Kamis, 19 Maret 2015

Umroh Bagian Satu


Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Umroh Bagian Satu. Umroh Via Kolombo Sri Lanka

Bulan Januari 2015 amat sangat istimewa!

Saya, mama dan adik lelaki berangkat umroh bersama-sama.

Mengapa istimewa?

Awalnya dana yang tersedia hanya cukup buat berdua, namun dengan mengumpulkan berbagai informasi plus kesabaran untuk menunggu beberapa bulan lagi tentu sambil menabung dong ya, akhirnya niat kami di ijabah Sang Khalik, bisa berangkat bertiga.

Alhamdullillahirobbilalaamiin.

Saat mendengar kabar sukacita ini, sayapun mulai mempersiapkan diri dengan berbagai informasi. Cukup mengetikkan kata “umroh”, mbah Google siap berbagi. Terimakasih teknologi!

Mama dan adik lelaki saya tinggal di Lubukpakam Sumut, sementara saya di Balikpapan, Kaltim. Jadi, tidak semua acara manasik dapat saya ikuti. Untuk itu, tanggal 14 Januari saya diminta sudah terbang ke Medan agar paling tidak bisa mengikuti manasik terakhir 15 Januari.

Seminggu sebelum keberangkatan tiket sudah dipesan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, padahal saat itu isu kecelakaan pesawat Air Asia masih hangat dibicarakan. Terus terang rasa was-was kerap melintas di pikiran. Namun, suami saya mengingatkan, berdoalah, minta perlindungan agar senantiasa selamat dalam perjalanan hingga kelak kembali ke Balikpapan. Terima kasih, sayang.

Pesawat Lion yang saya tumpangi telat 1 jam dari jadwal semula 11.35. Biasanya pesawat transit di Jakarta, namun kali ini di Batam.  Saya dapat tempat duduk no. 8F, hasil check in online di website Lion. Saat itu saya adalah penumpang pertama, jadi bisa pilih tempat duduk suka-suka. Asyik ya.

Di samping saya adalah ibu dengan anak balitanya yang ingin pulang ke Batam setelah menghabiskan liburan di rumah saudaranya di Balikpapan. Sebenarnya ibu belum mau pulang, namun dia mendapat telepon bahwa anak pertamanya tidak mau sekolah, sampai sang ayah kebingungan dan akhirnya meminta ibu agar segera pulang untuk membereskan masalah. Ada-ada saja yah.

Untung banget nih, Yasmin anak saya, suka banget pergi sekolah, karena katanya, “Asyik, Bunda di sekolah, ketemu teman-teman, guru  dan bermain”. Jadi, saya tak perlu khawatir untuk soal yang satu ini.

Selama dalam penerbangan, saya perhatikan ibu kerap memandang ke luar jendela. Mau tak mau hal itu memicu penasaran saya juga.

“Kalau lihat awan, jadi teringat kecelakaan Air Asia”, ibu membuka percakapan
“Glek!, saya menelan ludah, hadeh ibu,, kog malah membuka luka lama” cemas saya
“Iya, Bu”, mari kita sama-sama berdoa ya bu. Otomatis saya menggenggam tangan ibu dan kami berbagi senyuman. Melihat hal tersebut balita ibupun ikut tersenyum.

Beberapa kali pramugari mengingatkan agar tetap mengenakan sabuk pengaman, sesekali pesawat seperti terbatuk saat memasuki gumpalan awan. Meski saya telah mencoba, pikiran akan kecelakaan Air Asia setia bermain di pikiran. Walhasil, untaian doa tiada henti saya panjatkan. Senyum Yasmin dan suami silih berganti hadir di ingatan.

Terima kasih Tuhan,, kami mendarat mulus di Hang Nadim Batam. Kembali saya dan ibu berbagi senyuman. Kami pun berpisah, saya terus ke bagian transit, ibu langsung ke rute pengambilan bagasi.

Asyik, ini pertama kali menginjakkan kaki di Batam meski cuma di bandara Hang Nadim. He he he he. Begitu keluar dari pesawat, saya langsung menyiapkan,,,,, yup ,, tongsis. Pose narsis dengan pernak-pernik kuis, Ha ha ha ha




Kemungkinan untuk tersesat di Bandara Hang Nadim sangat kecil, karena begitu keluar dari perut pesawat, kita segera masuk dalam lorong yang hanya memiliki satu arah lengkap dengan anak panah dan petugas darat yang siap membantu. Saya menunggu penumpang sepi, dan klik beberapa posepun terdokumentasi. Uhuiiiii.

Saya mengikuti lorong kedatangan yang akhirnya berujung di counter transit. Ternyata ruang tunggu dan masjid berdekatan. So, tak perlu buang waktu saya segera sholat Jamak Qashar Zuhur dan Ashar.

Tak lama saya mendengar gemuruh dalam perut saya. Ho ho ho ternyata usus saya protes minta diisi.
Restoran padang jadi pilihan. Nasi putih + kuah gulai + daun singkong rebus + telor balado mampu menenangkan perut saya. Aman!

Waktu masih cukup, saya habiskan berjalan-jalan di seputaran restoran yang berbagi dengan beberapa outlet oleh-oleh khas Batam.

Sekilas saya tangkap personil di bandara cukup ramah dan tidak pelit senyum. Hal ini saya ketahui saat saya beberapa kali bertanya mengenai beberapa hal dan mereka selalu memberi jawaban diikuti mimik ramah plus senyuman.

Jadi ingat ungkapan dari Tiongkok.

Orang yang tidak bisa senyum dilarang buka toko

Nah,, mungkin mereka pernah baca ya.. jadi mereka rajin senyum.




Tak lama suara panggilan dari pesawatpun bergema. 

Saya habiskan waktu dengan menulis catatan di gadget hingga tak terasa pesawat mendarat sempurna di KNIA dalam waktu 1.5jam. Alhamdullillahirobillalamin.

~~~~~

Kami berangkat umroh 17 Januari 2015 via Kualanamu dengan pesawat Mihin Lanka. 



Jamaah diminta berkumpul jam 1500, meski pesawat berangkat 1730, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 

Sebelum memasuki ruang tunggu kami menjalani pemeriksaan imigrasi. Paspor di beri stempel segitiga "Departure Kualanamu, 17 Januri 2015".

Interior pesawat masih terawat baik. Sepertinya ini memang masih baru. Uniknya semua penumpang adalah jamaah umroh. Lagi-lagi menurut saya, armada ini jelas memang untuk pengangkutan jamaah umroh.

Begitu masuk perut pesawat, awak pesawat langsung memberi salam “Ayubowan sembari merapatkan 10 jari  di atas dada, percis seperti budaya Jawa. Kami di minta duduk tanpa harus sesuai nomor boarding pass, awalnya sedikit terjadi kericuhan, karena jamaah berteriak-teriak memanggil sahabat ataupun keluarga. Salah seorang awak pesawat minta tolong ke adik saya agar semua penumpang segera duduk dengan rapi karena pesawat akat “take off” sebentar lagi.

Untunglah semua masih terkendali.

Tak tahan segera kusiapkan tongsis untuk merekan pengalaman pertama di kabin pesawat kinclong ini. Entah kapan akan terulang lagi. Hanya Ilahi Robbi yang Maha Mengetahui.



Percis jam 1730 kamipun meninggalkan KNIA menuju Kolombo.

Penerbangan akan ditempuh selama 2.5 jam.

Usai peragaan standar keselamatan, pramugari menyajikan makanan bistik ayam plus nasi putih yang menurut lidahku seperti kekurangan air. Kurang empuk. Untung ada coklat batang dengan "Mihin Lanka" tertera di kemasan. Saya simpan buat oleh-oleh. Ha ha ha ha, Coklat Kolombo eeee. Lebaydotcom.

Sepanjang perjalanan saya membaca buku kumpulan doa & zikir, sambil sesekali melirik pemandangan lewat jendela. Perbedaan waktu Medan dengan Kolombo adalah 1.5 jam, dimana waktu Kolombo lebih lambat.

Mama, sejak pesawat "takeoff" sudah menutup mata, tak kuasa menahan kantuk. Hanya terbangun saat makan tadi, sementara Roni, adik saya juga sesekali mencoba tidur dan membaca buku yang sama.

Percis jam 1800 waktu Kolombo kami mendarat. Memasuki pemeriksaan imigrasi, terjadi penumpukan massa. Ada apa? Ternyata sistem imigrasi sedang "down, demikian informasi yang kami terima. Kesabaran kami sedang diuji.

Kurang lebih satu jam menanti, akhirnya kami bisa memulai pemeriksaan. Kali ini paspor mendapat ekstra stempel di antaranya "barcode" dari Imigrasi dan Emigrasi, "permitted land"  dan terakhir "embarked" dari Imigrasi. Total 3 stempel.

Sesuai jadwal kami akan bermalam di Kolombo. Sambil menanti bis, saya berdoa semoga hotel yang kami inapi, layak huni, mengingat raga yang lumayan rontok, bak daun di awal musim semi.

Alhamdullillah, doa saya terkabul. Sesampainya di hotel, lagi-lagi meski pakai acara menanti yang lumayan menguji, Hotel "Gateway" Airport garden, cukup mengesankan. 

Makan malam tersaji secara "buffee", prasmanan. Saking laparnya, saya lupa mengabadikannya. Maklumlah perbedaan waktu telah membuat perut lapar berat walhasil mau berfotopun tak sempat. Tak sempat berpikir.  Ha ha ha

Menu sup menjadi pilihan utama, disusul nasi goreng. Sebagai penutup saya pilih puding dan aneka cake yang "yummy". Mantap!. Lupa deh sama FC. Food Combining, sudah lupa tuh!  Ha ha ha ha..

Selanjutnya, kami digiring ke kamar buat istirahat. Kali ini saya sempat berpikir untuk berfoto. He he he he, sebelum kamar porak poranda, dan berhasil membujuk mama foto sambil tertawa. Hore!. Iya,, Mama suka gak pede, katanya giginya sudah banyak yang ompong. He he he he.



Malam itu kami istirahat dengan pulas berselimutkan pengalaman umroh via Sri Lanka dan menyiapkan fisik Menuju Nabawi.












27 komentar:

  1. Wah asik dong sempat menginap di Kolombo. Ibu saya juga umroh sekitar januari itu, berangkat via KNO Mubai tapi cuma transit nggak keluar bandara, pulang via Bangkok KNO tapi cuma sempat city tour waktu transit nggak nginep. Banyak jalan ternyata ya.

    BalasHapus
  2. iya bunda Lusi,, saya juga baru tahu, saat ketemu jamah umroh lainnya. Ada juga yang via Singapore-Dubai-Jeddah, atau Jkt-Jeddah. Saya pribadi senang yang transit biar bisa jelong-jelong meski cuma seputaran bandara,, hihihi.. ~_*

    BalasHapus
  3. senangnya, doakan kami sekeluarga juga bisa berkunjung ke rumah allah SWT ya mbaa

    BalasHapus
  4. Aamiin,,,
    Insya Allah ya dear Kania, Insya Allah,,

    BalasHapus
  5. ohh...bisa gitu ya..*manggut-manggut..
    semoga bisa segera ngajak bapak-ibuk kesana

    BalasHapus
  6. iya perlu di renovasi, sana dan sini :)

    BalasHapus
  7. ah, nth udh brp kali ditegur papa krn sampe skr aku blm umroh juga.. -__-.. rutin traveling kemana2, tp malah rumah Tuhan blm prnh aku datangin... baca ini jd ngerasa disentil lagi mbak.. kyknya memang hrs diniatin kuat bgt utk umroh ini

    BalasHapus
  8. Kalau sudah umroh, pasti mau lagi dan lagi
    Buktikan sendiri....

    BalasHapus
  9. Asyik banget ya, Mba, bisa Umroh bareng Mama dan Adik. Kesempatan ini yang aku belum peroleh hingga saat ini. Semoga bisa tahun ini, ya Allah.

    Eits, nah, senyum mama renyah banget itu, Mba. Seneng deh lihatnyaaa.... Salam hormat untuk Mama ya, Mba. :)

    Ditunggu lanjutannya.

    BalasHapus
  10. Lanjutannya, ada di kalimat terakhir dear Alaika
    Ada link dofollow di sana

    Btw, terima kasih sudah berkunjung ke sini yaa

    BalasHapus
  11. Dulu waktu mama sy pergi Haji katanya transitnya juga di Kolombo. Tapi cuma isi bahan bakar, ga turun dari pesawat. Dan ternyata lumayan dekat juga kalau dri Medan ya, Mbak. Cuma 2,5 jam :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdullillah, bisa icip-icip kota Kolombo meski cuma numpang tidur. Entah mengapa aku suka sekali travel dengan transit karena berkesempatan bertemu orang baru dan mendapat pengalaman baru. Baik pengalaman buruk atau baik. Keduanya saling bersinergi.

      Hapus
    2. Sama, aku juga begitu mbak :) apalagi kalo ke negara yg belom pernah didatangi.

      Hapus
    3. Gennya sama kali yak, gen adventure junkies :)
      Mudah-mudahan ketemu lagi di Tidore yak...
      Aamiin...

      Hapus
  12. Sangat besar sekali mbak harapan saya untuk pergi umroh bersama dengan anggota keluarga saya semoga saja harapan saya bisa tercapai.

    BalasHapus
  13. Barakallah Mbak, bahagianya. Semoga dapat nilai ibadah maksimal yah umrohnya :)

    BalasHapus
  14. wah...menyenangkan bisa umroh sama keluarga. saya kok juga pingin umroh sama adik laki saya ya.

    BalasHapus
  15. Maaf mbak, mungkin saya terlewatkan bacanya.. Ini perjalanan umroh dari Sri Lanka apa karenA travelnya dari sana atau hanya transit saja?
    Makasih infonya 😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rutenya Medan-Sri Lanka-Jeddah, mbak.
      Dari Medan sudah pakai pesawat Sri Lanka, Mihin Lanka. Nginap semalam di Kolombo dan besok paginya pakai As Saudiah ke Jeddah.

      Hapus
  16. Mamanya cantik, ga keliatan ompong :)
    Mdh2an saya jg bs umroh...

    BalasHapus
  17. Wahhh smogaaa aku bsa segera berngkat ke Tanah Suci.. aamin..

    BalasHapus
  18. wah menyenangkan pasti ya umroh dgn keluarga

    BalasHapus
  19. Haloooo Mbak Rosanna apa kabar? Wah, seru banget cerita umrohnya :) Udah di tahun 2015 ya ke Colombo dulu. Aku baruuu aja sekitar Mei ini. Bahagia banget ya bisa bertigaan jadinya erangkat deh. Kalau udah diundang Allah mana bisa kita menolaknya? Barokallah.

    BalasHapus

Holaaa...!
Terimakasih ya sudah berkunjung ke sini.
Mohon maaf komentar kudu dimoderasi sebelum dipublikasi.