Senin, 31 Januari 2022

Cerita Kenangan Masa Kecil yang Tak Terlupakan

Cerita Kenangan Masa Kecil Yang Tak Terlupakan

Kenangan masa kecil apa sih yang masih terpatri rapi hingga saat ini

Tentu saja kenangan dan berbagai kejadian saat masa kecil tak akan pernah dilupakan ya. Selalu saja ada potongan-potongan masa kecil yang senantiasa mengendap di dalam ingatan. Setuju?

Mengenang nostalgia masa kecil memang menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Rasanya segala sesuatu sangat berbeda di masa kecil!

Baca juga: Senang Bernostalgia? Perlukah Khawatir? Gimana Nostalgia Terjadi?

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Saat kami masih bertiga, ayo tebak usiaku!)

Pohon-pohon terasa tinggi bikin keinginan memanjat bagai monyet begitu menggoda, warna-warna begitu indah, hari ini selalu lebih indah dari kemarin. 

Bahkan, ada beberapa kenangan masa kecil yang bercokol begitu dalam, hingga tak kuasa tuk dihempaskan!

Beberapa kenangan masa kecilku ini berlokasi di sekitar kelurahan Sipinggol-pinggol alias Sikuping-kuping, tepatnya di jalan Enggang No. 33 Pematangsiantar, Sumatera Utara, sebelum pindah ke rumah opung di Jalan Narumonda Bawah 125 kelurahan Tomuan.

Berikut berbagai cerita masa kecil yang masih menyisakan kenangan tak terlupakan!

Aktivitas ke Sungai 

Masih terbayang jelas di memori, setiap hari, aku, adik-adik dan mamak sehabis sholat Subuh selalu ke sungai Bah Bolon ini. 

Biasanya aku membawa pakaian kotor, sedangkan adikku membawa piring kotor dan mamak membawa ember yang akan diisi air bersih untuk dibawa pulang.

Namun kadangkala hanya aku dan mamak yang ke sungai.

Biasanya hari masih gelap dan kami harus membawa lampu semprong sebagai penerang jalan. 

Zaman dulu, jalan ke sungai itu mirip hutan mini gitu. Jadi kami harus melalui jalan setapak diantara rimbun hutan, sesekali tangan berusaha menepis akar pohon yang menjuntai sementara tangan lainnya memegang ember berisi pakaian kotor/piring kotor di junjungan kepala. 

Bisa membayangkan?

Yang paling sedih saat hujan datang, kudu ekstra hati-hati merayap di jalan setapak yang licin. Beberapa kali aku pernah jatuh lho. Piring-piring pun penyok. Dulu masih menggunakan piring kaleng. Piring kaca hanya keluar dari lemari saat ada acara khusus misalnya lebaran. Hahaha.

Lutut aku pun berdarah jika terkena batu atau akar pohon yang tajam. Namun tak pernah sekali pun aku phobia. Keesokan harinya, jika luka tidak terlalu parah, kami ke sungai lagi.

Terkecuali hujan turun sangat deras. Biasanya air hujan ditampung di drum dan itu bisa digunakan untuk beberapa hari. Lagipula sungai Bah Bolon akan banjir dan airnya bisa berubah warna menjadi seperti teh susu.

Pasti pada kepo ya, kog ke sungai mesti sekitar Subuh gitu?

Supaya kebagian batu tempat mencuci, Moenah!

Saat itu sungai Bah Bolon masih jernih, dan tersedia beberapa spot mata air bening. Jika tiba lebih awal, peluang mendapatkan mata air yang di sekitarnya ada batu tempat untuk mencuci pakaian lebih besar.

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Saat itu air sungai masih jernih)

Pengalaman yang tak terlupakan saat di sungai, tentu saja digigit pacet/ lintah saat musim hujan serta berinteraksi secara tidak langsung dengan ular air. Yang terakhir ini bahkan tak terhitung hampir setiap hari ada saja kejadian bertemu si ular air.

Kadang kala pas mau mengambil handuk di tebing, ada ular merayap keluar dari dalam handuk. Tentu saja aku kaget luar biasa dan mencak-mencak. Hahaha.

Di kesempatan lain, ular yang merayap di pohon terkadang terjatuh ke mata air tepat saat menciduk air pakai gayung.

Karena hampir tiap hari bertemu ular air, bertahun-tahun lamanya, perasaan takut pun seiring waktu memudar.

Kami seperti punya MOU tak tertulis, "Asalkan tidak mengganggu, misalnya memukul atau saling menyakitir, sang ular pun tak berkeberatan, berbagi daerah jajahan

Buktinya selama aku beraktivitas di sungai Bah Bolon, tak pernah ada sekalipun berita ular menyakiti penduduk kampung.

Kami hidup berdampingan dalam harmoni!

Baca juga: Kisah nostalgia aku, merantau dari Sumatera ke Borneo di About me ya.

Mandi Hujan

Aku suka sekali kalau hujan turun, namun mamak jarang sekali memberi izin kami mandi air hujan.

"Jangan mandi hujan kalian ya, nanti sakit!"

Itulah mantra mamak!

Namun jika mamak sedang mengajar di sekolah yang memang lumayan jauh dari rumah dan aku sekolah siang, lalu hujan turun, saat itulah aku dan adik-adik menuntaskan impian. Hahaha. Usai mandi kami langsung menjemur celana dalam dan kemeja supaya tidak ketahuan.

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Senang banget hujan turun pas mamak sedang di sekolah) 

Tapi kalau dipikir-pikir tetap saja sih kelihatan, soalnya tergantung di jemuran. Hahaha. Jika hari itu mamak tidak ngomel. Selamat deh. Tapi pernah juga kami tak selamat, dapat omelan. Fix!

Baca juga : Ketahui Filosofi Hujan Tentang Hidup dan Jadi Manusia

Jalan Kaki ke Sekolah

Kata mamak, kami pindah ke jalan Enggang saat aku berumur 2 tahun. Sebelumnya kami tinggal di kampung Jawa. Yes, sesuai namanya didominasi suku Jawa. Pas di jalan Enggang eh juga didominasi suku Jawa, Jadi kultur Jawa kental banget di masa kecilku.

Aku ingat saat adik bungsu aku lahir di tahun 1976, Lasniari Simanjuntak, mamak minta tolong warga untuk kenduri atau bancaan di rumah. Di kampungku, saat itu kata kenduri dan bancaan sangat sering digunakan ketimbang selamatan.

Aku juga ingat rumahku penuh dengan warga yang membantu menyiapkan segalanya. Aku senang sekali karena banyak makanan yang belum pernah aku icipi. Termasuk nasi tumpeng yang indah itu. Berkali-kali aku menelan liur saat menyaksikan nasi tumpeng dihias. Hihihi.

Aku bersekolah di SDN No. 1 yang kemudian berganti jadi SDN 122332. Dulu sih namanya jalan Sekolah. Kini berganti jalan Jend. Sudirman.

Meski masih dalam kecamatan yang sama, Siantar Barat, perlu waktu setengah jam berjalan kaki dari rumah ke sekolah.

Dulu aku kebanyakan sekolah siang. Seingatku sejak kelas 3 sampai dengan kelas 5 aku sekolah siang, masuk jam 1.

Paling sedih kalau di tengah jalan, turun hujan, bisa dipastikan aku akan basah kuyup, buku-buku juga sedikit basah meski di dalam tas jika pas hujan tak ada tempat berteduh. Sekolah biasanya juga bocor dan banjir di dalam kelas. Kami pasti tidak akan belajar dan mengepel kelas. Horeeee...!

Ada kejadian memilukan yang menimpak adikku, Helgaria Simanjuntak.

Satu hari doi pulang sekolah dengan telinga berdarah. Ternyata anting-anting emasnya dicopot dengan paksa. 

Mamak langsung memeluk adikku itu, membersihkan telinga dan mengganti bajunya yang bersimbah darah. Anting itu doi pakai sejak masih bayi lho, pas acara tindik telinga.

Sejak saat itu kami diminta menggunakan jalan alternatif lain karena jalan sebelumnya meski memperpendek jarak namun sangat sepi dan memang rawan kejahatan.

Aku paling suka kalau pas sedang dalam perjalanan ke sekolah ada Ibu Harahap lewat dengan sepedanya dan aku bisa nunut. Olala, senangnya. Begitu juga saat balik ke rumah bisa nebeng beliau lagi, rasanya hari itu begitu indah!

Oh iya, mamakku mengajar matpel olah raga dan matematika di sekolahku dan aku termasuk siswa yang lumayan encer otaknya.

Kerap menjadi juara pertama di sekolah rupanya menimbulkan rumor tak sedap, bahwa itu semua aku dapatkan karena aku anak guru.

Mereka tidak pernah tahu betapa mamak sangat disiplin sekali soal pendidikan ini!

"Mamak ini orang tak punya harta, jadi kalian semua harus sungguh-sungguh belajar ya, supaya kelak bisa mandiri!"

Mantra mamak yang selalu aku ingat. Pendidikan adalah kunci kesuksesan!

Begitu pula saat SMP, berjalan kaki selama 3 tahun dari jalan Enggang ke SMPN 4 di jalan Kartini dan dari Tomuan, karena saat kelas 2 SMP, kami pindah ke rumah Opung.

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Tugas permanen selama 3 tahun SMA, petugas bendera)

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Pertandingan vocal grup antar kelas SMA)

Sedangkan saat SMA sesekali aku naik angkutan umum ke SMAN 2 di Parluasan tapi most of the time, by foot sih. Hihihi.

Mencari Kayu Bakar ke Hutan

Tahun 80-an, aku ingat gaji mamak sebagai guru sangat jauuuh dari cukup untuk menghidupi kami berempat. Sementara ayah, tukang beca mesin.

Beca Ayah di zaman itu modelnya seperti moge. Aku masih ingat mesinnya merek BSA. Mamak beli lewat fasilitas kredit potong gaji.

Segala upaya kami lakukan untuk menekan biaya hidup termasuk mencari kayu bakar ke hutan. Saat itu kompor minyak tanah hanya dipakai untuk keperluan menggoreng saja. Masak nasi pun masih pakai periuk yang akan menimbulkan kerak itu. Sementara merebus air pakai ceret yang warna aslinya sudah tak kelihatan lagi. Hitam legam karena karbon kayu.

Biasanya kami ke hutan saat libur sekolah atau hari Minggu.

"Ros, besok temani Mamak cari kayu bakar ke hutan ya. Kita berangkat pagi-pagi biar tidak kepanasan di jalan"

Kalau mendengar ini, aku senaaaang banget, karena biasanya mamak akan singgah di warung untuk minum teh hangat dan membelikan pisang goreng hangat. Jajan mewah untukku saat itu, karena mamak hampir tak pernah mengalokasikan uang khusus jajan.

3 menu istimewa yang setiap bulan sangat kami nantikan saat mamak gajian, bubur kacang ijo yang dikasih tepung maizena agar kuahnya kental, kolak ubi/pisang dan roti sobek yang dicelupkan ke teh manis panas.

Soalnya saat mencicipinya bersama-sama, kami kerap tertawa bersama-sama. Begitu bahagia!

Baca juga : 4 Kiat Terciptanya Bahagia di Rumah

Terasa banget aura bahagia memenuhi dada, sepertinya setiap sel darah dipenuhi si hormon gembira dopamin dan endorfin

But, 3 menu ini hanya ada di awal bulan ketika mamak gajian. Kadang-kadang juga ke-skip, jika ada keperluan lain yang lebih penting. Hihihi.

Rasanya hidupku super bahagia banget 

Kembali ke laptop!

Sebelum berangkat ke hutan, mamak akan membawa perlengkapan safety seperti minyak angin, tembakau, kain untuk alas kepala, parang dan kampak kecil untuk memotong kayu.

Mamak juga akan membayar sejumlah fee ke petugas dadakan yang kadang ada dan kadang tiada berjaga di posnya.

Sesampai di hutan aku memungut ranting-ranting kecil, membantu mamak menyusun  kayu yang agak besar lalu mengikatnya rapi. Sesekali aku mencoba kampak atau parang namun dengan pengawasan mamak.

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Happy banget kalau diajak mamak cari kayu bakar ke hutan)

Nah, ini dia bagian yang aku suka. Menuju pulang ke rumah, mamak pasti akan singgah di warung, minum teh hangat dan memesan pisang goreng hangat. Nikmatnya tiada terkira! Letihku langsung rontok, pemirsah!

Aku bahkan tersenyum-senyum saat menuliskan kembali kenangan indah masa kecilku ini.

Aktivitas di hutan tidak selalu berjalan lancar. Kadang kala lokasi hutan yang ada kayu bakar agak jauh meringsek ke dalam, ke hutan yang agak lembab dan gelap. Di sini nih pacet dan lintah bisa ikut sampai ke rumah tanpa aku sadari.

Biasanya ketahuan saat mandi, pahaku berdarah tanpa henti, si pacet sudah gemuk segede jari dan terjatuh kekenyangan di antara jari kaki. Itu sih belum apa-apa ya. Yang horor kalau pacet/lintah tak sudi lepas bahkan sudah ditarik-tarik mamak. Kudu pakai tembakau dan air garam baru dehTinggallah aku menjerit-jerit histeris.

Saat hari terik, kayu-kayu dijemur di halaman rumah dan aku sering kebagian jadi petugas yang stand by, jaga-jaga kalau hujan mendadak turun. Harus sigap mengangkat dan menyusunnya di dapur.

Berobat ke Puskesmas 

Mamakku guru SD dan punya akses berobat ke Puskesmas. 

Adalah Puskesmas Kartini, diberi nama sesuai dengan nama jalan di sekitarnya, yang menjadi kesayangan mamak.

Biasanya, cabut gigi, batuk pilek adalah 2 alasan utama berobat ke Puskesmas Kartini.

Sama kayak kalau pergi ke hutan cari kayu bakar, pulang berobat mamak juga akan singgah di warung beli pisang goreng, karena biasanya kami pergi pulang, jalan kaki, pemirsah. Hitung-hitung buat menghempaskan lelah.

Jadi once again, berobat ke Puskesmas adalah aktivitas menyenangkan di masa kecilku!

Menyalakan Lilin dan Kembang Api Jelang Lebaran 

Adakah yang mengalami aktivitas menyalakan lilin jelang lebaran di halaman rumah sejak mulai malam 27 Ramadan?

Kalau begitu, tos dulu dong!

Ini juga merupakan kenangan indah masa kecilku. Tambahkan juga menyalakan kembang api!

Tapi kembang api yang sederhana ya. Yang berpendar bagai bintang-bintang kecil itu. Bukan yang seperti sekarang, yang suaranya nyaris horor menyerupai bom.

Setelah dinyalakan biasanya aku akan melemparnya ke dahan bunga kamboja di halaman. Cahaya bagai bintang, kerlap-kerlip menyeruak dari balik dahan. Indah sekali!

Aktivitas Terang Bulan

Bulan purnama adalah waktu yang paling dinanti-nanti juga. Apalagi kalau malam terang bulan jatuh di akhir pekan. Biasanya anak-anak desa akan keluar beraktivitas seperti main gobak sodor, engklek, congklak, patok lele, egrang, lompat tali karet, alip cendong (petak umpet), ular naga panjang, bola bekel, dan gasing.

Mamak yang biasanya disiplin, saat terang bulan agak melunak. Izin beraktivitas di rumah pun keluar, nmun maksimal sampai jam 9 malam saja. Setelah itu kami harus melakukan ritual sebelum tidur, membersihkan diri termasuk gogok gigi, membersihkan tangan dan kaki dan mengenakan baju tidur.

Bisa dipastikan malam itu kami pasti tidur bermandikan perasaan sukacita!

Memanjat Pohon

Rumah sewaan di jalan Enggang itu tipe couple. Jadi halaman belakang dan samping lumayan luas. Awalnya rumah sebelah ditempati sepasang kakek nenek Sarji energik yang empunya rumah, di mana sesekali anak-anak beliau bergantian berkunjung. Namun setelah keduanya berpulang disewakan lagi ke penyewa lainnya.

Kakek Sarji punya hobi menanam buah seperti durian, alpukat, rambutan, kelapa, pisang, coklat, manggis, jambu kelutuk, pepaya dan belimbing.

Aku senang sekali memanjat buah manggis. Dahannya saling berdekatan jadi gampang berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya untuk memetik manggis masak yang manisnya luar biasa kayak kamu. Iya, kamu!

Ayo, siapa yang senang memanjat buah manggis?

Jambu klutuk dan belimbing juga menjadi daerah jajahan panjatku.

cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan
(Favoritku, memanjat pohon yang dahannya banyak)

Kalau rambutan aku agak takut karena selainnya pohonnya besar, terkadang ada semut juga. Selain itu  beberapa dahan berjuntai langsung ke aliran sungai Bah Bolon di belakang rumah. Seram pokoknya!

Kalau pohon alpukat, entah mengapa aku selalu gagal mencapai dahan pertama karena batangnya yang licin, menurutku. Walhasil aku hanya bisa menyodok alpukat tua untuk dibuat jus sederhana. Namun terkadang alpukat menghantam batu dan pecah berkeping-keping. Sedih dan kecewa tentu saja.

Mengaji Sepulang Sekolah

Khusus aktivitas mengaji ini aku punya 2 kenangan berbeda, Moenah!

Mengaji yang aku ceritakan di sini, bukan hanya membaca Al-Quran saja namun ada juga pelajaran lain seperti Nahwu, Shorof dan Faraid.

Pertama, saat rumah masih di jalan Enggang, aku mengaji siang dan sore hari, menyesuaikan dengan jam masuk sekolah.

Biasanya aku dan teman berangkat bareng. Sepanjang perjalanan kami bercanda ria. Jadi pergi mengaji itu pengalaman menggembirakan!

Namun sesekali aku juga kesal dan ketakutan saat pergi dan pulang mengaji melewati rumah yang pemiliknya punya anjing, karena ada ada teman cowok suka usil menghentakkan kakinya ke aspal buat membangunkan anjing yang sedang tidur atau santai.

Tentu saja anjing pun terkejut, panik lalu melompat memburu kami. Tak ayal kami harus berlari sekencang mungkin sambil sibuk memegang sarung dan mendekap tas berisi Al-Quran.

Nah, ada suatu saat aku berhasil disusul anjing. Doi langsung menggonggong aku dengan gerakan memutar dan mengendus-ngendus penuh emosi.

Tubuhku pun gemetaran ketakutan dan yang aku ingat guru ngaji pernah berkata cobalah membaca Surah AlLahab untuk menenangkan diri.

Saking takutnya, aku lalu freeze, kaku, sambil tetap mendekap tas dan mulailah aku membaca surah.

Si rajagukguk tetap menggonggong dengan gerakan memutar. Aku tetap terpaku. Diam, sambil terus membaca Al-Lahab.

Perlahan si anjing mundur sambil tetap menggonggong, namun kali ini sudah tidak nyaring lagi. 

Aku menyeret langkah perlahan sambil tetap membaca surah tanpa pernah sekalipun menoleh ke si rajagukguk.

Dari kejauhan teman-temanku memantau sambil terkekeh-kekeh. Betapa teganya mereka. Hmmm.

Tak ingin terjebak dalam pengalaman semi horor, setelah kejadian aku memilih menggunakan jalan lain meski lebih jauh. 

Tahun 1982, saat kelas 2 SMP, kami pindah ke rumah opung ke kelurahan Tomuan dan menemukan madrasah di sini hanya sampai kelas 3 ibtidaiyah saja, sementara aku sudah kelas 5.

Jadilah aku di rumah saja dan sesekali diajak mamak ikut pengajian mamak-mamak. Aha!

Nah, itu dia beberapa cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan saat di Sumatera Utara!

Gimana dengan kamu, punya cerita kenangan masa kecil yang tak terlupakan juga? Ceritain dong di kolom komentar ya. 

54 komentar:

  1. Cerita masa kecilnya hampir sama. Mungkin karena saya juga tinggal di desa dekat ke hutan plus jaman yang dilewati tidak jauh beda.
    Yang sedikit membedakan kalau soal pohon alpukat, saat kecil di halaman rumah saya ada pohonnya. Tapi tidak pernah bisa manjat soalnya sudah gede banget dan tinggi itu pohonnya. Yang ada pas panen, saya pernah kejatuhan buah alpukat di kepala. Luka dan mengeluarkan darah sampai dijahit. Bekasnya ini jadi botak alias ga ada tumbuh rambut. Kenangan masa kecil tuh jadinya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bagian yang ini bikin aku kangen masa kecil dan manjat pohon. Seru banget, apalagi bareng temen. Aku dulu manjat pohon jambu batu sampe puncak 😁

      Hapus
  2. Wuih kisah masa kecil Mbak Anna seru ya ... saya kebayangnya Mbak Anna bisa nulis buku tentang pengalaman masa kecil, dalam bentuk novel. Sepertinya seru. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya nih berasa dikasih ide. Kalau pengalaman kita sebenarnya bisa jadi sebuah jalan cerita unik untuk kisah fiksi based true story ya...

      Hapus
  3. bercerita tentang masa kecil tuh bikin kita teringat dan pengen ngulangin masa masa itu. apalagi dijaman sekarang udah jarang banget anak-anak kecil bermain seperti anak jaman dulu. kangen aja vibesnya kek seru gitu. untuk sekarang aja udah jarang banget liat anak sekolah jalan kaki apalagi bermain diluar rumah yang ada sekarang anak kecil mainannya game online.

    BalasHapus
  4. Kak Anna yang mana nih pas baby nya? kiri ya?
    Cerita ke sungai, ambil kayu bakar ini mirip kisah mamak & nenekku, biasanya aku duduk tenang ngederin cerita mereka, sepertinya seru juga hidup di masa itu. Kecuali pas nenek cerita saat dia lari2 dari tentara belanda/jepang, itu baru aku ketakutan.
    Kalau permainan tradisional, main di bawah terang bulan, sama sih, aku sempat ngerasain, asyik kalau ingat2 dulu tuh, yang masih gak ada gadget.

    Kakek Sarji nya punya banyak pohon buah, ngiler bener.
    Btw, kayaknya manjat pohon itu skill wajib anak2 zaman dulu, hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Lidha!
      Paling kiri, saat itu usiaku 3 tahun.
      Foto diambil tahun 1971 di studio foto.
      Masih hitam putih di zaman itu.

      Mamak punya kebiasaan selalu menjahit kembar warna baju, dengn adikku Helga si nomor 2. Entah mengapa. Mungkin biar irit kali ya. Hahaha.

      Yang bikin beda sedikit biasanya di aksen baju.
      Misalnya ada yang dilipat, pakai renda dan sebagainya.
      Kalau warna, sekali lagi, wajib hukumnya.

      Entahlah.

      Sepertinya aku harus menanyakan sendiri ke mamak. Hmmm.

      Hapus
    2. Dua Kakak perempuanku juga punya baju kembaran. Terus aku iri dong. Namun akhirnya itu baju turun ke aku semua, hahaha

      Masa kecil yang penuh banyak cerita

      Hapus
  5. Mbak semua pengalaman di masa kecilmu di atas, seperti itu pulalah yang terjadi pada ku di kampung nun jauh di Sumatera Barat sana. Aku membayangkan dirimu, subuh-subuh dengan berpenerang lampu teplok jalan bareng mamak ke sungai. Dulu mungkin biasa saja ya. Kalau dikenang sekarang jadi romantis banget :)

    BalasHapus
  6. Jaman dulu hal2 sederhana tapi seru banget yq mbak. Baca postinganmu jd ikut senyum2 membayangkan masa kecil dlu yg suka manjat2 pohon dan main huhjan. Makanya skr kalo anakku pengen hujan2an sesekali boleh lah biar nanti klo udah gede punya kenangan indah juga

    BalasHapus
  7. Sungguh masa kecil yang indah ya mba. Aku pun ngalamin beberapa hal yang seru di masa kecil. mandi di sungai, main hujan-hujanan, manjat pohon,ah..indah sekali untuk dikenang. Bikin senyum-senyum bahagia kalau mengingatnya ya mba..

    BalasHapus
  8. Kak Anna...
    Akupun lahir di Sumatera Utara, di Langkat lebih tepatnya.
    Tapi hanya dari bayi sampai TK.

    Merasakan masa kecil yang penuh dengan pahit manis getirnya kehidupan ini membuat kak Anna bijaksana yaa..

    Aku dulu juga loo..kak Anna, sekolah jalan kaki, padahal dilangganin antar-jemput sama Ibu. Hanya akunya terlalu "ingin tahu".
    Huhuu..

    Anakku sekarang rasanya gak boleh susah. Plus di zaman sekarang, rasanya gak mudah mempercayakan anak-anak untuk bisa pulang sendiri naik angkot sampai rumah.

    Part yang aga merinding dari kisah kak Anna ya...waktu berbagi wilayah dengan ular. Huhuu...Sumatera itu memang juara yaa.. binatang melata ini juga banyak di rumahku yang dulu, kak.

    Tapi aku masih kecil, jadi gak paham.
    Kalo sekarang, beneran mencak-mencak kalo ketemu.
    Huhuu...

    BalasHapus
  9. Hampir sama Kak. Aku juga sering Main ke sungai, jalan kaki ke sekolah, kembang api sebelum lebaran. Paling beda yang ambil kayu ke hutan. Tak ada hutan dekat rumah. Sama puskesmas. Aku dulu paling takut di suntik. Kalau sakit paling histeris kalau dibawa ke rumah sakit.

    BalasHapus
  10. Seruu mbak hampir sama kayak aku, BAB di sungai, kalau mandi n nyuci di rumah pake sumur timba.

    Nenek saya dl rumah samping kami, sering bgt suruh bantu2 nenek menyiapkan bahan makanan buat nenek

    BalasHapus
  11. Masya Allah, baca ini aku auto nostalgia mbak. Aku dulu hampir setiap pulang sekolah selalu main di sungai, renang pakai batang pohon pisang wkwkwk. Iya lho, lebaran itu pasti beli kembang api. Nggak ketinggalan pokonya

    BalasHapus
  12. Ya ampun! Cerita masa kecilnya hampir sama. Manjat pohon, mandi hujan, main pas terang bulan, dan pergi ke sungai pagi banget biar dapat tempat nyuci. Di kampungku gak sampai hutan sih ya, tapi jalan ke sungai tetap lumayan. Balada nimba di sumur. Kalau ke sungai kan sekalian main air gratis

    BalasHapus
  13. Aduuuh aku bacanya sampe akhir kayak pengen dapet cerita lagi nih. Seru banget. Memang sih cerita masa kecil tuh ada ruang kenangannya tersendiri

    BalasHapus
  14. Samaan kak... Aku cuma pas liburan sekolah Aja pasti k Cirebon selama sebulan full.. masih bisa nyari belut sawah, naik pohon, mandi di sungai knangan yg gk bisa dilupakan

    Walaupun sekarang Cirebon dh jauh berbeda bnget

    BalasHapus
  15. Aku jadi ikut merasakan bahagianya masa kecilmu Mak. Mandi di sungai, pergi ke hutan dan jalan kaki ke sekolah memang kenangan orang zaman dulu paling berkesan. Kalau kenangan masa kecilku itu juga jalan kaki ke sekolah ramai-ramai, sampai ada satu teman TK yang pernah nyebur di kolam ikan. Kalau ketemu temanku itu, pasti ingatnya kejadian itu.

    BalasHapus
  16. Cerita masa kecil selalu bikin kita berbunga bunga saat mengingat kembali ya. Kadang ada bisikan untuk menikmati sejenak apa yang sudah kita alami dalam perjalanan hidup. Buat Saya sendiri itu adalah salah satu bentuk healing. Btw kita sama sama suka manjat pohon ternyata mbak

    BalasHapus
  17. Paling jealous dengan pengalaman mba Anna nyuci di sungai, karena aku tinggal di kota dan tidak punya sungai yang bersih. itu lah kenapa aku paling suka ngekor tetangga yang pulang ke kampungnya karena diiming-imingi sungai dengan batu batu besar dan air jernih.

    Tapi pengalaman manjat pohon jambu, nyanyi di vocal grup sekolah dengan gaya tangan ditangkupkan itu, sama, hahahaaa. Seru ya pengalaman masa kecil yang nggak bakal terlupakan

    BalasHapus
  18. Aktivitas masa kecil saya juga gak terlepas dari bermain air di sungai. Kenangan masa kecil yang tidak terlupakan.
    Di zaman saya, anak-anak tidak ada yang asyik menunduk, memainkan gawai. Semua bermain dan bereksplor di alam bebas. Kenangan yang indah,yaa...

    BalasHapus
  19. Wah menyenangkan ya mbak kalau mengenang masa kecil. Kurang lebih cerita kita sama mbak. Aku juga suka banget manjat pohon. Sampai pamanku ngeri kalau liat aku naik ke pohon karena sampai ke pucuknya hihi gelantungan. Kenangan masa kecil selalu indah ya mbak

    BalasHapus
  20. Wah menyenangkan sekali yah mba mengenang masa kecil. Yang aku inget pas kecil selalu dibawa pulang ke lombok sama alm. Ayah

    BalasHapus
  21. pengalaman masa kecil kita samaaa kakak. aku juga waktu kecil sering banget mandi di sungai, mandi hujan, terus ke sekolah berjalan kaki, manjat pohon dan sampai sekaranga aku masih bisa manjat hanya saja BBku enggak memungkinkan lagi untuk manjat-manjat

    BalasHapus
  22. Baca cerita masa kecilnya Mbak Anna bikin inget masa kecil saya juga. Indah banget deh. Sama, hampir sama nih aktivitasnya. Palingan yang belom pernah aku lakuin itu ke hutan. Soalnya lumayan jauh. Huhu jadi kangen masa kecil, dan kangen alm. bapak. Banyak kenangan masa kecil bareng beliau. :')

    BalasHapus
  23. Pengalaman masa kecil hidup di desa, tepi hutan, menerobos hutan dan sungai, iihh...ini pengalaman yang tak terlupakan pastinya. Baca tulisan ini jadi kangen masa-masa kecil.

    BalasHapus
  24. Masa kecilku suka cari buah keres bareng teman-teman. Banyak luka di badan akibat main gobak sodor, lompat tali, petak umpet tapi hati bahagia. Kalau ada teman yang pindah rumah rasanya sedih dan berharap suatu saat bisa ketemu lagi

    BalasHapus
  25. No wonder Kak Anna tumbuh jadi pribadi yg setrooonggg, tangguh dan berkarakter kuat banget!
    Ternyata Mamak mendidik dgn disiplin dan cinta yg luar biasa!
    Aaakk, barokALLAH, senaaaanggg bgt baca kisah2 seperti iniiiii

    BalasHapus
  26. Hai kak Anna fotonya diambil tahun 1971 ya? Aku baru lahir di Siborong-borong. Tapi sayangnya aku tidak punya kenangan indah seperti kakak di bona pasogit.Aku cuma numpang lahir saja karena tahun 1972 langsung diboyong orangtua ke Jakarta

    BalasHapus
  27. MbaTjiin..
    Aku bacanya sambil senyum2..
    Ko masa kecil kita hampir sama yaa, selalu ngangenin main di sungai biar kbagian area buat mandi dan nyuci sementara diujung hilir ada kebo juga gi mandi hahahahaa.
    Ahh selalu seruu, mandi hujan, ahhhh kangen pokonyaaa. Makasih sudah berbagi ceritaa..

    BalasHapus
  28. Kenangan masa kecil yang indah. Bacanya seru. Pas bagian ada ular merayap keluar dari dalam handuk, ya ampun, kalau aku udah pingsan kali tuh haha. Soalnya aku phobia banget sama ular. Trus, aku zoom in zoom out liat foto sedang vocal group, mencari kak Ros, ga ketemu. Itu nyanyi di atas meja belajar/kelas ya kak? Kreatif betul disusun jadi panggung nyanyi :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga histeris mba Kat, pas pertama itu, hahaha.
      Tapi selama ada pawang alias Mamak di samping, Insya Allah, aman, Mba.

      "Gak pa-pa itu, ga menggigit, ga berbisa, ntar pergi sendiri ularnya" Gitu mantra Mamak.

      Eh, memang benar!

      Ular langsung ngeloyor saja menuruni tebing atau batu langsung deh berenang ke sungai.

      Tinggallah aku termangu sambil mengumpulin nyawa.
      Hahaha.

      Oh, jadi ga ketemu ya?

      Aku, paling kiri yang lagi super manyun.
      Ceritanya menghayati lagu.
      Hihihi.

      Hapus
  29. aku pernah banget digigit lintah dan ngeri banget awalnya itu zaman masih kecil mandi di danau dekat rumah hahaha... geli banget kalau diingat.

    BalasHapus
  30. pengelaman di masa kecil memang menjadi cerita istimewa yang tidak akan terlupa ya mba.. aku masih mengalami cari phon cherry dan manjat pohon belimbing, mandi di empang dan sungai kalau sedang main ke Kota Agung atau Sukabumi.. plus kegiatasn di sekolah. Aku aktif di pramuka sampai SMA jadi sering bangetn camping. Ketemu ular dan teman - temannya bikin heboh haehehe

    BalasHapus
  31. Aku masa kecil lama di Ambon. Paling senang lewatin hutan trus main ke sungai bareng teman-teman.. Paling kocak megang sesuatu kering kayak batang pohon, eh kata adikku itu kotoran sapi yang kering. Hahahha. Aduh shock. Btw duh jangan sampe. Kejadian kena pacet deh :(

    BalasHapus
  32. Kenangan masa kecil memang menyenangkan untuk dikenang ya, Mbak. Dulu waktu kecil saya juga sering mandi di kali kalau berkunjung ke rumah nenek. Momen yang dirindukan. Sayangnya sekarang sungainya sudah tidak seindah dulu. Sudah ada pengerukan pasir di sana, hiks

    BalasHapus
  33. Masa kecilnya seru banget Maaaak, dulu masa kecilku di Garut, tepatnya di Jl. Ciwalen, Kecamatan Garut Kota. Hari-hariku diisi dengan sekolah, dari pagi hingga menjelang magrib, karena selepas pulang SD cuma istirahat sebentar sudah harus siap2 lagi sekolah Agama di Pesantren, dan sepulangnya masih harus masuk kelas mengaji lagi. Jam mainku cuma sedikit, dulu sih rasanya normal-normal aja kayak gitu, sekarang setelah punya anak, baru nyadar kalau banyak hal seru yang bisa dilakukan anak kecil sesuai usianya yang aku dulu gak alami, wkwk

    BalasHapus
  34. Kenangan yang tak terlupakan yaa, kak Anna.
    Yang membuat kak Anna menghargai setiap yang ada saat ini, dengan segala kemudahannya.

    Salut dengan kak Anna.
    Ternyata ananda kemarin mendapatkan kesempatan ke Jepang karena menurun kecerdasannya dari sang Mama tercinta.

    Barakallahu fiik~

    BalasHapus
  35. Sungai di belakang rumahku dulu korot tapi emang banyak sih anak2 yg renang2 gtu
    Kalau aku paling duduk di taman pinggirannya sambil menikmati pisang goreng dan es teh
    Ah jd kangen masa keil dan remaja saat beban dunia gak seberat sekarang hahaha :P

    BalasHapus
  36. Jalan-jalan bersama keluarga jadi salah satu momen yang paling dikenang sama saya. Karena kedua orangtua saya kan bekerja. Ketemunya paling akhir pekan dan sering ajak jalan-jalan. Main di sungai bersama orangtua, jadi salah satu kenangan yang menyenangkan untuk saya

    BalasHapus
  37. Seruuu bangettt meskipun saya lahir dan tinggal di Kota Solo Jawa tengah tapi jaman era 80an 90 an seperti cerita dirimu maak gak beda jauh. Sekolah bocor, kalau hujan keujanan jalanan becek, mandi cuci di sungai bengawan solo dkk.

    BalasHapus
  38. Seriusan banyak ular duhh kalau akuh udah takut Kali...

    Akupun biar di Jakarta pernah ngerasain mba jalan kaki ke sekolah dari SD smp SMP pdahal cukup jauh tapi senang karena sama temen2

    BalasHapus
  39. Anak anak zaman dulu kayaknya ceritanya hampir mirip ya, main di sungai, naik pohon, jalan jalan jadi si bolang tanpa takut diculik orang. Sangat menyenangkan ya mbak. Saya juga dulu begitu mbak, sampai mama saya bilang, kaki saya kayak cakar ayam karena biasa main tanpa sendal, udah kayak tarzan aja katanya hihi

    BalasHapus
  40. diaku sungai pas di depan rumah mba, jadi ya lucu aja kalau mau berenang langsung ke sana belajar renang di sungai pakai ban mobil gt mbakk hahaha
    jadi kangen dulu sungainya pun masih jernih skrg ampunnnn coklat

    BalasHapus
  41. seru banget membaca cerita masa kecilnya mak, aku belum sempat nulisnya nih tapi sering cerita ke anak-anak, mereka pun menyukainya, bahkan suka minta diulang2

    BalasHapus
  42. Seru banget sih kenangan masa kecilnya, sementara saya cuma tau cerita kaya gitu dari novel...
    Tapi kalau digigit lintah, sering ngalamin juga, soalnya dulu di sekeliling rumah masih sawah...

    BalasHapus
  43. Senang banget mbak bisa membaca ini, semacam bernostalgia dengan masa kecil. Momen yang tidak mungkin dilupakan ya seumur hidup. Kalau saya, momennya itu saat kumpul keluarga besar sewaktu Lebaran, senang banget dengan suasananya, hangat. Begitu juga saat wisata ke pantai dengan keluarga.

    BalasHapus
  44. seru banget masa kecilnya. kalau aku punya serba kembarnya sama sodaraku karna cucu kesayangan beda 1 tahun doang. kalau di kampung memang khasnya itu pasti main ke sungai, apalagi rame-rame pasti seru banget hihi

    BalasHapus
  45. Dulu aku suka denger kalau ibuku bermemori masa kecilnya, setelah aku jadi ibu memang kenangan masa kecil suka bikin rindu dan mellow ya mba. Berasa semua indah gitu

    BalasHapus
  46. kembali membaca postingan ini untuk yang kedua kalinya dan aku jadi ingat masa kecilku. jadi pingin pulang kampung nih

    BalasHapus
  47. Yang tak terlupakan bagi saya sih banyak, termasuk dipukul guru pakai rotan, berenang di kali, main kasti, dan sebagainya. Kebanyakan, meski tidak ada fotonya, saya masih seperti bisa membayangkan kejadiannya.

    Cuma juga ingat dulu masih tinggal di rumah kontrakan dan nonton tipi pake aki bukan pake listrik..

    Banyak banget lah...

    BalasHapus
  48. Gaya bertutur dalam tulisannya kak Roos ini asyikk juga yah. Bisa bikin kita hanyut ke dalam kisahnya seolah olah nyata kita ikut dalam suasananya. Mantaaap 👍

    BalasHapus

Holaaa...!
Terimakasih ya sudah berkunjung ke sini.
Mohon maaf komentar kudu dimoderasi sebelum dipublikasi.