Gak Mau Kantong Bolong? Begini Cara Pertama Kali ke Jepang Hemat dan Seru!
“Negeri sakura bukan cuma untuk orang kaya — ini cerita aku, yang merogoh kocek seminim mungkin tapi tetap dapet pengalaman tak terlupakan!”
1. Tentukan Waktu & Budget Sebelum Terbang
Kalau kamu ingin ke Jepang dengan budget terbatas, hindari musim puncak seperti sakura (Maret–April) dan musim gugur (Oktober). Pilih musim panas atau awal tahun — harga tiket bisa lebih murah hingga 40%!.
Lha, kamu sendiri berangkat bulan Oktober, Ann?
Jadi gini,
Sehubungan putri kami Yasmin diminta mulai bekerja secepatnya setelah ada kepastian CoE (Certificate of Eligibility) dari perusahaan sponsornya di minggu pertama September, aku memutuskan langsung secepatnya mulai berburu tiket promo dan mendapatkan harga terbaik di minggu terakhir September untuk berangkat minggu terakhir Oktober 2025. Jadi, kurang lebih sebulan ya, "ngintip"nya via browser incognito. Hihihi.
Btw, CoE bukan visa ya guys, tetapi merupakan syarat penting untuk mengajukan visa jangka panjang (lebih dari 90 hari) karena berfungsi sebagai "lampu hijau" dari pihak imigrasi Jepang.
Jadi proses pengajuan CoE dilakukan oleh sponsor, bisa perusahaan, sekolah atau anggota keluarga di Jepang. CoE akan dikirimkan kepada kamu untuk digunakan saat mengajukan visa di Kedutaan Besar Jepang/Konsulat Jenderal sesuai dengan wilayah yurisdiksi KTP.
Berhubung Yasmin pemegang KTP, Kalimantan Timur maka pengajuan dilakukan di Japan Visa Application Centre (JVAC), Graha Bukopin Lantai 12, Surabaya.
Balik lagi ke soal tiket promo, menurut aku, sering-sering aja berselancar ke situs airline atau OTA favoritmu ya.
2. Itinerary “Smart & Ringkas” Supaya Nggak Lelah di Jalan
Kesalahan klasik traveler pertama? Terlalu ambisius. Aku dulu pengen banget ke Tokyo, Kyoto, Osaka, dan Nara — dalam satu minggu! Hasilnya? Waktu habis di kereta, tenaga habis di jalan.
Pelajaran penting: lebih sedikit kota, lebih dalam pengalaman!
Kalau kamu cuma punya waktu seminggu, fokus aja ke satu area — misalnya Tokyo dan sekitarnya (Yokohama, Hakone, Kamakura) atau Kyoto–Osaka.
Selain lebih hemat transportasi, kamu juga bisa menikmati suasana lokal tanpa terburu-buru.
3. Transportasi: JR Pass vs Kartu IC
Begitu sampai Jepang, kamu akan langsung disambut dengan peta transportasi yang rumit — tapi jangan panik. Ada dua pilihan utama: JR Pass dan Kartu IC (Suica/Pasmo).
Kalau kamu hanya berkeliling di satu kota seperti Tokyo, JR Pass nggak wajib. Cukup pakai Suica atau Pasmo yang bisa di-top up di mesin otomatis. Tapi kalau kamu ingin keliling antar kota (Tokyo–Kyoto–Osaka), JR Pass bisa jadi pilihan hemat.
Gunakan aplikasi seperti Google Maps Offline untuk menghitung rute termurah.
4. Pilih Penginapan Strategis: Dekat Stasiun, Dekat Hati
Kebetulan tempat tinggal Yasmin dekat stasiun, jadi tips ke 4 ini memang fix terbukti. Apalagi saat berjalan kaki di seputaran perumahan di Seya-ku, Yokohama, rasanya sangat menyenangkan.
Untuk pemula, pilihlah area yang terkoneksi langsung ke JR Line atau subway utama. Hindari lokasi terpencil meski terlihat murah, karena ongkos transportasi harian bisa malah lebih mahal.
Baca review penginapan di OTA favoritmu dan lihat foto nyata dari tamu sebelumnya. Kadang foto promo bisa menipu!
5. Kuliner Hemat Tapi Tetap Nikmat
Jujur aja, aku dulu berpikir makan di Jepang pasti mahal. Tapi ternyata, banyak makanan lezat dengan harga bersahabat. Konbini (minimarket seperti 7-Eleven, FamilyMart, Lawson) adalah surga bagi traveler hemat.
Kamu bisa dapat onigiri (nasi isi) mulai dari 120 yen, ramen instan fresh seharga 400 yen, bahkan bento lengkap di bawah 500 yen!
Tentu saja, sesekali boleh dong makan di restoran lokal untuk pengalaman kuliner khas. Tapi sisanya? Hemat nggak harus lapar!
6. Aktivitas Gratis yang Tetap Bikin Kagum
Jepang punya banyak kegiatan menarik tanpa harus keluar biaya besar. Beberapa favorit aku:
- Berjalan pagi menikmati vibe lokal Seya-ku dan sisa musim gugur di distrik Hashido (gratis!)
- Berjalan sore jelang malam di Shibuya Crossing
- Mengunjungi Tokyo Camiii, dari Seya Station ke Tokyo
- Melihat pemandangan vibe Jepang dari jendela kereta api
Kuncinya: nikmati suasana lokal. Duduk di taman sambil minum kopi kaleng dari vending machine pun bisa jadi momen damai yang kamu ingat selamanya.
7. Persiapan Sebelum Berangkat: Fisik, Bahasa, dan Etika
Kalau ini perjalanan pertamamu ke Jepang, ada tiga hal penting yang perlu disiapkan: fisik, bahasa, dan etika.
Siapkan Fisik
Jalan kaki di Jepang bisa mencapai 15.000 langkah per hari! Pastikan kamu latihan ringan beberapa minggu sebelum berangkat.
Pelajari Frasa Dasar Jepang
Kata seperti “sumimasen” (permisi), “arigatou gozaimasu” (terima kasih), dan “ikura desu ka?” (berapa harganya?) bisa membuat interaksi jadi lebih menyenangkan.
Pahami Etika Lokal
Jangan bicara keras di transportasi umum, buang sampah di tempatnya, dan jangan makan sambil berjalan. Hal-hal kecil ini bikin kamu lebih dihargai sebagai wisatawan.
8. Checklist & Tips Dompet Aman
- Paspor & visa (jika diperlukan)
- Asuransi perjalanan
- Kartu debit/kredit bebas biaya internasional
- Adaptor colokan Jepang (tipe A)
- Uang tunai dalam yen (mesin ATM tidak semua menerima kartu asing)
- Salinan digital semua dokumen penting
Selalu siapkan budget darurat sekitar 10% dari total perjalanan. Percayalah, ini bisa menyelamatkan kamu kalau ada hal tak terduga seperti kereta berhenti malam hari atau koper rusak.
9. Kesimpulan: Jepang Pertama yang Tak Terlupakan
Perjalanan pertama bersama keluargaku ke Jepang ini bukan liburan mewah. Tapi di setiap langkah — dari menikmati jalan pagi di Seya-ku , menyusuri jalan Uehara di Tokyo, sampai menikmati beras organik, telur, susu, keju, roti di dapur rumah — aku merasa kaya pengalaman.
Dan yang paling aku syukuri? Aku membuktikan bahwa liburan ke Jepang bisa hemat, efektif, dan tetap penuh cerita indah.
Kalau kamu sedang menunda karena takut mahal, percayalah: yang mahal itu bukan tiketnya, tapi rasa penasaran yang tak pernah kamu wujudkan.
Jadi, kapan kamu berangkat?
Baca juga: Pengalaman Ramadan di Negeri Sakura
Baca juga: Osaka Castle Istana di dalam Taman

Negara Jepang itu luas ya. Kalau semua mau dikunjungi dalam sekali tur, emang malah abis waktu buat perjalanan nya aja
BalasHapusPengalaman ini sangat berharga jadi pelajaran buat kita supaya bisa belajar bikin itinari yang fleksibel tapi perjalanan jadi hemat dan menyenangkan
Benar banget Okti.
HapusDari memilih waktu kunjungan, tempat makan, sampai transportasi lokal akan membantu menghemat liburan ke Jepang.
Inilah yang aku eksekusi saat mengunjungi Jepang bersama keluarga Oktober kemarin.
Ini tulisannya hangat banget, kak Anna!
BalasHapusAku ngerasa kaya ikut jalan bareng kamu dan Yasmin dari Seya-ku sampe Shibuya—padahal cuma baca blog, ya ampun. Suka deh cara kamu jujur cerita versi “hemat tapi tetap happy” tanpa sok menggurui.
Tips CoE–visa juga super membantu buat yang baru pertama kali mau ke Jepang. Bener sih, yang mahal tuh bukan tiketnya… tapi rasa penasaran yang kelamaan dipendem. Makasih ya, kak Anna, udah bagi cerita real dan relatable begini!
Seru banget petualangan jalan kaki hampir 40 menit dari Mesjid Tokyo ke Shibuya Crossing, Neng.
HapusMenikmati gradasi suasana senja ke malam di sepanjang Uehara, area perumahan di dalam distrik Shibuya, Tokyo.
Area ini dikenal sebagai lingkungan tempat tinggal yang tenang dan tidak terlalu ramai turis, kontras banget dengan area pusat Shibuya yang padat di sekitar penyeberangan Shibuya Crossing yang terkenal.
Nah kalau naik kereta api, stasiun kereta terdekat adalah Stasiun Yoyogi-Uehara.
Terima kasih tulisannya bermanfaat banget buat yg niat ke jepang dg budget ngepas 😆
BalasHapusWelcome to the club, Mba.
HapusAku juga budger traveller.
It is ok, Mba. Yang penting sampai Jepang, ne!
Kalau aku selalu jastip aja
BalasHapusItupun kadang juga boncos kalau ga lihat lagi mana yang urgent
Soalnya cantik cantik semua
Padahal ya sejatinya kalau berada di Jepang langsung pasti yang ada isinya aku cuma moto doang dan makan
Nyari tempat estetik buat spot dokumentasi itu barang mewah buat saya
Menurutku pribadi sebagai budget traveller Indonesia, rasanya setiap sudut Jepang itu menyimpan cerita kenangan yang tak berkesudahan.
HapusSemua menarik untuk diceritakan kembali.
Aku banyak banget belajar dari filosofi kehidupan warga Jepang di beberapa kota yang aku singgahi seperti Tokyo, Yokohama Station, Seya Station, kota Yamato, tetangga sebelah kota tempat putriku tinggal Seya.
Budaya antri-nya itu lho.
Apa-apa, dikit-dikit auto antri.
Warbiyasah!
Soal etika ini banyak kebiasaan di Indonesia yang bikin orang Jepang geleng2 kepala ya, Mbak Anna. Temanku cerita, semisal ngobrol dengan suara keras di kendaraan umum jangan dilakukan, mereka gak suka, juga soal bunyi alarm kita saat subuh bisa mengganggu tetangga kamar/flat.
BalasHapusSo true banget, Mba Niar!
HapusSelama di Jepang, kami bertiga selalu menggunakan kereta api. Berasa banget vibe warga Jepang itu.
Hening. Semua dengan dunianya sendiri sih, main HP. Hihihi. Sepertinya pemerintah sudah mahfum kalau warganya introvert kali ya. Jadi semuanya banyak dilakukan manual. Jarang ada staff/karyawan yang membantu.
Contohnya di Supermarket, setelah kita belanja, kasir hanya akan membantu/memeriksa kembali harga dengan scanner, namun selanjutnya, kita akan melakukan pembayaran dengan mesin kasir yang menggunakan bahasa Jepang, seingatku.
Akan ada tampilan harga di mesin.
Selanjutnya, kita membungkus sendiri belanjaan kita.
Hahaha.
Pretty cool, actually!
Dekat akses transportasi penting banget, ya. Menandakan juga lokasinya mudah dijangkau. Noted semua tipsnya. Tinggal menunggu kesempatan jalan-jalannya datang hehehe.
BalasHapusYes. Bagiku selaku budget traveller itu, penting banget Chi!
HapusMampu membuat perubahan besar.
Tentu saja ada tambahan beberapa tips lain ala budget traveller juga.
Jadi sifatnya memang preferensi ya. Tergantung individu si pelancong itu sendiri.
Juara nih perjalanannya. Kelihatan banget kalau sejak awal liburan ini direncanain buat cari pengalaman sebanyak-banyaknya daripada berburu spot buat foto-fotoan. Pulang-pulang, kesenangannya jadi dobel-dobel dan nampaknya akan bisa dikenang lama ya, Kak Anna..
BalasHapusMasya Allah ibu dokter.
HapusLiburan dengan melakukan mini riset itu memang layak dilakukan!
Jadi, sudah ada bayangan, akan melakukan apa agar perjalanan aman dan nyaman.
Misalnya ketika mencari jurusan kereta api dari Narita ke Yokohama. Sudah ada gambaran, begitu keluar dari imigrasi dan ambil bagasi, kudu turun ke basement menuju JR (Japan Rail) untuk beli tiket langsung ke Yokohama
Jadi, aku sudah ada bayangan, bahwa ada 2 provider kereta dari Narita, JR dan Keisei, dan yang lewat dan mapir di Yokohama Station hanya JR, sedangkan Keisei Skyliner ke kote Ueno dan Shinjuku.
Benar-benar memang harus banyak belajar kalau bepergian mandiri, BuDok. Beda kalau sama travel agent ya, tinggal lop. Hihihi.
Tapi, aku suka banget travelling mandiri ini, bisa sambil belajar dan banyak kenangan yang tak terlupakan.
Aku pernah dapet hadiah dari masku, ka Anna.. hehehe.. karena mas dulu S2 S3 dan post doc di Jepang. Tapii aku cuma ke Tokyo sama Yokohama. Pinginnya kemana-manaa jugaa.. ambis gituu.. tapi apa daya yaa.. mas sibuk kuliah, mbakku kerja.
BalasHapusJadi sekali-kalinya pernah deh.. jalan sendiri naik kereta.
Pake JR Pass inii.. dan jaman dulu belum ada gmaps yaa.. jadi beneran melototin peta sama aware kalok dikasi petunjuk ama mas dan mbak.
Memang Jepang iniii.. mashaAllaah sekalii..
Sangat nyaman dan rapiihh... seneng banget pastii ka Yasmin bisa menimba ilmu di Jepang.
Barakallaahu fiik, ka Yasmiin..
Setuju.
HapusJepang memang identik dengan nyaman, rapi, disiplin, budaya antri dan introvert friendly!
Btw, Yasmin bekerja di jepang, Mba. Bukan kuliah.
Tapi bisa juga sih dianggap menimba ilmu, menyerap hal-hal baik dari budaya Jepang. Insya Allah.
dulu suka membayangkan bisa ke Jepang pasti cantik ya dan kepo dengan kuliner halal di sana. Jadi, kalau ada kesempatan liburan hemat ke Jepang, akan aku ikuti tipsnya deh
BalasHapusKak next bisikin kalau mau seminggu di jepang kurang lebih harus siapin dana berapa gitu kak. Asli aku tertarik banget 🥰
BalasHapusWah pas banget suamiku minat dan mupeng pingin ke Jepang. Terutama karena dia olahraganya Aikido dari Jepang gitu. Jadi pingin ke sensei di sana
BalasHapus