Selasa, 14 November 2023

Mosaik Kisah Transformasi dan Pengalaman 'The AFS Story"

Mosaik Kisah Transformasi dan Pengalaman 'The AFS Story"

Mosaik Kisah Transformasi dan Pengalaman "The AFS Story". Awalnya sih aku terpikir untuk membuat postingan ala-ala review buku gitu. Begini nih kira-kira judul postingannya [Review Buku] "Membelah Tempurung Menatap Langit - The AFS Story". 

Gimana, cool enough?

Buku ini merupakan mosaik berbagai kisah transformasi dan pengalaman berdaya-ubah dari peserta program, keluarga angkat, sekolah penerima dan relawan AFS.

Sekedar menyegarkan kembali, AFS adalah program pertukaran pelajar yang didirikan pertama kali pada tahun 1947 oleh relawan supir ambulans Amerika Serikat yang sebelumnya tergabung dalam AFS (American Fields Service) yang bertugas di garis depan Eropa, menolong para korban yang terluka di medan pertempuran selama Perang Dunia I dan II.

Para relawan ini tergugah hatinya mendapati kenyataan, betapa kejamnya akibat peperangan dan bertekad untuk melakukan sesuatu guna mencegah terjadinya kembali peperangan!

Jadi, seusai Perang Dunia II, kegiatan AFS pun dialihkan ke program pertukaran pelajar, demi tercapainya perdamaian dunia.

Peserta program ini adalah pelajar sekolah menengah menjelang dewasa, yang belum terkontaminasi oleh prasangka.

Awalnya pertukaran pelajar ini dimulai antara Amerika Serikat dengan beberapa negara di Eropa.

Baca juga : Kiat Lolos Seleksi AFS YES

Baca juga : Pengalaman Puasa di Negeri Sakura

Demikian sedikit pemanasan tentang AFS ye, Mpok, Gan!

Namun, setelah membaca postingan juklak bagaimana sih sebenarnya mereview buku yang ideal itu, salah satu syaratnya adalah kudu membaca semua halaman, cuy

Alamak! Skip ne! Hihihi. Soalnya eike belum rampung baca bukunye. Masih otewe.

Well, apa daya, aku sudah geregetan ingin berbagi kisah-kisah yang sangat personal dan bermakna, untuk bisa dinikmati hikmah pembelajarannya oleh semua!

Last but ot least, kata-kata yang teruntai dalam buku ini juga semakin kuat dimaknai dengan adanya foto momen-momen spesial yang mengiringinya.

Membelah Tempurung Menatap Langit The AFS Story

Buku yang terdiri dari 459 halaman ini terdiri dari 9 bab, dan setiap bab terdiri dari mosaik-mosaik kisah.

Berikut aku mengutip lengkap sebuah kisah personal dan sarat makna dari Taufik Ismail, Sastrawan Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, pengelola AFS di Indonesia.

Cerita ini terdapat dalam bab I "Kesamaan dalam Keragaman" mulai halaman 4 sampai dengan 5

Tuhanmu Seperti Tuhan Kami - Taufik Ismail AFS YP 1956-1957

Saya tinggal di sebuah suburb bernama Whitefish Bay, 6 kilometer di Utara Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, pada musim gugur 1956.

mosaik kisah transformasi pengalaman the afs story

Selama tahun pelajaran itu saya tinggal pada keluarga Mr. Archie Werrbach yang telah bertahun-tahun aktif menyertai dan menghidupkan program pertukaran pelajar internasional.

Mereka mempunyai sebuah rumah mungil bercat putih di tepi Danau Michigan, yang suara deburan ombaknya terdengar sayup-sayup di atas tebingnya.

Istrinya Helen, punya julukan kesayangan keluarga: Heino!

Anak mereka 2 orang yang telah menikah semua. Si sulung Mary Werrbach Doll, tinggal di kota Sheboygan.

Suatu ketika, Jon, cucu Heino beserta Mary, datang menginap. 

Saya kebetulan sedang ke luar kota.

Jon merengeki neneknya supaya dia diizinkan tidur di kamar saya, kebetulan pula karena saya tak ada, Heino mengizinkannya.

Beberapa menit kemudian, Heino melihat Jon ke kamar saya untuk memeriksa apakah dia sudah tidur atau belum.

Apakah yang dilihat Heino?

Jon ternyata sedang membentangkan tikar sholat saya di lantai, dan menirukan gerakan sembahyang secara muslim.

Heino hampir tak dapat menahan geli.

Dia bertanya apa yang sedang dikerjakannya?

"Saya sembahyang seperti Vic, " jawabnya jujur. Jon memanggil nama saya dengan Vic.

"Yang kau baca apa, waktu kau sembahyang itu?" tanya neneknya

"Wah tentu saja ayat-ayat yang diajarkan di Sunday School di gereja kita!" jawabnya dengan kejujuran kanak-kanak.

Dulu, sebelum menirukan gerakan sembahyang, Jon pernah masuk ke kamar ketika saya sedang sholat. Dia bertanya, kepada siapa saya tujukan ibadah saya itu.

"Tentu saja kepada Tuhan, Jon," jawab saya.

"Kau maksud Tuhan... Tuhan seperti Tuhan Kami?" tanyanya.

"Iya seperti Tuhanmu," sahut saya.

"Jadi, Tuhan orang Indonesia sama dengan Tuhan Sheboygan?" tanyanya lagi.

"Persis sekali"

"Jadi Tuhan di Indonesia sama dengan Tuhan di Amerika?" tanyaya gigih.

Dia memang ada bakat menjadi jaksa

"Dimana-mana Tuhan juga sama, Jon" jawab saya.

"Cuma namanya saja yang berbeda-beda. Di sini namanya God, di sana namanya Allah. Di tempat lain berbeda pula."

"Oh begitu!' katanya puas.

*

Tahukah kamu?

Kisah ini sungguh mencuri hatiku!

.. dan aku membacanya berulang-ulang sambil berusaha membayangkan rumah kecil di tepi danau, Jon kecil sedang sembahyang dengan latar sayup-sayup deburan air danau.

Well, tell me honestly, apakah yang kamu rasakan usai membaca kisah ini?

Itulah kenapa aku susah menuntaskan membaca buku mosaik kisah tranfomasi dan pengalaman the AFS story ini, karena aku sering mengulang-ulang membaca kisah favorit termasuk kisah Jon cucu Heino!

22 komentar:

  1. Saya juga termasuk yang lamaa menuntaskan membaca sebuah buku. Karena suka mengulang-ulang bagian yang menarik perhatian saya. Tapi tetep sih, diusahakan untuk menyelesaikan membaca bukunya hehehe

    BalasHapus
  2. Termasuk tebal juga bukunya 400 an halaman dengan 9 bab. Bener juga ya kalau dibaca dan menghayati bawaannya pengen dibaca berulangkali sampai belum tahu deh kapan tuntasnya :)

    BalasHapus
  3. Baru satu cerita aja saya sudah jadi ikutan untuk membaca bukunya. Semoga segera selesai membaca bukunya ya Kak, terus review lengkapnya dituliskan di blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa cerita terbaik versiku, tentu saja ya, rencananya akan aku tuliskan kembali sebagai pengingat betapa dari kekuatan cerita mampu melakukan transformasi, menggerakkan hati!

      Hapus
  4. Jon khas banget pertanyaan anak2 yg lugu ya mba. Banyak sekali yg pasti dia mau tau. Baca ini jadi teringat dulu aku jg bingung diajak ke gereja saat lagi nginap di rumah saudara 😄 tapi pas besar udah ngerti..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tos, Mak.
      Sampai kelas 3 SD, aku masih dititip sama keluarga yang non muslim juga, nasrani.
      Mamakku guru dan tidak punya pilihan menitipkan kami dengan mereka.
      Aku masih ingat, sempat diajak ke gereja dan ikut menyaksikan natal dan sesekali diajak ke Sunday school.

      Hapus
  5. Aku kalau disuruh baca buku dengan genre cerita seperti, entah bisa baca berapa lama. Tapi menarik juga kisah transformasi The AFS ini, apalagi saat percakapan tentang Tuhan Indonesia dan America sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Welcome a board, Mak!
      Aku juga membacanya pelan-pelan, karena baru menikmati beberapa cerita, terbukti banyak sekali pemikiran penulis yang cukup kontemplatif dan menurutku penuh filosofis yang mendalam.
      Menurutku lho ya. Soalnya habis menikmatinya, sering kali aku harus berhenti sejenak. Hening. Merenung. Menikmati untaian kata.

      Namun eits, ada juga yang cukup jenaka mengundang tawa.
      Paket komplit lah. Pakai telur kayak nasi goreng istimewa!
      Hahaha.

      Hapus
  6. The AFS Story ini menarik banget. Soal keimanan manusia dengan Sang Pencipta dalam situasi dan kondisi yang berbeda serta toleransi antarumat beragama. AKu sudah lama ga baca buku, mbak hehehe. Tebal sekali ya 400 halaman lebih, kudu konsentrasi bacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Mak.
      Buku ini memang menarik sekali!
      Seperti aku ungkapkan di atas, saat membaca buku ini, aku sering mengulang-ulang, terutama kalimat-kalimat yang bernas sambil sesekali browsing istilah-istilah baru yang aku temui. Seru!

      Hapus
  7. menarik sih ini tentang The AFS Story, bercerita tentang perjalanan para returnee dan volunteer yang telah menjelajah dunia dengan berbagai cerita menarik

    BalasHapus
  8. Oh tebalnya buku ini sampai 459 halaman. Bisa berhari-hari ini. Tapi ceritanya sangat unik. Apalagi tentang pertukaran pelajar internasional dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan di sana.

    BalasHapus
  9. Wah menarik sekali ini bukunya mbak karena pasti banyak banget cerita dan pengalaman yang dibagikan para penulis di buku ini ya

    BalasHapus
  10. Beneran menyentil hati ya kisahnya. Btw Taufik Ismail ini Taufik Ismail yang sastrawan Indonesia bukan sih? Pengalamannya menyentuh banget. Sekarang Jon apa kabar ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep!
      Taufik Ismail, sang Sastrawan Indonesia itu.

      Semoga Jon baik-baik saja ya, Mak.

      Hapus
  11. Wah baru tau buku ni mbak. Tebel banget ya tapi pelan2 bacanya kayanya seru juga buat nambah insight. Kalo soal AFS kebetulan beberapa sodaraku sempet merqsakan terpilih dan bisa skolah di amerika sih. Seru banget cerita mereka

    BalasHapus
  12. Kyknya ada kenalanku yang pernah ikutan AFS juga ketika SMA mbak. Wah ternyata begitu sejarahnya dan udah lamaaaa sekali yaaa.
    Taufik Ismail ini yang sastrawan atau beda orang mbak? Luar biasa bukunya tebal tapi aku suka baca buku yang ada informasi pertukaran budaya gtu, jd pengen cari dan baca juga :D

    BalasHapus
  13. Ternyata ada latar belakang mengenai AFS ini ya..
    Dan totalitas ka Anna untuk semakin mendalami mengenai AFS dari berbagai kisah yang tersaji dengan apik dalam buku The AFS Story.

    BalasHapus
  14. Wah buku yang menarik ini ya
    Kita bisa tahu cerita dan sejarah perjalanan AFS ini
    Kapan kapan mau baca juga ah

    BalasHapus
  15. Buku lebih dari 400 halaman kalo dulu aku bisa kelar kurang dari seminggu. Tapi kalo sekarang, kayanya sebulan aja nggak cukup karena fokus biasanya terinterupsi ke kegiatan2 lain ahahaha

    BalasHapus

Holaaa...!
Terimakasih ya sudah berkunjung ke sini.
Mohon maaf komentar kudu dimoderasi sebelum dipublikasi.