki tahun kedua. Sebelumnya pada tahun 2016, yang disabet oleh mba Nur Chandra, wartawati Balikpapan Pos.

Alhamdullillah, di tahun 2019 ini, tahun pertama aku berpartisipasi sekaligus diberi amanah menjadi pemenang utama Journalist Competition Regional Balikpapan 2019, kategori Blogger.

journalist competition regional balikpapan 2019

journalist competition regional balikpapan 2019

journalist competition regional balikpapan 2019

Malam anugerah ini berlangsung di grand ballroom 3 hotel Platinum. Iya, di tempat ini jugalah kami blogger Balikpapan merayakan Blogger Day 2019, tepatnya di Platinum hotel rooftop Balikpapan, 27 Oktober 2019, lalu.

Bedanya, dalam event kali ini, sebelum sampai di hotel, kami sempat mengalami sedikit drama.

Macet, pemirsah!

Padahal, hanya tinggal berjarak kira-kira 3km saja lho dari tkp, hotel Platinum. Ini sekaligus pelajaran buat aku, kudu memasukkan macet sebagai variabel [variabel] dalam memperhitungkan jam berangkat agar bisa tepat waktu.

Kebetulan jalur yang kami lalui memang melewati pasar dan pas jam pulang karyawan, Jadi, bisa dikatakan kombinasi yang sempurna, indeed.

Baidewei, subway,

Ini adalah pengalaman pertama aku mengalami macet yang haqiqi di Balikpapan, bahahaha.

Menurut hubby, lokasi hotel Platinum memang femes sebagai daerah yang rawan macet, namun sungguh aku tak mengira, akan menjadi bagian dari cerita itu.

Setelah berjibaku hampir kurang lebih 1 jam akhirnya kami tiba juga di grand ballroom 3 hotel Platinum. Untunglah, baru sedikit yang hadir. Sebelumnya, aku sudah risau banget, karena insiden macet tadi.

Mba Lana langsung menghampiri aku dan keluarga sekaligus mempersilahkan mencicipi hidangan. Mantul banget ini, karena "kampung tengah" memang sudah mulai "beraksi", hihihi.

Oh iya, Journalist Competition ini adalah event nasional Astra Motor namun untuk setiap regional diberi kebebasan untuk melaksanakan kompetisi sendiri.

Jadi, untuk wilayah Kalimantan Timur meliputi Balikpapan, Samarinda, Penajam Paser Utara, Paser, Tarakan Berau dan Nunukan.

Kompetisi ini sendiri diluncurkan saat Media Gathering di bulan Mei 2019 lalu dan hanya fokus untuk media jurnalis cetak online/offline dan jurnalis foto cetak/online.


journalist competition regional balikpapan 2019

"Untuk blogger tidak disupport pusat ibu, jadi untuk kategori blogger merupakan kebijakan Astra Motor Balikpapan" Lana Senja Indah, menambahkan

Semoga di 2020 Corporate Communication (CorCom) Astra Pusat mempertimbangkan dan memberikan apresiasi juga bagi aktivis content creator digital marketing seperti aku dan sahabat blogger lainnya. Aamiin.

"Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan jurnalis dan teman-teman semua, sudah meluangkan waktunya, malam-malam hadir di sini"

Teringat lagi pernyataan pembuka Darma Wijaya selaku Region Head Astra Honda Motor Balikpapan malam itu.

"Ajang ini adalah bentuk apresiasi dari Astra Motor Honda Balikpapan kepada jurnalis. Tetaplah semangat dan memberikan support melalui karya tulisan dan foto! Dan, semua adalah pemenang, hanya waktu yang membedakan" Darma Wijaya menambahkan lagi.

journalist competition regional balikpapan 2019

"Persaingan mengumpulkan point juga sangat sengit" Lana Senja Indah menambahkan.

journalist competition regional balikpapan 2019

Sebelum mengumumkan pemenang, Lana juga mengingatkan kembali  kriteria penilaian pemenang yang memang sudah diberitahukan ketika monthly gathering dan buka puasa bersama di bulan Mei lalu.

Saat itu jugalah journalist competition regional Balikpapan 2019 resmi dimulai!

journalist competition regional balikpapan 2019

Untuk menggenapkan sukacita acara malam itu Astra Honda Motor Balikpapan juga menghadirkan sepasang penari dan mengajak para nominasi jurnalis uji nyali menirukan gerakan penari. Seru!

Berikut susunan pemenang journalist competition regional Balikpapan 2019 Astra Honda Motor Balikpapan selengkapnya:

journalist competition regional balikpapan 2019

Dalam kesempatan lomba journalist competition regional Balikpapan tahun 2019 ini aku memasukkan 3 artikel yaitu ketika menghadiri keseruan Konferensi Pers Honda Genio dan Honda ADV 150, berbagi prestasi AHASS Raih Diamond Service Quality Award 2019 dan terakhir nongki cantik di event Honda Bikers Day 2019 Regional Kalimantan.

Ini dia beberapa momen kece yang terekam malam itu!



Dukungan Keluarga

Aku sepenuhnya percaya, pencapaian ini sepenuhnya berkat dukungan keluarga kecilku, terutama buat hubby, Muhammad Iqbal Pohan, yang selalu memberiku kepercayaan dan dukungan moral dan spiritual terhadap aktivitas blogger sang isteri, bahkan pernah sampai lintas propinsi. Terima kasih ya, hasian, haholongan.

Juga putriku, Nabila Yasmin Pohan, yang sering aku minta tolong membereskan sebagian urusan rumah tangga, pas aku ada event blogger. Highly appreciate, pumpkin!

journalist competition regional balikpapan 2019

Oh iya, menurut Region Head Astra Honda Motor Balikpapan, Darma Wijaya, kompetisi ini juga akan dilanjutkan di tahun 2020.

Jadi, sampai jumpa di Journalist Competition Regional Balikpapan 2020 ya!

Eits hampir lupa, apakah ada event yang sama di daerahmu?

Share yuk di kolom komentar...

Senin, 02 Desember 2019

Ketahui Urgensi Second Opinion dari Dokter Lain

Aku pernah menonton tayangan serial yang diinspirasi oleh kejadian sebenarnya di saluran National Geographic.

Tayangan tentang kesalahan penegakan diagnosis dan perbedaan penatalaksanaan pengobatan dokter yang satu berbeda dengan dokter lainnya.

Inilah kenapa pentingnya second opinion dari dokter lain itu!

urgensi second opinion

Kejadian overdiagnosis, overtreatment serta wrong diagnosis ini, bahkan terjadi di negara yang paling maju dalam dunia kedokteran, Amerika!

Namun, terus terang tidak pernah terbersit sekalipun dalam hatiku bahwa aku akan menjadi bagian dari kisah itu.

Begini ceritanya...

Adrenalinku langsung meningkat, ketika di suatu hari, di bulan Agustus 2019, aku merasa dada sebelah kanan sakit. Kalau sebelah kiri, biasanya jantung kan ya, tapi tetap sih harus diperiksa juga untuk menegakkan diagnosa.

Fine, mungkin aku kecapekan. Di skip dong yak. Tetap lanjut, kerja keras bagai kuda! Bahahaha.

Eh, beberapa hari kemudian, serangan itu datang lagi, kali ini dengan jarak yang agak berdekatan. Kalau sebelumnya seminggu sekali, eh sekarang malah berani dua hari sekali.

Hmmm... something is going wrong, batinku.

Please, jangan lagi harus opname seperti saat alami pengalaman bedah mulut infeksi akut, karena menganggap sepele masalah geraham dan akhirnya harus masuk ruang operasi untuk eksekusi bedah mulut gigi geraham.

Cukup sekalilah kalau mau 'jatuh', yekan, pemirsah. Kalau berkali-kali, namanya mah doyan, bahahaha.

Tapi harapanku tinggal harapan...

Beberapa hari kemudian, kini plus batuk berdahak lagi.

"Bunda, ke dokter saja, biar cepat sembuh. Ntar, bisa serumah lho ketularan"

Cogan di rumah, rupanya mulai khawatir akan kecipratan virus.

Baiqlah! Akhirnya kami ke faskes 1 dong ya. Diagnosa sementara, bisa ditebak lah, flu dan batuk!

Namun, setelah seluruh obat habis, batuk membahana dan sakit di dada masih betah juga, meski saran dokter sudah aku patuhi.

Tahukan ya, sarannya? Iya itu, standard lah bahahaha. Kurangi gorengan, perbanyak buah dan sayur, cukup istirahat, hindari stress, hindari cogan eh endebrai, endebrai.

Kali ini, aku yang geregetan, mengajak cogan ke klinik lagi, karena batuk ini sungguh menyiksaku, apalagi kalau pas ada event, suara batukku, duh, bikin tengsin, if you know what I mean.

Terkadang tubuhku sampai bergetar saat aku melawan keinginan batuk, karena serangannya itu seperti jailangkun* datang tidak djemput, pulang tidak diantar!

Dan, ketika obat sesi 2 habis, batukku juga belum sembuh!

Ini belum pernah terjadi dalam rimba persilatan eh perjalanan hidupku, sebelumnya. Tak pernah aku mengunjungi dokter selama 2 kali dan belum kunjung sembuh-sembuh flu dan batuknya. Never!

Again, I am suspicious dong yak!

Di kunjungan ke 3, rupanya dokter klinik faskes 1 juga sepakat, aku lalu dirujuk ke dokter spesialis paru (Sp.P) di salah satu rumah sakit di Balikpapan.

Ekspektasi versus Realita
Sebelumnya aku sudah pernah berobat ke rumah sakit ini. Jadi, sudah dapat gambaran bagaimana administrasi yang akan dijalani.

Dalam kesempatan pertama ini aku menuruti masukan petugas registrasi, karena saat itu, aku sebut saja Dr. Y Sp.P (Spesialis Paru) yang bisa langsung menangani, sementara Dr X  Sp.P praktek jam 4 sore hari. So, I got no choice but to accept.

Entah kenapa batinku itu condong ke dokter kedua, karena menurut petugas resgistrasi, Dr Y, sudah sepuh banget keadaannya.

Hari itu aku datang cepat, sekitar jam 8 sudah tiba dan langsung lapor di registrasi. Pengen banget langsung ditangani, karena itu tadi, batuk ini menyiksaku!

Pagi itu, ruangan registrasi memang sedang lengang. Atau mungkin karena masih pagi ya, hmmm. Benarlah, aku langsung dilayani dan langsung mendapatkan nomor antri.

Ruangan dokter Y berada di gedung sebelah. Dekat kog, tak sampai 5 menit aku sudah tiba. Ternyata ada banyak ruangan dokter praktek di sini, dan untuk spesialis paru lokasinya paling ujung, dekat jalan ke luar.

Dalam hati aku agak kaget sih, "Kog ruang tunggu dokter Y belum ada pasien ya...?"

Sementara ruangan tunggu dokter di sebelahnya, kebetulan dokter kandungan. Duh, bejibun.

Sesaat aku ingat pengalaman yang sama, saat konsultasi ke dokter kandungan. Antri bahkan sampai tengah malam sudah menjadi bagian dari gaya hidup, bahahaha.

Aku melirik ruangan suster. Tak ada orang di sana. Aku segera beranjak ke ruangan sebelah dan bertanya pada suster.

"Mba, suster spesialis paru di mana ya?

"Oh, mungkin lagi ke ruangan lain, bu. Tunggu saja, sebentar beliau kembali. Soalnya tadi saya lihat sudah hadir"

"Baiklah, mba. Terima kasih ya"

Tak berapa lama seorang lelaki sepuh mengenakan tongkat masuk ke ruangan suster.

Aku langsung mengikutinya.

"Mba mau berobat?" Tanya beliau

"Iya, Pak"

Aku lalu menyodorkan berkas dari bagian registrasi.

"Mba, harus kembali ke bagian registrasi lagi dan melengkapi berkas ya, biar bisa dilayani"

"Haaa, lha saya ini baru dari registrasi Pak dan diarahkan ke sini"

"Oh, tidak bisa mba, nanti saya tidak dibayar BPJS, kalau cuma begini saja"

"Haa, begitu ya, Pak" Ini kog sampai bawa-bawa pembayaran BPJS segala, batinku. Hmmm, totally weird!

"Iya, mba"

Usai berkata begitu bapak sepuh dengan tongkat itu pun masuk ke dalam ruangan dokter meninggalkan aku yang termangu-mangu, takjub, bahahaha.

"Duh, jangan-jangan, itu tadi dokter Y, pikirku"

Untunglah aku tak perlu lama larut dalam kebingungan. Seorang suster senior masuk dan aku langsung menghampiri.

"Mba, saya tidak mengerti nih, kog saya diminta kembali ke registrasi lagi ya"

"Siapa yang bilang bu?

"Tadi ada bapak tua dengan tongkat yang sekarang ada di dalam ruangan sana"

"Oh itu dokter Y!"

Nah, benar kan dugaanku!

"Mohon maaf ya bu, beliau memang belum mengerti dengan administrasi. Coba sini berikan berkas ibu"

Aku lalu menyerahkan berkas. Suster lalu memeriksa sembari membolak-balik dan memberikan catatan.

"Ibu ikut saya ya, kita sama-sama masuk ke dalam"

Suster itu pun berdiri dan aku segera mengikuti.

"Pagi dokter. Ini ada pasien baru, ibu Rosanna Simanjuntak"

Kali ini dokter Y tidak berkata apa-apa lagi. Aku langsung duduk dihadapan beliau dan curhat panjang kali lebar, buahahaha.

Sambil mendengarkan curhatku, dokter Y hanya diam, mendengarkan, lalu menulis di rekam medisku.

Kemudian, aku diminta melakukan rontgen di ruang sebelah.

Di ruang ganti pakaian, aku diwajibkan membuka atasan dan jeroan, meski braku tanpa kawat, bahahaha, menggantinya dengan atasan standard ruangan rontgen

Juga diminta membuka jilbab, karena ada payetnya. Sebagai gantinya aku memakai jilbab standard rontgen yang juga sudah tersedia.

Proses rontgen hanya sebentar, sekitar 5 menit.

Dengan berbekal catatan kecil aku kembali ke ruangan suster.

"Hari ini, ibu bisa pulang karena pembacaan hasil rontgen akan dilakukan besok hari"

"Waduh, jadi saya harus kembali lagi ya?"

"Iya, bu. Untuk peserta BPJS memang kudu harus kembali, karena biasanya hasil rontgen didapatkan sore hari, sementara sore hari dokternya sudah lain lagi, dokter X"

"Tak bisakah aku dapat obat, mba. Batukku ini sungguh sangat mengganggu" Pintaku ke suster.

"Maaf bu, belum bisa, karena pemberian obat biasanya berdasarkan hasil rontgen. Dan kalau bisa besok ibu cepat hadir ya"

Jadilah hari itu aku pulang ke rumah tanpa obat dan dengan batuk yang masih membahana. Padahal aku ingin banget cepat sembuh karena dalam beberapa hari ke depan akan ada perhelatan perdana ASUS Vivobook Ultra A412 di Balikpapan. Sungguh aku ingin sekali menjadi bagian keseruan event hits ini!

Pembacaan Hasil Rontgen oleh Dokter Y Sp.P 
Pagi ini, pas mau berangkat ke dokter, aku intip ember cucian sudah menggunung, dan aku putuskan untuk menghempaskannya, hahaha.

Walhasil aku jadi agak telat ke rumah sakit, tak bisa memenuhi saran ibu suster.

"Pagi, mba. Ini saya yang kemarin, Rosanna Simanjuntak"

"Oh, sayang sekali bu, dokter Y baru saja pergi. Kemarin kan saya ingatkan untuk datang lebih pagi"

Duh, rasanya aku mau menangis bombay, "tiang, mana tiang?" Tapi yang keluar suara batukku yang membahana di ruangan suster itu.

"Jadi, gimana sebaiknya, suster?" Suaraku memelas, menyadari kesalahan sendiri

"Sebentar saya lihat ke dalam ruangan dokter ya, biasanya kalau teh dan kue dokter masih ada, beliau biasanya akan kembali lagi"

Usai berkata, suster langsung beranjak ke ruangan dokter dan kembali dengan binar mata ceria.

"Ibu lagi beruntung nih, dokter sepertinya akan kembali, silahkan ditunggu ya bu"

Benarlah, hampir satu jam setengah aku menunggu, dokter Y pun tiba.

"Ini hasil rontgennya bagus" Kata dokter sambil memperlihatkan foto rontgen.

"Maksud dokter, saya, saya tidak apa-apa?" Tanyaku separuh tidak yakin. Again, another weird!

Beliau hanya diam saja sambil menulis-nulis resep. Aku memutuskan ikut diam juga, meski kepo sudah naik ke ubun-ubun. Ntar dikira pasien bawel lagi.

Padahal menurut artikel yang pernah aku baca, pasien punya hak lho mengetahui penyakit, memahami rencana terapi yang akan diberikan, memilih alternatif terapi yang ada, menanyakan terapi nonfarmakologis (non obat-obatan yang bisa dilakukan sehari-hari) serta memahami peluang kesembuhan.

Kembali ke laptop!

Aku lalu diberikan obat dan alhamdullillah, semua tersedia di rumah sakit.

Selama 3 hari aku meminum obat dari beliau, tidak ada tanda-tanda kesembuhan!

Ada apa ini?

Pentingnya Second Opinion dari Dokter Lain
Seperti biasa kalau aku mengalami keluhan pasti akan mencari sumber literasi di internet. Dan merujuk ke surat hasil pengantar rontgen yang aku baca, diagnosa sementara Bronchopneumonia Dextra. Untung bukan berondong, ya, hihihi.

Dengan berbekal sedikit pencerahan dari internet, jadi, aku ikhtiar lagi, cari second opinion dari dokter lain, pemirsah!

Namun masih ke rumah sakit yang sama, karena memang lokasinya yang strategis di tengah kota, mudah dijangkau alat transportasi publik, jaga-jaga kalau cogan tidak bisa mengantar.

Kali ini mengikuti kata hati, memilih dokter X.

Iya, pemirsah, main hati! Hihihi.

Meski di dalam hati aku masih bingung, kenapa terapi obat dokter Y belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan yaaa... Hmmm.

Apakah dokter juga seperti jodoh? Cocok-cocokkan, giccu?

Aku lalu konsultasi dengan bagian registrasi dan mengutarakan ingin mengganti dokter spesialis paru!

Dari petugas aku mendapat keterangan jika sudah memutuskan untuk mengganti dokter maka untuk kunjungan selanjutnya dengan surat rujukan yang sama, tidak boleh mengganti dokter lagi. Jadi, hanya ada 1 kesempatan. Duh, kayak babak final kuis saja ya.

Kebetulan hari itu giliran dokter Sp.P X yang praktek, jadi klop deh!

Meski sama-sama dokter Sp.P kedua dokter ini memang punya kesan yang berbeda. Dokter X sedikit lebih humanis dan informatif serta ganteng, eh gimana, hihihi.

Usai curhat tentang batuk dan sakit di dada yang tak kunjung sembuh meski sudah hampir satu bulan, dokter X langsung meminta daftar obat yang telah aku konsumsi.

Jadi, kalau mau second opinion ke dokter lain, pastikan bawa daftar obat, hasil lab (jika ada) serta keterangan lain yang bisa membantu.

"Lho, kog ada tetrasiklin, inikan sudah dilarang " Kata beliau agak kencang ketika melihat daftar obat yang aku sodorkan.

Tentu saja aku kaget sekali, karena obat antibiotik tetrasiklin itu sudah aku habiskan semua.

"Waduh, dok, itu obatnya sudah aku habiskan semua" Aku menjawab tak kalah kencang.

"Iya, saya juga heran, tetrasiklin ini antibiotik yang sudah lama dilarang. Ini saya ganti semua ya obatnya. Namun nanti agak lama nunggunya, karena ini harus diracik, terdiri dari berbagai obat"

"Iya dokter, tidak apa-apa. Yang penting saya sembuh dok!"

"Saya jamin minum obat ini sampai selesai, pasti sembuh!"

Suara dokter sangat meyakinkan. Mendengarnya saja aku juga ikut tersedot aura haqqulyaqin yakin beliau. Sungguh!

Alhamdullilah, baru satu hari (dari dosis 5 hari) aku konsumsi obat beliau, kondisi aku berangsur  lebih baik dan akhirnya bisa beraktivitas kembali dengan normal sehingga bisa menghadiri event perdana brand laptop yang dengannya aku bersinergi mengukir prestasi bersama X201e ASUS

Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan obat ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan penderita.

Tetapi lain cerita jika menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa, maka harus menjadi perhatian!

Itulah kenapa penting banget second opinion dengan dokter lain tentang permasalahan kesehatan tertentu yang belum pernah terselesaikan!

Baidewei, subway, pernahkah kamu mengalami hal serupa?

Share di kolom komentar, skuy!