Tampilkan postingan dengan label Saudi Arabia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saudi Arabia. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Desember 2016

Bahasa Untuk Taklukkan Dunia



Taklukkan Dunia

Bahasa Untuk Taklukkan Dunia. "Bunda, malam ini cepat istirahat ya, kan besok mau berangkat, perjalanan panjang lagi, so kudu jaga stamina!"

"Siap, Bang"

Begitulah pak suami a.k.a Bang Iqbal panggilan mesra akyuuu (hmmm... mulai pamer kemesraan dia) memberi lampu kuning agar aku tidak kebablasan di depan leppi. Besok kami mau memulai petualangan baru, ke Singapore, Malaysia dan balik lagi ke Singapore lanjut ke Jeddah Saudi Arabia.

*****

Aku melirik alarm jam 5 subuh, menyeret kaki bergegas ke kamar mandi. Hari ini mandinya agak ekstra kakaa... hahaha... soalnya mo ke luar negeri. Hihihi... katrok yaaa... Hush, sirik aja loe!

Iya, ini adalah pengalaman pertama aku terbang bareng hubby ke Jeddah Saudi Arabia via Singapore. 

Entah mengapa hatiku seperti dibawa ke momen kenal pertama kali dengan doi setelah beberapa tahun berpisah, suatu hari di tahun 1993.

Dag, dig, dug, der gitu. Hal seperti ini juga aku alami saat tahun-tahun pertama pernikahan kami, terutama saat menjelang jam kantor usai dan doi akan tiba di rumah. Momen mendengar ketukan, menyambutnya dan memberikan dekapan di bibir pintu. Meski doi masih bau keringat. Entah mengapa aku suka banget dengan sinergi bau parfum dan keringat tubuh doi. Hayyyaa... 

Kembali ke laptop!

Pesawat yang kami tumpangi, Silk Air juga merupakan pengalaman pertama. Tak pernah terbersit untuk bisa terbang dengannya karena harganya yang jauh nun jauh... di atas harga rata-rata. Jadi, komplit banget 'menu' hari ini. Semua serba perdana.

Aku percaya pengalaman pertama pasti akan menorehkan banyak cerita, rasanya tak sabar ya ingin segera mengecapnya, sedikit demi sedikit dengan hati, biar sampai juga... ke hati, setuju?

Hal itu sudah bermula saat kami tiba di bandara Sepinggan Balikpapan. Ruang tunggu keberangkatan internasional yang dulu hanya bisa aku tatap dari kejauhan, saat ini ke sanalah kaki melangkah. 

Saat memasuki peron terminal adrenalin sudah mulai ambil kendali, jantungku berloncatan seperti mau ke luar dari diri. Ahhh... luar biasa ya saat emosi kendalikan diri.

Subhanallah, Subhanallah hanya itu yang terlintas di hati. 

Ternyata kami penumpang pertama yang tiba, tak ayal lagi kami langsung mengeksplor ruang tunggu yang didesain apik menggunakan warna putih dan hijau pupus.

"Bunda, ntar di Singapore kayaknya bunda nih yang paling banyak bicara"

"Iya, gak apa-apa, Bang"

"Coba Abang bisa bahasa Inggris ya, pasti bisa banyak membantu"

"Diniatkan saja dulu, niat yang kuat, diikuti usaha, Bang, Insya Allah pasti bisa!"

"Ntar, jangan diketawain ya!"

"Nggak laaa"

Aku jadi ingat pengalamanku dulu saat duduk di SMP dan SMA. Saat itu alergi banget sama pelajaran bahasa Inggris, padahal pengen banget keliling dunia. Konyol banget kan ya! Yaa... namanya juga masih anak-anak. 

Kini, aku sadari betapa beruntungnya aku punya kemampuan itu meski perlu perbaikan, terutama dengan tata bahasa (grammar) yang masih berantakan. Tapi menurut www.duaransel.com, situs travel hit, bahasa travel itu tak perlu yang rumit. Cukup mantapkan bahasa Inggris, bahasa dan aksara setempat sedikit, bahasa tubuh dan jari dan... tarrraaa nekad. Hahaha... aku suka banget bagian terakhir ini.

Jadi sekali lagi, dalam dunia pelancongan apalagi yang doyan backpacker, bahasa Inggris is a must, bahkan saking pentingnya, Kementrian Pariwisata Republik Indonesia bahkan merilis situs pariwisata resmi Indonesia Travel. Jadi, suatu saat ada turis yang tanya tentang Seminyak Bali bisa langsung meluncur ke situ.

Aku sendiri malah belum pernah ke sana. Semoga tahun 2017 ini, hobbi ngeblog bisa membawaku ke tempat-tempat impian lainnya seperti Lombok, Belitung dan Raja Ampat. Aamiin.

Tak berapa lama panggilan penumpang agar segera masuk pesawat bergema, penerbangan ke Singapore akan kami tempuh selama 2 jam. 

Begitu tiba dipintu pesawat dua awak kabin menyapa dengan senyum tulus dan ramah. Peranakan India dan Melayu. Wow, what a perfect combination ya, ASEAN, banget!

Betulkan prediksi aku, penumpang pesawat yang masuk notabene ekspatriat melulu. Kami seperti tersesat dan tak bisa bangkit lagi

Tempat duduk lega dan kabin bersih segera terekam dan mendadak rasa nyaman menyergap.

Aku menanti sesi demo para awak kabin yang biasa disuguhkan di pesawat domestik. Namun, tidak kali ini. Semua demo tersaji lewat pesawat TV di depan kami. 

Pesawat take off sempurna, meski cuaca sedikit mendung kelabu,  menambah suasana di kabin semakin syahdu. Halah!

Taklukkan Dunia

Beberapa menit berlalu, suasana syahdu berpadu dengan sesuatu yang diseret, semakin dekat, dekat dan... saatnya sarapan... di pesawat. Ciee...cie...

Taklukkan Dunia


Karena cuaca mendung aku memutuskan membaca inflight magazine dan segera larut dalam petualangan yang beberapa di antaranya menggunakan bahasa Inggris. Kembali kemampuan bahasa aku diuji.

Terbukti, menguasai bahasa travel, utamanya bahasa Inggris memang punya nilai plus apalagi jika kita punya hobbi berkelana ke manca negara ya, kakaa...


Kembali rasa penasaran berkejaran, gerangan pengalaman apakah yang sedang menantiku di depan?

Etapi, kapan nih kamu belajar bahasa Inggris?

Taklukkan Dunia

Jumat, 12 Agustus 2016

Road to Saudi Arabia (2) Pemenang Utama Changi Travel Quest

Pemenang Utama Changi Travel Quest

Pemenang Utama Changi Travel Quest

Road to Saudi Arabia (2) Pemenang Utama Changi Travel Quest. Sejak saat itu, hari-hariku semakin penuh warna-warni. Memeriksa email menjadi ritual setiap hari. Tak ingin mengulang pengalaman yang nyaris berakhir ngeri.

Biar nyambung baca juga yang ini ya kakaaa....

Benar sekali, menjelang seminggu berlalu, email kepastian aku dapatkan, menjadi pemenang utama, kontes dunia maya lintas geografi #ChangiTravelQuest oleh fanspage salah satu bandara ternama dan terbaik di dunia, Changi Airport. Hadiahnya travelling to Jeddah, Saudi Arabia!

Baru kali ini aku mengalami pengalaman memenangkan kuis online yang luar biasa dan aku rasa aku harus berbagi kepada dunia! Bukan apa-apa, masih terbayang seluruh usaha dan tenaga yang selama sebulan telah aku curahkan, dengan bantuan netbook yang lebih dari 3 tahun menemaniku ASUS X201E akhirnya membuahkan kemenangan.

Semoga bisa menginspirasi, bahwa sekali lagi hasil tidak akan pernah mengkhianati kerja keras, dan ridho Ilaahi Robbi, tentu saja. Sungguh!

Alhamdullilah.

Berbarengan dengan email pernyataan pemenang, 2 lembar lampiran surat pernyataan juga aku dapatkan dan all in English, sodarah-sodarah. Aku juga diminta menyimpan sementara informasi kemenangan ini alias jangan dipublish sebelum fanspage Changi merilisnya secara offisial demi kenyamanan pembaca dan para fans lintas negara. Begh, cadas banget nih rulesnya.

Butuh beberapa kali aku mengulang-ulang membaca surat ini, takut kalau-kalau ada yang salah interpretasi (eh, benar apa nggak sih nulisnya) Hahaha... Sepertinya Changi juga memahami kenyataan ini, mereka memberikan waktu kira-kira seminggu agar bisa diemail kembali.

Setelah hakkul yakin sekali, suratpun siap ditandatangani, diemail beserta persyaratan lain seperti fotokopi halaman pertama pasport dan nomor HP.

Meski sudah disebutkan sebelumnya bahwa pemenang bisa mengajak satu teman, tapi tetap saja euphoria itu terus bergema di dada apalagi saat membaca email resmi kemenangan ini. Wajah anakku Yasmin dan suamiku berganti-ganti bermain di pelupuk mata. Siapa gerang yang akan mendampingi beta?

Momen sukacita lain yang tak kalah menguras emosi adalah saat membeberkan kemenangan ini kepada mereka. Yasmin sampai menganga karena takjubnya. Reaksi datar pak suami masih sama seperti biasa di kala aku memenangkan sebuah kompetisi, percis seperti yang pernah aku ceritakan di sini. memang untuk masalah ekspresif doi memang bukan ahlinya. Hahaha... 

Masih tak percaya aku bisa mendapatkan kemenangan seheboh itu. Malah dengan suara yang lebih datar doi berkata:

"Yakin, ini bukan penipuan? Tolong dipastikan dulu ya"

"Insya Allah ini resmi, bang" 

Aku menatap sambil menunjukkan 2 lampiran formulir yang harus aku tanda tangani.

"Alhamdullillah" kali ini suara lirihnya agak bergetar.

Tapi kalau aku pikir-pikir kembali, kebiasaan doi ini ada hikmahnya juga. Seperti mengingatkan agar jangan sampai terjerat modus penipuan yang semakin lama semakin kekinian, layaknya perkembangan zaman.

Kembali ke laptop!

Aku lalu menawarkan kepada mereka berdua siapa yang mau menemaniku melakukan perjalanan ke Jeddah, Saudi Arabia.

Mau tahu kenapa aku pilih Jeddah?

Sejujurnya saat diminta memilih kota dari daftar yang ada di aplikasi permainan kota Hongkong adalah pilihan pertama mengingat aku ingin membawa Yasmin ke Disneyland. Namun entah mengapa nuraniku berkata lain. Ingin rasanya aku membawa suami ke tanah suci karena aku ingin mengulang kembali pengalaman religi bersama pujaan hati. Cieeee... 

Doa ini juga yang senantiasa aku ulang saat thawaf di depan Baitullah, dalam sujud di mesjid Nabawi dan Masjidil Haram serta doa di puncak bukit kasih sayang di Jabal Rahmah. Kebimbanganku antara Hongkong dan Jeddah akhirnya musnah setelah hatiku seperti dicondongkan untuk berwisata ke tanah suci menjdi tamuNya.

Suami menyarankan agar aku mengajak Yasmin. Awalnya Yasmin sangat bersukacita. Lalu kujelaskan bahwa ini adalah perjalanan religi. Aktivitas utama adalah beribadah. Sangat berbeda dengan konteks liburan yang ada didalam pikirannya. Yasmin meminta agar diberi waktu untuk memikirkannya. Hahaha... anakku ini memang sedikit unik.

Beberapa hari kemudian dia menjawab akan memberi kesempatan kepada ayah (suamiku) untuk melakukan perjalanan religi ini.

"Apakah Yasmin yakin?"

Aku mendengar ayahnya bertanya.

"Insya Allah"

Jawabnya mantap. Lalu kami bertiga berpelukan. Ahhh, drama banget yaaa...

Selanjutnya hari-hariku diisi dengan segala persiapan umroh. Iya. Karena hadiah perjalanan ini ke Jeddah Saudi Arabia aku putuskan untuk sekalian melakukan ibadah umroh. Aku menghubungi berbagai travel agen untuk membantu proses Land Arrangement.

Apa itu Land Arrangement?

Jadi gini.

Karena aku sudah memiliki tiket pesawat ke Jeddah pergi pulang untuk 2 orang, aku juga memerlukan bantuan agen untuk mengurus visa, akomodasi dan segala tetek bengek selama di tanah suci. Nah semua hal ini kecuali tiket disebut Land Arrangement. Termasuk penjemputan di bandara King Abdul Azis di Jeddah, akomodasi selama di Madinah dan Mekkah serta jadwal ziarah.

Ternyata tidak semua travel agen antusias menerima permohonanku ini. Aku sendiri tak tahu mengapa. Berbagai alasan mereka kemukakan dari mulai yang tidak menyediakan fasilitas sampai harga yang tidak cocok. Ada juga yang berjanji akan menghubungi namun tak kunjung kembali.

Beberapa di antaranya memberikan harga yang fantastis bikin kantong jebol. Lho kan ini hadiah kog mesti bayar, kakaaa? Changi hanya menyediakan tiket pulang pergi, sedangkan di luar itu aku mesti tanggung sendiri.

Kira-kira hampir 2 bulan aku mengerahkan usaha dan tenaga lewat dunia maya dan doa yang akhirnya suatu hari aku dibangunkan oleh sebuah saran dari suami mengapa tak mencoba agen perjalanan yang pernah memberangkatkan aku sebelumnya?

Duh, aku menjitak jidatku sendiri. Iya ya, kog bisanya aku tidak memikirkan ini.

Alhamdullillah, betapa sukacita di dada saat travel dengan segenap hati siap membantu segalanya. Sungguh jika Dia berkata, "jadi maka jadilah ia".

Tanpa hambatan berarti visa kami dapatkan dan segala sesuatu fit sesuai yang direncanakan.

Aku juga baru tahu bahwa suntikan meningitis yang pernah aku dapatkan memiliki masa periode efektif 2 tahun. Untuk kasus aku, pertama kali disuntik tanggal 27 Desember 2014 maka ia akan berlaku sampai 27 Desember 2016. Artinya jika di antara periode itu aku akan melakukan umroh, maka tidak perlu mendapatkan suntikan lagi. Semua tertera jelas didalam sertifikat  yang berukuran sama dengan paspor.

Pemenang Utama Changi Travel Quest

2 Tahun Masa Suntik Vaksin Meningitis
Perjalanan umroh kali ini sedikit berbeda dengan yang di sini. Kali ini kami akan bertemu rombongan pak Ustad dari Medan di Jeddah. Iya, karena kami sudah punya tiket sendiri dari Changi dengan rute Balikpapan-Singapore-Jeddah dan transit di Doha, Qatar pergi pulang, dengan Silk Air dan Qatar Airways.


Pemenang Utama Changi Travel Quest

Tiket Pergi Pulang Balikpapan-Singapore by Silk Air 

Pemenang Utama Changi Travel Quest
Tiket Pergi Pulang Singapore-Jeddah by Qatar Airways

Jadi menjelang hari keberangkatan, kami terutama suami manasik dengan melihat tutorial di internet, karena domisili Ustad di Lubukpakam, Sumatera Utara.

Jelas sekali aura umroh terasa di dalam rumah. Kami juga memelihara kebugaran agar stamina fit saat melaksanakan umroh. Aku pernah menyaksikan betapa sedih dan pilu jika tak bisa menjalankan ibadah umroh saat mendapat cobaan sakit. Orang-orang berlomba-lomba ke mesjid, melakukan rangkaian aktivitas ibadah dan juga ziarah, sementara kita hanya cuma bisa berbaring di hotel tanpa daya. Teramat pilu, kakaa...

Tapi aku sepenuhnya percaya bahwa semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.

Just like Steve Job said ~ Learn continually - there is always "one more things" to learn!

Aku percaya akan ada banyak pengalaman seru yang bakal aku temukan selama dalam perjalanan Road to Arabia (2) pemenang utama Changi travel request ini.

Stay tune, gaesss... (aisss... banyak kali gaya emak rempong ini) Xixixi...


Senin, 28 Maret 2016

Tips Jitu Umroh Saat Musim Dingin


Tepat jam 4 sore kamipun mendarat mulus di King Abdul Aziz Airport, Jeddah.
Ada 2 jam perbedaan waktu dengan Kolombo.

Nice Landing, Captain!

Sssst... yang baru mampir boleh baca kisah sebelumnya di sini ya. *tuing-tuing
Sambil menunggu bis, saatnya... tarrraaa narsis dengan latar belakang pesawat As Saudiyah!




Tak lama, beberapa buah bis penjemput tiba, membawa kami ke terminal kedatangan.

Di sini petugas segera mengarahkan kami kebagian imigrasi dan kembali kami terpisah antara pria dan wanita. Musim umroh tak mengenal sepi. Terbukti di counter imigrasi, antrian panjang sejauh mata memandang. Kesabaran kembali diuji.

Guess what!

Mereka, iya para pegawai imigrasi itu, lagi-lagi berbahasa Indonesia. Kata-kata seperti, ayo ibu, cepat ibu, lurus, sering diucapkan.

Namun sayang sekali mereka pelit senyum.

Apakah karena mereka semua lelaki?

Apakah mereka lupa senyum itu adalah ibadah

Entahlah,, sampai kini itu masih misteri.

Usai mendapat stempel kedatangan, kami para wanita terlebih dahulu usai, segera berkumpul di satu titik. Sambil menunggu, aku lepaskan pandangan ke seluruh terminal. Kembali Bahasa Indonesia ada di berbagai papan informasi berdampingan dengan Bahasa Inggris dan Arab. Rasa haru itu kembali berlabuh.

Hampir satu jam, akhirnya jamaah pria bergabung.

“Lumayan ribet, kak pemeriksaan cowok, sepatu juga harus di buka!” Adikku melepas uneg-uneg
“Sabar, ya sayang” aku membantu menenangkan.

Bis meninggalkan Jeddah, saat kumandang azan Magrib bergema.

“Ibu-ibu, bapak-bapak, kita akan mencari masjid, dan silahkan sholatnya di jamak ya!”, demikian Pak Ustad memberikan arahan.

Mesjid ini terletak di tengah kota, sepertinya diperuntukkan untuk karyawan. Jauh dari kesan megah. Seperti mushollah kalau di Indonesia.

Oh iya satu yang aku perhatikan desain toiletnya kebanyakan untuk posisi jongkok dan kurang bersih. Sayang sekali!

Begitu masuk bis, kami kembali tertidur. Agaknya terserang jetlag karena beda waktu yang hampir 4 jam dengan WIB. Perutpun sudah lapar. Hehehe...

Tak berapa lama bis berhenti dan kami dipersilahkan keluar menikmati makanan dengan tempat ala kadarnya.
“Brrrr,,, dinginnya sampai ke tulang!” Jaket aku rapatkan, namun tubuh masih bergetar.

Tempat makan kami adalah tepatnya sebuah tempat parkir rumah makan.

Menu ayam bakar kotak tak mampu menahan rasa dingin. Mungkin juga pengaruh terlambat makan, Selera ikut menguap ke udara. Sebagian nasi dan ayampun bersisa. 

Sepanjang perjalanan aku berusaha tidur, namun godaan untuk menerobos kegelapan malam lewat jendela bis lebih dominan. Tapi agaknya fisik sudah tak tahan, akhirnya aku tertidur di tengah perjalanan.

Pengumuman dari Pak Ustad membangunkan para jamaah yang tertidur kelelahan.

Bah sesaat lagi bis memasuki Madinah.

Kanan-kiri pemandangan terang benderang oleh cahaya lampu jalan. Kecepatan bis juga sudah mulai berkurang.

Toko-toko mulai kelihatan, aktivitas warga segera terekam.

Akhirnya kami tiba di Madinah, percis jam 2 dinihari.

Dengan tubuh super letih kami masuk hotel. Satu kamar untuk 7 orang dengan 1 kamar mandi.

Usai membersihkan diri kami lanjut tidur kembali.

*****

Ternyata hotel kami sangat dekat dengan Nabawi, bahkan suara azan terdengar dari balik jendela kamar. Tak sabar rasanya ingin sholat Subuh perdana di Nabawi. Hampir semua jamaah bangun dan sholat di Nabawi.

Agar kebagian tempat sholat di dalam Nabawi, minimal kita berangkat 1-2 jam sebelum waktu sholat di mulai, karena jumlah jamaah umroh yang sedemikian banyak.

Bulan Januari, Madinah sedang musin dingin. Pakai jaket/sweater wajib sekali. Oleskan lotion di sekujur tubuh, termasuk bibir untuk menghindari kekeringan. Beberapa jamaah yang mengabaikan,/ kurang telaten mengalami ruam-ruam kulit di sekitar paha, punggung dan paling parah bibir pecah-pecah dan terkelupas.

Alhamdullillah, aku, mama dan adik termasuk gemar melakukan ritual lotion, kulit tetap mulus so jadinya menghemat fulus. Hehehe...

Sedangkan untuk menyiasati rasa haus namun terhindar dari beser (rutin BAK), sediakan selalu botol minuman dan minumlah dalam jumlah sedikit namun sering.

Ternyata musin dingin di Madinah, tidak berbeda jauh saat musim penghujan di Indonesia. Hawa dinginnya tidak sampai buat bodi menggigil. Namun tetap saja unik. Karena meski namanya musim dingin, matahari tetap bersinar cerah dan garang euui, namun ya itu tadi, hawanya dingin.

Unik kan kakaaa...

Dalam bayanganku sebelumnya pasti seperti ala Indonesia. Mendung dan suram! 

Suasana sudah ramai saat kami tiba di halaman masjid. Untung masih kebagian tempat di dalam Nabawi.

Azan Subuh di Nabawi dua kali. Satu untuk membangunkan, interval waktu kira-kira 40 menit dan azan kembali. Jarak azan kedua dengan waktu sholat Subuh juga cukup lama, 20 menit kira-kira. Mungkin untuk memberikan cukup waktu pada jamaah menunaikan sholat sunnah fajar. 

Suara Imam mesjid mengalun merdu melantunkan ayat-ayat suci Alquran menambah syahdu kalbu. Saat sujud subuh keharuan kembali menyelimuti, doa syukur terus menerus terucap di hati. Semoga Ilahi Robbi menerima segala amalan kami. Aamiin.

Usai sholat Subuh, kami juga sholat jenazah. Belakangan aku ketahui bahwa setiap selesai menunaikan sholat lima waktu pasti selalu diikuti sholat jenazah, baik di Madinah maupun di Mekkah.

Oh iya, di tempat-tempat tertentu tak jauh dari shaf sholat ada tong air zam-zam gratis buat jamaah. Terdiri dari dua jenis, yang dingin dan yang normal. Aku dan Mama minum sembari memanjatkan doa bersama-sama.

“Ya Allah, aku mohon pada-Mu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan kesembuhan dari segala penyakit dan kepedihan, dengan rahmat-Mu ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih  dari segenap Yang Pengasih!” Aamiin.

Usai Subuh kami kembali ke hotel untuk sarapan, karena jam makan yang terbatas.

Tapi masih sempat foto-foto lho.

Buat dokumentasi, contohnya ya buat di posting di blog ini.

Biar greget! Hihihi...





Yang pasti suasana pagi, siang dan malam di Nabawi, hampir tak dikenali. Setiap detik berbalut nuansa religi. Sesak dengan umat yang ingin berbagi kedamaian Nabawi.

Aura ibadah kental terasa. Jamaah hilir mudik dari berbagai negara. Aneka warna kulit dan postur melebur dalam dekapan Nabawi, mesjid sekaligus kediaman Nabi Muhammad SAW.

Silatuhrahmi universal melahirkan ketenangan dan kenyamanan, sulit dilukiskan.

Kini aku mengerti mengapa orang-orang selalu rindu Nabawi, ingin kembali lagi dan lagi.

Berikut tips jitu umroh saat musim dingin:
  • Pilih agen travel yang kredibel dan memiliki pengalaman yang sudah terbukti
  • Untuk menghemat biaya pilih paket reguler yang langsung ke Madinah atau Mekkah, agar tidak tergoda belanja dan kegiatan lain yang menyita tenaga, karena umroh adalah hampir 100% ibadah fisik misalnya aktivitas berjalan kaki ke mesjid, thawaf, sai dan ziarah ke beberapa tempat bersejarah serta menyesuaikan dengan cuaca dan iklim di sana
  • Siapkan semua administrasi dokumen seperti paspor, pas foto khusus umroh dengan 80% porsi muka dengan tampak dekat dan jelas serta kartu vaksin maningitis.
  • Jika jarang berolahraga, mulailah nyicil jogging dan lari setiap pagi, minimal satu bulan sebelum berangkat
  • Membaca buku panduan umroh dan berselancar di dunia maya. Ada banyak artikel di sana bahkan lengkap dengan videonya.
  • Siapkan isi koper minimal 3 hari sebelumnya untuk keperluan 9 hari (umroh reguler) dengan bijak, karena jatah bagasi cuma 1 per jamaah dengan berat 25 kg. Pilih jenis pakaian yang ringan seperti katun, agar cepat kering saat habis dicuci dan langsung digantung, serta baju hangat/sweater bagi yang tak tahan cuaca musim dingin.
  • Pilih pakaian yang bisa di mix and match agar tidak kelebihan bagasi
  • Bawa obat-obatan pribadi termasuk sunscreen lotion dan harus dipakai ya jika tak ingin kulit pecah-pecah seperti zombie.
  • Selain koper besar, siapkan 1 lagi tas tenteng dengan isi pakaian untuk 1-2 hari lengkap dengan peralatan mandi dan perawatan wajah untuk jaga-jaga apabila koper kita hilang atau menyusul tiba. Hal ini bisa terjadi jika kita berangkat dalam jumlah rombongan yang besar.
  • Kalau ini tips pribadi, bawa gantungan baju dan detergen secukupnya biar bisa nyuci karena ssst... laundry mahal bow.. hahaha...
  • Bawa botol minum ya, buat bawa air zam-zam sepulang dari mesjid
  • Kaca mata hitam juga wajib guna mengurangi efek silau sang mentari
  • Lakukan penukaran duit di tanah suci karena lebih murah  
Reportase sesi ini diakhiri, ntar kepanjangan bisa buat sakit gigi.

Yang masih penasaran, boleh deh lanjut mengikuti seputaran aktivitas di Nabawi seperti mengunjungi kebun kurma dan kota seribu tenda Mina.




Jumat, 22 Januari 2016

Road to Saudi Arabia (1) Drama Demi Drama

Road to Saudi Arabia Drama Demi Drama  bersama Changi Airport
Road to Saudi Arabia
Sounds creepy?

Well, that is my intention. Hahaha...

Jadi gini,

Hadiah perjalanan ke Jeddah hasil mengikuti #ChangiTravelQuest by Changi Airport menyisakan berbagai babak drama dalam kehidupanku. Begitu banyak sehingga aku ingin membuat sekuelnya. #Halah

Drama sudah dimulai sejak pertama kali aku memutuskan untuk mengikuti kontesnya. Bak ramuan kuliner India yang acha-acha ramai jenisnya, aneka godaan juga menghampiri hamba. Lebih tepatnya berbagai pertimbangan berkejaran bak tongkat estafet atlit lari olimpiade Barcelona.

Bagaimana tidak?

Changi Airport Singapore memiliki fans jutaan, kakaaa. Kesempatan untuk menang bagai menegakkan benang basah. Apalagi sekilas saat baca S&Knya, ada ketentuan multiple point yang didapat dengan membagi link referral.

Belakangan aku ketahui, itu adalah salah satu kondisi, dan bukan harga mati!

Jadi Bismillah, efektif 14 September 2015 akupun memainkannya.

Benar kata pepatah, tak kenal maka tak sayang!

Sejak hari pertama berkenalan, aku langsung kecurian. Hatiku, dicuri!

Ternyata permainan ini mengasah kepandaian membaca peta dengan bantuan aplikasi.

Pertanyaan berkisar tentang tujuan seluruh kota yang dilayani pesawat yang berasal dari Changi.

Hadiahnya, sepasang tiket pulang pergi ke seluruh tujuan tempat wisata impian, dan bisa bawa satu teman.

Fantastik!

Saat itu yang terbayang hanya Jeddah.

Jangan tanya mengapa.

Meski aku sudah pernah umroh, keinginanku masih menggelora. Kenangan Nabawi, mesjid Quba, Kabah dan Masjidil Haram segera bermain di pelupuk mata.

Kembali ke laptop!

Sebulan memainkannya, pengetahuan geografiku perlahan membaik. Sungguh!

Hampir 3 minggu berlalu sejak kontes ditutup, aku malah hampir lupa!

****

Sebelum pengumuman pemenang aku jarang sekali memeriksa email, dan ini hampir berakibat fatal.

Jadi, dear bloggers sering-sering buka email ya.

Kita takkan pernah tahu apa yang bakal kita lewatkan.

****

Menjelang saat magrib di suatu hari, awal bulan November, ada inbox masuk ke FBku, dari Changi.

Seketika endorfin mengambil kendali.

"Have you checked your email, Rosanna"

"I am so sorry, not yet"

Usai mengetik, aku langsung terbirit-birit buka email. Mataku hanya terpaku pada baris terakhir, badan email kubaca sepintas, badanku mendadak lemas

Kurang 2 menit jam 18:00, batas pengiriman berkas.

Ya ampuun, email ternyata sudah dikirim 3 hari yang lalu.

Penuh pasrah, aku langsung menjawab lemah.

"I am so sorry, I just read it"

Sambil mengetik, mataku kembali melirik jam dinding, padahal di notebook ada jam kan ya.
Tapi, tetap saja mataku kembali ke sana.

"Well, for you I will extend until 23:59, after that I cannot accept!"

So sweet!

Huuaaaa... aku langsung sujud syukur diiringi gema azan magrib yang bersahutan dari sudut perumahan.

Selanjutnya, suami dan anakku mendekat, menatap lekat-lekat, siap melumat, mengharapkan penjelasan akurat, namun dengan jantung yang hampir melompat, akhirnya aku mengajak mereka sholat.

****

Luap emosi melemah, ku seret langkah kembali ke meja.  Email kubaca. Kali ini penuh hikmat dan cara seksama dan bukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Olala...

Ternyata, aku hanya masuk dalam short list pemenang, dan diminta untuk tidak mempublishnya.

Sepertinya Changi tahu I am just human yang tak jauh dari eksis dan narsis.  #biasalaa #sosialita #kibasponi

But yet still, I still have hope!

Semua berkas yang diminta segera aku email.

Masih di hari yang sama via inbox FB kami berkorespondensi. Setelah ada konfirmasi semua berkas telah diterima, Changi menutup pembicaraan dan meminta koresponden selanjutnya harus dilakukan via email.

Sambil menikmati makan malam, akupun berbagi diikuti pertanyaan bertubi-tubi.

"Kog, bunda pilih Jeddah sih, coba Hongkong, pasti seru bisa ke Disney!"

"Atau ke Disney yang di Orlando"

"Atau USS, Singapore"

And as always, suamiku mengingatkan dengan intonasi datar "Ini bukan penipuankan ya?"

Tak ada sukacita, atau sedang bersandiwara?

Hahaha... entahlah

Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

Dramaku memasuki babak baru, apakah aku berhasil menjadi nomor satu?

Stay tune...

Sssst... baca lanjutannya di sini kakaa...

Selasa, 22 Desember 2015

Pemandangan Eksotis Laut Merah dan Mesjid Terapung Jeddah


Syahdu Senja di Laut Merah Jeddah Saudi Arabia
Pemandangan Eksotis Laut Merah dan Mesjid Terapung Jeddah. Berangkat bareng ke tanah suci adalah obsesi ibu dan diriku.

Sedikit-demi sedikit kami berinvestasi. 

Diperlukan disiplin dan kemauan kuat agar impian bukan cuma impian.

Kesederhanaan dan kegigihan menjadi pilihan gaya hidup keseharian.

Dan itu... harga mati!

Akhirnya kurang lebih hampir 10 tahun, tibalah hari yang menguras air mata, saat bersujud dan menjadi tamu Allah.

Bahkan kata seperti tak bermakna.

Derai airmata mewakili gejolak jiwa, saat bersujud di depan Kabatullah bersama ibunda.

Berselimut sukacita.

Sungguh!

Nikmat Allah mana lagi yang ingin aku dustakan?

Apalagi saat mengunjungi Mesjid Terapung di tepi Laut Merah di Jeddah. Berdua dengan ibunda menambah syahdu senja di Saudi Arabia.

Semilir angin membelai pipi beta. Dan... sesaat angan berkelana. Hadirkan suasana saat ia terbelah, di zaman Nabi Musa.

Momen indah sepanjang masa bersama ibunda.

Takkan terlupa!

"Selamat Hari Ibu"

Ekspresi Umroh Trio


Kamis, 12 November 2015

Saudia, Sang Pencuri Hati Beta!


Selanjutnya, menuju counter imigrasi. Kembali kami berbaris lagi. Antri lagi. Pemeriksaan lagi. Paspor dan boarding pas harus diperlihatkan.

Kisah yang tak kalah seru sebelumnya yuk bisa disimak di Umroh Bagian Satu dan Umroh via Sri Lanka

Kali ini antrian tak begitu panjang, karena counter tersedia cukup banyak. Dan petugas sungguh cekatan. 

"Sri Lanka Immigration" 396 - 18 Jan 2015 "EMBARKED" begitu tertera di stempel!

Berbondong-bondong kami berbegas menuju ruang tunggu keberangkatan. Degup jantung perlahan mulai beraksi, agaknya adrenalin sudah mengambil kendali. Kami terus berjalan melewati koridor panjang yang cukup luas, sesekali kami berpapasan dengan rombongan besar.

Belakangan saya ketahui koridor ini juga merupakan akses masuk dan keluar dari ruang tunggu plus penumpang yang baru turun dari perut pesawat.

Akhirnya, kami tiba di sebuah counter Saudia, ruangannya cerah, dengan lantai berkarpet dan didominasi jamaah umroh dan hei lihat … kami juga bisa melihat hidung pesawat menyembul dengan bodi yang super ... gembul.




Subhanallah,, besar nian pesawat itu. Benar saja, pesawat haji/umroh ini terdiri dari dua lantai. Kapasitas penumpang kurang lebih hampir 1000 orang dan umumnya di dominasi para tamu Allah.

Pemeriksaan cukup ketat. Awalnya wanita dan pria bercampur berada dalam jalur yang sama, namun begitu mendekati pintu pemeriksaan terakhir kami diminta memisahkan diri. Boarding pas tetap ada di tangan, jaga-jaga kalau nanti ada pemeriksaan. 

Mendekati perut pesawat, keharuan seketika menyelimuti. Nafas panjang saya hembuskan, mencegah airmata menetes di pipi. Tak berhasil. Tetap air menganak di mata, lolos mengalir membasahi pipi hamba. 

Dari tempat berdiri, pemeriksaan di pintu masuk, dapat saya nikmati. Awak pesawat pria dan wanita memeriksa teliti. Angkat tangan kanan dan kiri, sebuah alat pendeteksi di tempelkan mulai dari ujung kaki, bergerak ke sela-sela paha, perut, ketiak, punggung dan atas kepala.

Tas pun tak luput, harus dibuka juga. Usai menikmati itu, saya arahkan pandangan ke perut pesawat. Kini semakin jelas, logo dan kegiatan yang sedang berlangsung. Mobil catering sedang membongkar logistik. Kira-kira menunya apa ya? He he he.

Tibalah giliran saya! Sesaat pramugari cantik melap keringat di wajahnya. Siang ini panas sungguh terik, meski belalai dilengkapi alat pendingin, tak kuasa menyulap ruangan jadi sejuk dan segar. Pas! Tak ada masalah saya masuk. Kembali seorang awak pesawat menyambut sembari meminta nomor tempat duduk.

Terus ibu”, katanya dalam bahasa Indonesia sambil menebar senyum manis, seketika kebanggaan dan keharuan menghinggapi. Bersemayam jauh di lubuk hati!. Senyum tak kalah manis, saya hadiahkan kepadanya.

Percis seperti quote dari  Nelson Mandela 



Tanpa kesulitan, tempat duduk saya temukan. Kali ini saya dan mama terpisah, namun tak begitu jauh.

Benar seperti dugaan saya, penumpang di dominasi jamaah umroh. Terlihat jelas jamaah umroh Indonesia gampang di atur, begitu dapat nomor langsung duduk manis pasang seatbelt. Kontroversi dengan penumpang lain, agaknya mereka dari Srilanka. Hilir mudik, ke sana kemari, sampai-sampai Pak Kapten turun tangan.

Beliau meminta dengan suara tegas agar penumpang segera duduk, karena pesawat akan tinggal landas. Permintaan pertama belum berhasil, kegaduhan masih kental terasa! Beliau kembali mengulang permintaanya, kali ini suaranya sudah jauh dari ramah. Berhasil! Keadaan berangsur tenang.

Kembali suara pengumuman bergema, perlahan pesawat bergerak menuju “runway”, tepat jam 1200 waktu Kolombo.

Perjalanan ke Jeddah akan di tempuh dalam waktu kurang lebih 6 jam. Buku doa segera menemani, sementara di luar mentari masih sangar “unjuk gigi”.

Tak sampai setengah jam, suara roda kereta makanan memecah lamunan. Saatnya makan siang!
Menu nasi putih, kari ayam, puding dan buah sungguh menerbitkan selera! Semua ludes memenuhi perut. Hehehe. Alhamdullillah. Nikmat sekali!

Seperti biasa penyakit kronis setelah makan, ngantuk pun menghinggapi. Tidur-tidur ayam tepatnya. Sesekali saya memperhatikan monitor TV besar yang berisi informasi tentang, sudah berapa lama kami terbang, waktu terkini, jarak yang telah dan akan di tempuh lengkap dengan estimasi waktu tiba.

Kebanyakan jamaah tertidur, untuk menghemat tenaga. Sesuai pesan Pak Ustad Siregar, sesampainya di Jeddah kami akan langsung ke Madinah dengan bis malam. Sama, perjalanan akan di tempuh dalam waktu enam jam juga.

Secara umum perjalanan kami lancar, aman dan terkendali. Mainstream banget yak, kata-katanya. Hahaha...

Cuaca cerah dengan sedikit berawan mendominasi sepanjang perjalanan. Saya selalu tergoda melirik monitor TV yang tepat berada di seberang tempat duduk. Isinya tentang ketinggian pesawat, koordinat dan kadang-kadang lokasi yang sedang dilewati.

Sesekali saya melongok ke luar jendela, lagi-lagi keharuan menjalari seluruh raga. Perjalanan ini sungguh nikmat tak terhingga melebihi dunia dan seisinya.

Mama tertidur pulas, meski terlihat lelah, namun segaris senyum dan aura sukacita, siapa pun pasti bisa merasakannya.

Saya sampai lupa berjalan berkeliling mencari adik, karena kami terpisah lokasi. Saya percaya, dia juga pasti diselimuti rasa syukur bertubi-tubi dengan perjalanan rohani ini.

Hmmm... kira-kira pengalaman apa ya yang menanti kami di Jeddah, Madinah di umroh musim dingin ini?

Til We Meet Again, Nabawi!


Till We Meet Again Nabawi

Hotel di Madinah hanya menyiapkan kamar, untuk makan diserahkan kepada catering yang kebanyakan pengusaha dari Indonesia. Umumnya dari tanah Pasundan.

Jadi kalau jam makan berasa seperti di tanah air deh. Mendengar aksen Sunda para pegawai katering saat melayani jamaah.

Hari pertama kami tidak ke mana-mana, karena fisik masih lemah. 

Biar lebih seru baca kisah sebelumnya di sini ya kakaa....

Usai sarapan kami kembali ke hotel, istirahat sebentar dan lanjut ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan Makam Baqi, yang semuanya berada di sekitar Mesjid Nabawi, semata-mata dengan niat agar ingat kehidupan akhirat!

Setelah itu kami kembali ke hotel, acara bebas. Saya & mama istirahat di kamar dan ... tertidur!

Saya bahkan tertidur hingga Zuhur tiba. Karena masih “jetlag”.

Sholat Zuhur dan Ashar saya kerjakan di hotel. Baru Magrib dan Isya saya dan Mama sholat di Nabawi.

Hari kedua di Madinah tanggal 20 Januari, usai sarapan kami ke mesjid Quba dan ke perkebunan kurma.

Di masjid Quba, tak kalah dengan Nabawi, ramai dengan peziarah umroh seperti kami.

Namun secara umum semua lancar terkendali. Budaya antri mendominasi gaya hidup sehari-hari.

Di sinilah hakekat ibadah itu terefleksi.

Benarkah ibadah kita mampu menciptakan akhlak baik diri!

Semua tercermin dari kepribadian dan gaya hidup kita sehari-hari, terutama selama di tanah suci.

Omong-omong, ternyata kurma itu sangat banyak ragamnya yaa.

Hal itu saya ketahui saat berada di perkebunan kurma. Mulai dari harga "rakyat" sampai yang "ningrat!" 

Yang pasti jamaah dapat dispensasi, segala jenis kurma diizinkan dicicipi, HIHIHI. Tentu saja aku tak melepaskan kesempatan langka ini.

Hmmm... nikmat sekali. Mungkin karena gratis, eeeaaa...!

Mama membeli oleh-oleh di sini. Saya mah, cukup jadi pemirsah saja, tahu diri!

Mengharapkan belas kasih  Mama. Alhamdullillah kebagian 1 kilo. Terima kasih ya, Maa...

Menuju perjalanan pulang kami juga berkunjung ke Mina, si kota tenda.

Saya membayangkan lautan manusia dari penjuru dunia, berkumpul di satu tempat untuk satu niat, menjalankan "Sunnah Tarwiyah" yang merupakan rangkaian manasik Haji Rasulah SAW.

Tarwiwah di awali dengan menginap di Mina mulai waktu Zuhur 8 Dzulhijjah sampai subuh 9 Dzulhijjah. Setelah itu jamaah akan bergerak ke Arafah.

Seluas mata memandang hanya ada ribuan kerucut tenda putih. Saat umroh begini, tak seorangpun kami lihat ada di sini.

Kontras pada saat musim Haji, Mina berubah menjadi lautan manusia.

Kembali ke hotel, mumpung masih ada waktu menjelang Zuhur, saya dan Mama berjalan-jalan di sekitar mal dekat hotel.

Mama ingin cari sepatu datar putih. Biar lincah, gitu menurut Mama.

Kami memasuki beberapa toko yang rata-rata penjualnya bisa berbahasa Indonesia. Harganya "ningrat" semua. HAHAHA...

Untunglah ada satu toko yang mampu di jangkau. Harga sepasang sepatu "made in China" Rp 130.000.

Lagi-lagi mama menawarkan satu pasang untukku. Terima kasih Maa, *mmuaachhhh.

Tahukah kamu?

Beberapa toko di Madinah bahkan menerima uang kertas Indonesia pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 lho.

Saat itu, bangga banget aku jadi bagian dari Indonesia!

Kembali ke laptop!

Sesuai rencana, malam ini usai Sholat Isya, kami para jamaah wanita akan melakukan ziarah Raudhah.

Sementara jamaah pria sebelum Ashar. Pak Ustad akan mendampingi mereka.

Khusus jamaah wanita akan ada Ustazah, pegawai Mesjid Nabawi yang ternyata berasal dari Malang, pemirsah!

Beliau dan keluarga sudah 15 tahun menetap di Madinah, tetapi masih menjadi WNI.

Mengapa ziarah Raudah harus direncanakan sebelumnya dan memerlukan bantuan staff mesjid Nabawi?

Karena eh karena ziarah Raudhah tak pernah sepi!

Perlu strategi dan kiat khusus agar bisa sampai di sana namun tetap merasa nyaman saat beribadah.

Nah di sinilah peranan staff Mesjid Nabawi tadi. Mengarahkan jamaah agar tetap merasa nyaman meski berada di sekitar lautan jamaah yang menuju ke satu titik, daerah sekitar 'ziarah Raudhah'

Ziarah Raudhah adalah mengunjungi suatu tempat di dalam Mesjid Nabawi yang letaknya ditandai tiang-tiang putih, berada di antara rumah Nabi (sekarang makam Rasulullah SAW) sampai mimbar. Raudhah adalah tempat yang maqbul untuk berdoa.

Sabda Rasulullah SAW
ما بين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة ومنبرى على حوضى - رواه الشيخان
"Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah (taman) di antara taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku" (HR Bukhari dan Muslim)

Hari ke tiga, 21 Januari, hari terakhir di Madinah!

Usai sholat Subuh seperti biasa kami sarapan dan akan berkumpul mendapat arahan untuk pakaian Ihram.

Acara tanya jawab berlangsung segar dan kocak. Berkali-kali kami tergelak.

Kembali Pak Ustad mengingatkan betapa pentingnya memakai lotion dan minum air putih.

Agar air putih terserap tubuh tanpa harus buang air melulu, ternyata ada triknya!

Minumlah air sedikit demi sedikit, namun rutin. Insya Allah cairan terserap tubuh dan akan dilepaskan melalui keringat.

Diputuskan setelah Zuhur kami segera menuju Mekkah Al Mukaromah.

Selamat tinggal Nabawi, semoga kita berjumpa lagi!

Aamiin...




Sabtu, 02 Mei 2015

Umroh Bagian Dua

Umroh Bagian Dua. Ada Bajaj di Kolombo Sri Lanka

Morning call” jam 5 subuh waktu Kolombo membangunkanku.
Biar nyambung, sebelumnya baca di sini ya...
Suara Pak Ustad mengingatkan agar kami bertemu jam 7 pagi di restoran hotel. Senyum lebar tersungging. Tak sabar ingin mencoba menu hotel.

Masih terbayang nikmat suguhan tadi malam yang sangat berkesan! Gerangan apakah tamu perut pagi ini? He he he. Plus di tambah suka cita bahwa kami akan menuju tanah suci, menjadi tamu ya Illahi Robbi. Nikmat mana yang akan aku dustakan lagi?

Sesampai di restoran, ternyata jamaah sudah banyak yang duluan. Lokasi makan masih sama seperti tadi malam. Wah, ternyata panorama sekitar restoran indah nian. Di balik kaca terhampar rumput hijau bagai permadani yang siap mengajak terbang, berdampingan dengan kolam renang yang memantulkan kemilau bak berlian dari kejauhan. 

Aku berbisik pada mama agar silahkan memilih menu. Nasi goreng, mie goreng, roti bakar dan sup, lengkap tersedia, menunggu di sentuh. Belum lagi aneka buah yang telah diiris rapi, tinggal tunggu di eksekusi. Pokoknya dari tampilannya sudah terbayang deh kelezatan dan kandungan gizi.

Seperti biasa aku memilih irisan buah pepaya dan aneka roti mungil, sebagai pembuka selera pagi ini. Hmm, yummy! Selanjutnya nasi goreng pun masuk nominasi. Alhamdullillah.

Usai sarapan kami berjalan-jalan di sekitar kolam renang dan tentu saja sesi berfoto ria!


Belum puas, aku ajak mama dan adik berjalan ke bagian depan hotel yang ternyata luas sekali. Terawat dan rapi. Tak ketinggalan pose dengan doorman, penduduk lokal asli.

Rasanya Pak Ustad layak dapat jempol untuk pilihannnya kali ini.





Tak berapa lama bis jemputan tiba, kamipun bersiap menuju bandara Nike di Kolombo. Suasana sepanjang perjalanan, kurang lebih sama dengan di Indonesia pada umumnya. Namun di sepanjang perjalan ke bandara tidak ada pedagang kaki lima apalagi di simpang lampu lalu lintas, bebas pedagang asongan. Tak seperti di negara kita tercinta.

Simpang lampu lalu lintas Kolombo Sri Lanka bebaspedagang asongan

Hanya ada beberapa mobil, sepeda motor dengan penumpang yang lengkap dengan safery riding, dan hei... lihat ada juga sejenis becak beroda tiga (bajaj) di sini. Berasa di Indonesia. Jalanan masih lengang. Tanpa hambatan kamipun sampai di bandara, kurang lebih 10 menit.


Bajaj di Kolombo


Pemeriksaan pertama di mulai, kami diminta membentuk dua barisan. Pria dan wanita. Untuk wanita tak terlalu banyak prosedur. Melewati pintu, alat deteksi berbunyi, selesai.

Namun lain halnya dengan kaum pria, mereka diminta membuka tali pinggang dan sepatu. Walhasil irama antri pun terganggu. Penumpukan massa. Nah, betul kata Pak Ustad, sesungguhnya melalui proses seperti inilah kadar kesabaran kita mulai diuji. Perang melawan nafsu sesungguhnya telah dimulai.

Oh iya, aku juga melihat ada banyak jamaah lain yang telah mengenakan ihram. Melihat profil wajah dan pembawaan, agaknya mereka penduduk lokal.

Memasuki areal “check in” bandara, kami melewati berbagai gerai toko. Kurang lebih sama dengan di negara kita. Namun di bandingkan dengan KNIA (Kualanamu International Airport), bandara Nike agak “buram” seperti kurang cahaya. Atau memang di desain sedemikian rupa, atau mungkin tipe bolamnya yang remang-remang romantis.

Lagi lagi kesabaran kami kembali di uji, kurang lebih 2 jam kami menanti proses check-in, saking banyaknya jamaah yang ingin beribadah. Kebanyakan yang melakukan checking hanya "leader" perjalanan, sama halnya dengan Pak Ustad yang telah sebelumnya mengumpulkan semua paspor. Jadi, hanya beliau saja yang melapor ke meja petugas, sementara kami di persilahkan mencari posisi masing-masing.

Ada yang hilir mudik ke sana ke mari, ada yang duduk di lantai, karena kursi terbatas sekali. Kalau aku biasa la, bolak balik ke kamar mandi. Hi hi hi hi. Tentu saja tak lupa narsis sesekali bareng mama, yang hmm.. rupanya ikut menikmati momen ini. 

Yup, akhirnya tiba giliran kami, Pak Ustad kembali dengan aksesori stiker kertas berbentuk gelang dan meminta kami mengalungkannya di tas tenteng, pernak pernik dari "As Saudiyah", airline yang akan membawa kami ke Tanah Suci.

Hup.. hup.. buruan dandan, kita mau boarding ni, As-Saudiyah.

Lanjutannya, baca di sini, kakaa...

Kamis, 19 Maret 2015

Umroh Bagian Satu


Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Umroh Bagian Satu. Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Bulan Januari 2015 amat sangat istimewa!

Saya, mama dan adik lelaki berangkat umroh bersama-sama.

Mengapa istimewa?

Awalnya dana yang tersedia hanya cukup buat berdua, namun dengan mengumpulkan berbagai informasi plus kesabaran untuk menunggu beberapa bulan lagi tentu sambil menabung dong ya, akhirnya niat kami di ijabah Sang Khalik, bisa berangkat bertiga.

Alhamdullillahirobbilalaamiin.

Saat mendengar kabar sukacita ini, sayapun mulai mempersiapkan diri dengan berbagai informasi. Cukup mengetikkan kata “umroh”, mbah Google siap berbagi. Terimakasih teknologi!

Mama dan adik lelaki saya tinggal di Lubukpakam Sumut, sementara saya di Balikpapan, Kaltim. Jadi, tidak semua acara manasik dapat saya ikuti. Untuk itu, tanggal 14 Januari saya diminta sudah terbang ke Medan agar paling tidak bisa mengikuti manasik terakhir 15 Januari.

Seminggu sebelum keberangkatan tiket sudah dipesan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, padahal saat itu isu kecelakaan pesawat Air Asia masih hangat dibicarakan. Terus terang rasa was-was kerap melintas di pikiran. Namun, suami saya mengingatkan, berdoalah, minta perlindungan agar senantiasa selamat dalam perjalanan hingga kelak kembali ke Balikpapan. Terima kasih, sayang.

Pesawat Lion yang saya tumpangi telat 1 jam dari jadwal semula 11.35. Biasanya pesawat transit di Jakarta, namun kali ini di Batam.  Saya dapat tempat duduk no. 8F, hasil check in online di website Lion. Saat itu saya adalah penumpang pertama, jadi bisa pilih tempat duduk suka-suka. Asyik ya.

Di samping saya adalah ibu dengan anak balitanya yang ingin pulang ke Batam setelah menghabiskan liburan di rumah saudaranya di Balikpapan. Sebenarnya ibu belum mau pulang, namun dia mendapat telepon bahwa anak pertamanya tidak mau sekolah, sampai sang ayah kebingungan dan akhirnya meminta ibu agar segera pulang untuk membereskan masalah. Ada-ada saja yah.

Untung banget nih, Yasmin anak saya, suka banget pergi sekolah, karena katanya, “Asyik, Bunda di sekolah, ketemu teman-teman, guru  dan bermain”. Jadi, saya tak perlu khawatir untuk soal yang satu ini.

Selama dalam penerbangan, saya perhatikan ibu kerap memandang ke luar jendela. Mau tak mau hal itu memicu penasaran saya juga.

“Kalau lihat awan, jadi teringat kecelakaan Air Asia”, ibu membuka percakapan
“Glek!, saya menelan ludah, hadeh ibu,, kog malah membuka luka lama” cemas saya
“Iya, Bu”, mari kita sama-sama berdoa ya bu. Otomatis saya menggenggam tangan ibu dan kami berbagi senyuman. Melihat hal tersebut balita ibupun ikut tersenyum.

Beberapa kali pramugari mengingatkan agar tetap mengenakan sabuk pengaman, sesekali pesawat seperti terbatuk saat memasuki gumpalan awan. Meski saya telah mencoba, pikiran akan kecelakaan Air Asia setia bermain di pikiran. Walhasil, untaian doa tiada henti saya panjatkan. Senyum Yasmin dan suami silih berganti hadir di ingatan.

Terima kasih Tuhan,, kami mendarat mulus di Hang Nadim Batam. Kembali saya dan ibu berbagi senyuman. Kami pun berpisah, saya terus ke bagian transit, ibu langsung ke rute pengambilan bagasi.

Asyik, ini pertama kali menginjakkan kaki di Batam meski cuma di bandara Hang Nadim. He he he he. Begitu keluar dari pesawat, saya langsung menyiapkan,,,,, yup ,, tongsis. Pose narsis dengan pernak-pernik kuis, Ha ha ha ha




Kemungkinan untuk tersesat di Bandara Hang Nadim sangat kecil, karena begitu keluar dari perut pesawat, kita segera masuk dalam lorong yang hanya memiliki satu arah lengkap dengan anak panah dan petugas darat yang siap membantu. Saya menunggu penumpang sepi, dan klik beberapa posepun terdokumentasi. Uhuiiiii.

Saya mengikuti lorong kedatangan yang akhirnya berujung di counter transit. Ternyata ruang tunggu dan masjid berdekatan. So, tak perlu buang waktu saya segera sholat Jamak Qashar Zuhur dan Ashar.

Tak lama saya mendengar gemuruh dalam perut saya. Ho ho ho ternyata usus saya protes minta diisi.
Restoran padang jadi pilihan. Nasi putih + kuah gulai + daun singkong rebus + telor balado mampu menenangkan perut saya. Aman!

Waktu masih cukup, saya habiskan berjalan-jalan di seputaran restoran yang berbagi dengan beberapa outlet oleh-oleh khas Batam.

Sekilas saya tangkap personil di bandara cukup ramah dan tidak pelit senyum. Hal ini saya ketahui saat saya beberapa kali bertanya mengenai beberapa hal dan mereka selalu memberi jawaban diikuti mimik ramah plus senyuman.

Jadi ingat ungkapan dari Tiongkok.

Orang yang tidak bisa senyum dilarang buka toko

Nah,, mungkin mereka pernah baca ya.. jadi mereka rajin senyum.




Tak lama suara panggilan dari pesawatpun bergema. 

Saya habiskan waktu dengan menulis catatan di gadget hingga tak terasa pesawat mendarat sempurna di KNIA dalam waktu 1.5jam. Alhamdullillahirobillalamin.

~~~~~

Kami berangkat umroh 17 Januari 2015 via Kualanamu dengan pesawat Mihin Lanka. 



Jamaah diminta berkumpul jam 1500, meski pesawat berangkat 1730, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 

Sebelum memasuki ruang tunggu kami menjalani pemeriksaan imigrasi. Paspor di beri stempel segitiga "Departure Kualanamu, 17 Januri 2015".

Interior pesawat masih terawat baik. Sepertinya ini memang masih baru. Uniknya semua penumpang adalah jamaah umroh. Lagi-lagi menurut saya, armada ini jelas memang untuk pengangkutan jamaah umroh.

Begitu masuk perut pesawat, awak pesawat langsung memberi salam “Ayubowan sembari merapatkan 10 jari  di atas dada, percis seperti budaya Jawa. Kami di minta duduk tanpa harus sesuai nomor boarding pass, awalnya sedikit terjadi kericuhan, karena jamaah berteriak-teriak memanggil sahabat ataupun keluarga. Salah seorang awak pesawat minta tolong ke adik saya agar semua penumpang segera duduk dengan rapi karena pesawat akat “take off” sebentar lagi.

Untunglah semua masih terkendali.

Tak tahan segera kusiapkan tongsis untuk merekan pengalaman pertama di kabin pesawat kinclong ini. Entah kapan akan terulang lagi. Hanya Ilahi Robbi yang Maha Mengetahui.



Percis jam 1730 kamipun meninggalkan KNIA menuju Kolombo.

Penerbangan akan ditempuh selama 2.5 jam.

Usai peragaan standar keselamatan, pramugari menyajikan makanan bistik ayam plus nasi putih yang menurut lidahku seperti kekurangan air. Kurang empuk. Untung ada coklat batang dengan "Mihin Lanka" tertera di kemasan. Saya simpan buat oleh-oleh. Ha ha ha ha, Coklat Kolombo eeee. Lebaydotcom.

Sepanjang perjalanan saya membaca buku kumpulan doa & zikir, sambil sesekali melirik pemandangan lewat jendela. Perbedaan waktu Medan dengan Kolombo adalah 1.5 jam, dimana waktu Kolombo lebih lambat.

Mama, sejak pesawat "takeoff" sudah menutup mata, tak kuasa menahan kantuk. Hanya terbangun saat makan tadi, sementara Roni, adik saya juga sesekali mencoba tidur dan membaca buku yang sama.

Percis jam 1800 waktu Kolombo kami mendarat. Memasuki pemeriksaan imigrasi, terjadi penumpukan massa. Ada apa? Ternyata sistem imigrasi sedang "down, demikian informasi yang kami terima. Kesabaran kami sedang diuji.

Kurang lebih satu jam menanti, akhirnya kami bisa memulai pemeriksaan. Kali ini paspor mendapat ekstra stempel di antaranya "barcode" dari Imigrasi dan Emigrasi, "permitted land"  dan terakhir "embarked" dari Imigrasi. Total 3 stempel.

Sesuai jadwal kami akan bermalam di Kolombo. Sambil menanti bis, saya berdoa semoga hotel yang kami inapi, layak huni, mengingat raga yang lumayan rontok, bak daun di awal musim semi.

Alhamdullillah, doa saya terkabul. Sesampainya di hotel, lagi-lagi meski pakai acara menanti yang lumayan menguji, Hotel "Gateway" Airport garden, cukup mengesankan. 

Makan malam tersaji secara "buffee", prasmanan. Saking laparnya, saya lupa mengabadikannya. Maklumlah perbedaan waktu telah membuat perut lapar berat walhasil mau berfotopun tak sempat. Tak sempat berpikir.  Ha ha ha

Menu sup menjadi pilihan utama, disusul nasi goreng. Sebagai penutup saya pilih puding dan aneka cake yang "yummy". Mantap!. Lupa deh sama FC. Food Combining, sudah lupa tuh!  Ha ha ha ha..

Selanjutnya, kami digiring ke kamar buat istirahat. Kali ini saya sempat berpikir untuk berfoto. He he he he, sebelum kamar porak poranda, dan berhasil membujuk mama foto sambil tertawa. Hore!. Iya,, Mama suka gak pede, katanya giginya sudah banyak yang ompong. He he he he.



Malam itu kami istirahat dengan pulas berselimutkan pengalaman umroh via Sri Lanka dan menyiapkan fisik Menuju Nabawi.