Jumat, 12 April 2019

Ketahui Kiat Mencari Restoran Lokal Saat Travelling

kiat mencari restoran lokal

Yang pernah bingung mencari restoran lokal pas travelling mana suaranya?

Aku pernah! Tunjuk tangan sendiri, hihihi.

Waktu itu perut memang sudah keroncongan. Ternyata pas tiba di restoran kesayangan tempatnya sudah penuh. Kesal binti kecewa tingkat dewa. Ceritanya, mau marah-marah, tepuk-tepuk manja dada sendiri, tapi sudah tak punya tenaga.

Pernah juga kejadian, restonya lagi tutup. Kayaknya yang punya resto masih banyak uang, lagi me time, kayaknya, muahahaha.

Jadi, mau tak mau makan di tempat kuliner random sajalah dulu. Soal rasa dikesampingkan saja, prioritas utama "kampung tengah" aman sentosa. Jangan sampai demo, bisa kacau agenda!

Nah di lain hari aku pernah juga alami kebingungan memilih lokasi restoran yang dekat dari hotel. Biasanya hal ini terjadi saat aku tiba di lokasi baru yang belum pernah aku datangi sebelumnya seperti saat menjajal lintas timur Sumatera.

Insiden seperti ini bisa jadi sangat menyita waktu, pikiran, bahan bakar dan tenaga juga. Waktu yang seharusnya bisa dialokasikan ke hal lain jadi terpakai untuk mencari lokasi restoran lokal.

Yang masih aku ingat sampai kini adalah ketika di Sangalaki di Pulau Tanpa Penghuni Berau, ada teman yang membeli minuman dengan harga yang hampir lima kali lebih mahal dari harga biasa. Dan doi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tapi itu dulu!

Kini, kita bisa lho mencari restoran terdekat di Traveloka dengan fitur Traveloka Eats (Kuliner Traveloka) yang bahkan bisa disesuaikan dengan budget.

Berikut tips mencari restoran lokal terdekat di Traveloka sesuai budget!

1. Tentukan Budget Makan
Ada harga, ada rupa! Pasti sering mendengar ungkapan ini ya. Biasanya makanan dan fasilitas berkualitas memang dibanderol dengan harga yang tidak murah.

Itulah kenapa penting menentukan budget makan agar terhindar dari bengkaknya pengeluaran. Apalagi bagi pencinta kuliner yang sering tertantang untuk mencicipi kuliner baru di tempat baru. Bisa kalap, kakaaa...

Setelah budget ditentukan baru kemudian pilih restoran yang sesuai kemampuan. Tak ada gunanya menentukan budget makan tapi realisasi tak sesuai pilihan.

2. Unduh atau Perbarui Aplikasi Traveloka
Apakah kamu baru dengan aplikasi ini? Silahkan unduh dulu ya. Untuk kamu yang sudah pernah mengunduh kudu diperbarui ke Traveloka versi 3.1 (versi terbaru).

Pastikan aplikasi terunduh atau terbarui secara sempurna untuk mendapatkan informasi terkini!

Selanjutnya langsung masuk ke menu kuliner. Ini merupakan langkah awal menemukan restoran lokal.

kiat mencari restoran lokal

3. Mencari Tempat Makan Terdekat
Untuk bisa menemukan restoran lokal terdekat, pilihlah lokasi yang diinginkan di daerah tersebut. Di bagian ini terdapat beberapa tempat kuliner yang sering dikunjungi pencinta kuliner. Pilih salah satu sesuai keinginan dan budget.

Dalam menu ini juga terdapat berbagai pilihan seperti menu-menu makanan, mulai dari kuliner Indonesia, khas Jepang dan sebagainya. Tinggal pilih!

kiat mencari restoran lokal

4. Mencari Potongan Harga
Nah ini bagian favoritku! Apalagi kalau bukan soal potongan harga, yihaaa...!

Untuk mendapatkan potongan harga, pada halaman pencarian, kita bisa menggunakan filter "penawaran spesial".  Yup, menu ini terletak di bagian atas halaman pencarian.

Beberapa restoran yang sedang memberi potongan harga akan segera tertera, termasuk nama menu dan potongan harganya.

kiat mencari restoran lokal

Setelah menjatuhkan pilihan, kamu akan diminta melakukan pemesanan sekaligus rincian pembayaran.

Biasanya potongan harga diberikan dengan menggunakan voucher Kuliner Traveloka, jadi pastikan kamu menggunakan kode voucher saat pembayaran sekaligus memperhatikan syarat dan ketentuan.

Hal ini penting untuk menghindari kegagalan penukaran. Bisa jadi karena batas waktu atau tidak memenuhi syarat dan ketentuan.

Setelah pemesanan, biasanya dalam waktu sejam Traveloka akan mengrimkan voucher via email.

Tunjukkan voucher tersebut saat melakukan pemesanan di tempat kuliner dan dapatkan potongan harga secara otomatis saat elakukan pembayaran.

Lumayan kan bisa hemat. Dananya bisa dialokasikan ke keperluan lain, oleh-oleh misalnya, atau buat rencana travelling ke tempat lain lagi.

Namun sayangnya fitur Traveloka Eats ini masih terbatas untuk 7 lokasi saja seperti Bandung, Bali, Jakarta, Medan, Surabaya, Tangerang dan Yogjakarta.

Kita tunggu saja terobosan selanjutnya dari Traveloka Eats ya.

Siapa tahu ada loyalty program atau point buat kita-kita si tukang makan ini yang memberikan review atau ulasan restoran. Lumayan banget kan!

Last but not least, semoga kiat mencari restoran lokal terdekat saat travelling ini bermanfaat!

Eits, hampir lupa, apakah kamu sudah pernah pakai Traveloka Eats?

Monggo share dong di kolom komentar ya...


Kamis, 11 April 2019

Ketahui 20 Rekomendasi Meningkatkan Kualitas Konten Blog

Ketahui 20 Rekomendasi Meningkatkan Kualitas Konten Blog. Hai, there!

Punya banyak draft konten blog yang masih nongkrong menunggu dieksekusi?

Atau sedang menunggu waktu luang? Kehabisan ide? Masih mencari segudang alasan, kambing hitam?

Ahhh, sudahlah, itu manusiawi banget kog. Seperti judul lagu MJ, "You are not alone!"

Tulisan ini sebenarnya self reminder, hahaha, karena mood nge-blog eike perlu dikipas.

 20 Rekomendasi Meningkatkan Kualitas Konten Blog

Yup, kali ini aku mau melakukan sesuatu yang sudah agak lama aku tinggalkan, keluar sebentar dari rutinitas, main-main ke domain-nya blogger femes sambil nambah stok vocabularies.

Begitu aku klik, karena aku pasang Moz Bar di status browser, DA-nya langsung pop up deh. 73, pemirsah!

Siapakah mereka?

Lho, kog mereka?

Iya, 2 blogger ini (Joshua dan Ryan) yang bersahabat sejak fifth grade, berkolaborasi dengan domain "The Minimalists"

Siapa yang sudah pernah main ke sana? Atau mungkin malah sudah sering?

Nah, dalam kesempatan kali ini aku akan berbagi 20 rekomendasi untuk meningkatkan kualitas konten blog ala The Minimalists.

Kalau nanti pada akhirnya ternyata dari 20 rekomendasi ini, kamu belum mengeksekusinya, tak perlu kecewa. Masih ada waktu, Maria, tenang sajalah!

Mari kita mulai...

And, biar seru boleh siapkan camilan dulu!

Tahukan, camilan?

Itu lho... ahhh... sudahlah. Nanti kamu bosan, hahaha...

1. Temukan Niche
Yup, seperti yang juga pernah aku share saat menghadiri event Blogger Goes to School, memiliki  niche blog lebih dianjurkan. Memang sih bukan keharusan. Tapi lebih baik. Coba deh tanya lagi dirimu, apa sih yang menjadi passionmu? Travelling, parenting, cooking, lifestyle?

Percayalah, menulis sesuatu yang kita sukai (apalagi kalau dikuasai) itu lebih mudah!

Jadi, sekali lagi, coba deh tanya dirimu dan temukan passionmu, dan tulislah konten blog dengan perspektif unik

2. Tetapkan Pembaca Idealmu
Sudah ketemu niche blog kan ya, sekarang giliran menetapkan siapa target pembaca idealmu!

Karena aku seorang istri sekaligus ibu yang suka travel dan gemar berbagi gaya hidup sehari-hari termasuk gaya pengasuhan,  mencoba dan mereview produk serta proses belajar otodidak menjadi blogger, maka targetku adalah pembaca yang menyukai travelling dan gaya hidup seperti aku juga.

Seiring waktu, apalagi kalau blog sudah dipasang google analityc, kita bahkan bisa tahu usia, jenis kelamin, passion, lokasi dan indikator lainnya dari pembaca setia blog kita.

Dengan informasi ini, kita pun mampu menyesuaikan konten blog dengan gaya penulisan.

3. Nilai Tambah
Pastikan pembaca selalu mendapatkan nilai tambah saat berkunjung ke blog ya.
Bantulah pembaca menemukan solusi!

Percayalah hanya dengan ini, kamu akan punya pembaca setia bahkan mereka tak sabar menantikan postinganmu selanjutnya.

Wih, keren banget yak!

Jadi, sekali lagi tanyalah kepada diri, apakah konten blog kamu punya nilai tambah?

4. Orisinal
Yup, seperti 20 rekomendasi ini, aku percaya mungkin ada beberapa blogger yang sudah menuliskannya.

Tapi, jika kamu ingin menuliskannya lagi, tidak apa-apa. Tapi gunakanlah gaya unikmu!

Pertanyaannya adalah apa yang membuat konten blog kamu berbeda?

Jawabannya: karena kamu! Kamulah yang membuat blogmu berbeda, persfektifmu, kreativitasmu serta nilai yang kamu tambahkan. So, please be original!

Gimana, makin hot aja nih topik ya. Aku saja sudah mulai geregetan, hahaha

5. Buatlah Menarik
Nah ini basic banget! Mungkin kamu sudah sering mendengarnya. Apa-apa yang menarik, pasti cepat merebut perhatian. Jadi, buatlah konten menarik dan unik. Buatlah orang tak sabar ingin segera membagi konten blog kamu dengan orang lain.

Huuuaaa... ini PR banget nih buat aku!

6. Jadilah Dirimu Sendiri
Pernah dong baca konten blog yang serasa kamu ikut terhanyut didalamnya? Bahkan mengulang-ulang mampir di tulisan itu karena sudah kerasukan. Aku pernah!

Yup, salah satu yang bikin konten blog menarik itu adalah saat menjadi diri sendiri. Menjadi unik! Tak perlu bertele-tele atau mendayu-dayu, bikin orang jenuh, nanti malah jadi bosan dan garing.

Tahukah kamu?

Ternyata, the great storyteller itu adalah menghilangkan 99% dari aktual sebenarnya yang terjadi dan hanya menyisakan 1% yang menarik untuk pembaca.

Wow, tantangan banget ini ya!

7. Jujur
Konten blog kamu harus otentik! Berasa nyata kalau kamu mau orang membacanya. Kamu bisa jadi blogmu dan blogmu jadi kamu.

Artinya...

Apakah kamu benar-benar melakukan, mengalami atau merasakan sebagaimana yang kamu tuliskan?
Pembaca bisa tahu lho... hati-hati!

"Be the change you want to see in the world" ~ Gandhi~

8. Transparan

Transparan berbeda dengan jujur! Jadi, tak perlu berbagi setiap detail kehidupanmu agar bisa dikatakan jujur. Namun jika jujur dan transparan bisa menjadi nilai tambah, maka lakukanlah!

... karena semua yang kita tulis haruslah serve the greater good!

Maksudnya?

Pastikanlah semua hal-hal yang kita tulis, memiliki benefit untuk pembaca!

9. Waktu
Ngeblog itu butuh waktu. Banyak banget!

Hindari menggunakan waktu untuk hal-hal kecil misalnya memikirkan widget dan lain-lain sampai lupa big picture-nya, menulis konten blog!

Luangkan waktu untuk membuat konten, jangan tunggu waktu luang!

Nah loe, seperti ditempeleng akutu!

10. Visi
Pasti kamu sudah punya visi (gambaran) dong ya, ntar desain blogmu akan seperti apa. Mau yang gratis atau berbayar?
Dan jika sudah punya visi, segera eksekusi!
Agak sulit memutuskan jika kamu sebelumnya tidak memiliki gambaran.

Karena tak punya latar belakang desain dan coding, untuk template blog ini aku juga minta bantuan masukan teman.

11.  Temukan suaramu
Seiring waktu, seorang penulis biasanya akan menemukan gaya penulisan yang cenderung mewakili karakter tertentu, yang melahirkan daya tarik untuk mengikat pembaca. Temukanlah "suaramu", yang membuat tulisanmu lebih hidup, lebih nyata!

12. Gunakan istilah "Kita" ketimbang "Kamu"
Yup, menggunakan "kita" lebih powerful ketimbang "kamu" terutama saat membicarakan perilaku atau kecenderungan negatif. Hindari membuat pihak lain seperti tertuduh. Bayangkanlah seperti kita bicara seperti antara teman dengan teman, (peer-to-peer) giccu.

13. Kapan Waktu Posting
Iya, kapan sih sebenarnya waktu terbaik update konten blog? Jawabannya... tidak terlalu penting. Memang sih konsisten menulis itu penting, tapi gak perlu sampai schedule's freak banget gitu juga.
Kalau aku sih, satu kali seminggu sih, cukuplah!

14. Media Sosial
Yes, sangat dianjurkan untuk menggunakan Twitter, Facebook dan Instagram untuk terhubung dengan pembaca. Tapi... tetap fokus utama adalah konten blog, baru kemudian media sosial.

15. Abaikan Kritik Negatip dan Hal-Hal Tolol
Alhamdullillah aku pernah dapat beberapa kritik membangun dari sahabat blogger.
Aku juga percaya kritik bisa membuat kita "besar dan tumbuh". Belum pernah sih dapat komentar negatif, biadab dan barbar, tapi jika itu terjadi, pasti tak akan lulus moderasi, hihihi.

Rasanya rugi banget jika sampai terpancing emosi. Bukankah itu yang mereka harapkan? Jadi, untuk apa buang-buang waktu, no way!

16. Riset
Luangkan waktu untuk melakukan riset artikel-artikel yang berkaitan tentang tulisanmu sekaligus cantumkan sumbernya juga ya.

17. Buat Simpel
Buatlah blogmu sesimpel mungkin. Hindari widget-widget tak bermanfaat yang justru bikin blogmu lambat. Apalagi jika tidak mempunyai nilai tambah. Big NO!

18. Gambar
Pasang gambarmu di blog! Orang suka lho melihat ada gambar penulis di blog yang sedang mereka baca apalagi kalau pose sedang tersenyum manis. Tak perlu malu ya.

19. Komentar
Buatlah kolom komentar jika kamu ingin mendapatkan komentar dengan proses simpel dan praktis.

Aku pribadi memilih fitur moderasi, untuk menghindari komentar spam dan you know jualan obat kuat, obat pelangsing endebrai-endeberai.

20. Jalani Hidupmu
Sejatinya, kita nge-blog ini kan menuliskan tentang kehidupan atau sebagian dari aspek kehidupan kita.

Namun ada juga hal-hal lain di luar menulis konten blog seperti hubungan dengan pasangan/buah hati, aktivitas sehat, pengembangan pribadi serta ibadah.

Simply put, live a life worth writing about! Jalanilah kehidupan yang layak untuk dituliskan!

So, dari 20 rekomendasi meningkatkan kualitas konten blog ala The Minimalists di atas, yang manakah yang sudah kamu eksekusi?

Rabu, 03 April 2019

Begini Warna-Warni Perjalanan Lintas Timur Sumatera

warna warni perjalanan lintas timur sumatera

Pernah dengar dong istilah bajing loncat?

Istilah ini dulu pernah sangat populer untuk menggambarkan kerawanan perjalanan lintas Sumatera di antara tahun 1970-1990an.

Lalu... saat ini, benarkah masih ada bajing loncat itu?

Yuk, ikuti warna warni perjalanan lintas timur Sumatera yang baru aku eksekusi (((eksekusi))) beberapa waktu lalu.

Dimari...

*****

Alhamdullillah, Februari tahun ini kami bertiga (Aku, bang Iqbal aka suami dan putriku, Yasmin) akhirnya mewujudkan impian, road trip jalan lintas timur Sumatera, dengan tujuan akhir Lubukpakam di Sumatera Utara.

Sebelumnya, iseng-iseng, aku konsul sama mbah google. Menurut mbah yang konon sakti mandraguna ini, jarak Jakarta ke Medan via lintas timur itu sekitar 1.400km.

Tapi ada juga beberapa artikel perjalanan pribadi, yang menulis 1.800-2.000km. Beti lah ya.

Kenapa pilih lintas timur, Maria?

Karena eh karena beberapa tahun sebelumnya kami pernah melewati jalur lintas timur. Alhamdullilah saat itu secara umum kondisi jalan bagus sehingga perjalanan nyaman dan penuh kesan.

Dan...

Fix, aku kecanduan banget nih dengan semua sensasi saat road trip.

Misalnya tatapan sarat cinta si abang, yang jadi sering aku dapatkan (hahaha, dilarang sirik ya!).

Kelakar-kelakar kicik yang mampu menimbulkan percik, usapan remeh namun berjuta rasanya bagiku, seperti ini misalnya. Uhuk!

warna warni perjalanan lintas timur sumatera

... serta kebersamaan dan kehangatan khas keluarga yang hanya didapatkan saat berkendara bersama.

You know what I mean, kan?

Begitulah, sesimpel itu...

Beberapa road trip sudah pernah aku tuliskan juga misalnya saat menjajal Maratua Tempat Di mana Engkau Ingin Waktu Berhenti Sementara, Kakaban Danau Dalam Pelukan dan Sangalaki Pulau Tanpa Penghuni.

Baidewei, subway, perjalanan ini memang sudah kami rencanakan, berbarengan dengan jadwal kepulangan Yasmin, yang baru pulang mengikuti program pertukaran pelajar AFS dari Hiroshima, Jepang.

Baca juga : Ketahui Kiat Lolos Seleksi AFS dan YES

Kami, sebagai orang tua dihimbau agar bisa hadir, ikut menyaksikan kedatangan Yasmin yang menggunakan pesawat dari Narita, Tokyo, transit di Denpasar dan akhirnya landing di Soeta, dilanjutkan keesokan harinya mengikuti acara serah terima siswa kembali ke orang tua di kantor Yayasan Bina Antarbudaya di Kebayoran Baru, Jakarta.

Mumpung sudah di ibukota, Yasmin meminta izin agar bisa mengunjungi sahabat dekatnya,  saat SMP di Balikpapan, Diah, yang kini berdomisili di Bogor.

Acara pertemuan keduanya, sangat mengharukan. Mereka berpelukan seolah tak ingin saling melepaskan. Kami para orang tua pun ikut terhanyut suasana, huuuaaaa...

Setelah menginap semalam di Bogor kami melanjutkan perjalanan ke Bandung via tol, bersilatuhrahmi ke rumah sepupu aku di kompleks perumahan Riung. Masih dengan alasan yang sama, mumpung masih di pulau Jawa, pemirsah.

Usai Zuhur kami kembali ke Jakarta, masih via tol juga, kali ini tujuan ke pelabuhan Merak, Banten mau menyeberang ke Bakaheuni, Lampung.

Rencananya kami akan bermalam di Lampung lalu keesokan paginya baru melanjutkan perjalanan ke Jambi, bersilaturahmi dengan keponakan bang Iqbal di sana.

Jadi, kira-kira, rute perjalanan kami akan seperti ini, Jakarta-Merak-Bakaheuni-Palembang-Jambi-Pekanbaru-Lubukpakam yang meliputi 7 propinsi dan beberapa kota yaitu:

- DKI
Jakarta

- Banten
Tangerang, Serang, Cilegon, Merak

Lampung
Bakaheuni, Kalianda, Tarahan, Panjang, Tanjung Karang, Teluk Betung, Rajabasa, Branti, Metro, Bandar Jaya, Menggala, Tulang Bawang, Mesuji

- Sumatera Selatan
Pematang Panggang, Teluk Gelam, Tanjung Raya, Kayu Agung, Indralaya, Palembang, Sungai Lilin, Bayung Lincir

- Jambi 
Jambi, Sangeti, Merlung, Belilas

- Riau 
Japura, Ukui, Rengat, Sorek, Pangkalan Kerinci, Pekanbaru

- Sumatera Utara
Kota Pinang, Aek Nabara, Rantau Prapat, Aek Kanopan, Kisaran, Limapuluh, Tebing Tinggi, Lubukpakam

Hmmm... terbayang dong betapa panjangnya perjalanan ini ya.

Ayo, siapkan camilan dulu!

Masih ingat dong sama camilan?

Itu lho, cecudah celapan cebelum cepuluh, camilan!

Sebagai informasi, dari pulau Jawa, jalan lintas Sumatera itu bisa ditempuh dengan 3 cara yaitu:

- Lintas Timur Sumatera
- Lintas Tengah Sumatera
- Lintas Barat Sumatera

Eits, selow, kagak perlu dihapalkan ya, guys, muahahaha.

So, mari kita mulai petualangan warna-warni perjalanan lintas timur Sumatera kali ini.

Jakarta-Merak (98km - kata google sih 2 jam)

Petualangan diawali dengan menyeberang ke Bakaheuni, Lampung via jalan tol Jakarta Merak.

Menurut wikipedia Jalan tol Jakarta Merak dibuat tahun 1984, setelah jalan tol jagorawi di tahun 1978. Wiii, lumayan senior juga ya!

Jalan tol ini menghubungkan Jakarta dengan pelabuhan Merak dengan panjang 98km dan terbagi atas 2 bagian: jalan tol Jakarta-Tangerang yang dikelola PT Jasa Marga, dan Tangerang-Merak oleh PT Marga Mandalasakti. Begh, membaca 'mandalasakti' aku mendadak jadi kekar ala titanium, hihihi.

Sebelumnya, perjalanan dari Bandung ke Jakarta meski via tol, tidak sepenuhnya lancar. Ada beberapa kali kami mengalami macet bin mampet.

Apalagi saat  memasuki Jakarta berbarengan dengan jam pulang kerja,  macet dan mampet jadi teman setia.

Namanya juga jalan-jalan, jadi, dinikmati sajalah! Tanganku pun segera meraih gadget mengabadikan momen macet bin mampet via instastory sambil mendengarkan sayup-sayup lagu favorit di play list.

Sore itu aku beruntung karena sinar kemasan sang surya yang mengintip dari balik seringai angkuh bangunan pencakar langit, bisa menjadi bagian koleksi galeri ig story.

Yup, aku justru berterima kasih kepada kemacetan karena otomatis kendaraan berhenti, posisi kamera pun jadi lebih optimal menangkap semua momen sentimental.

Tak terasa kami perlahan meninggalkan hiruk pikuk Jakarta,menuju Tangerang, provinsi Banten, melalui gerbang tol Kebun Jeruk.

Perlahan tapi pasti, langit semakin kelam, meski sinar kemerahan tanda waktu magrib masih ada. Kami lalu menepi di rest area, bang Iqbal langsung ke toilet dan sholat magrib. Tempat ibadah terlihat sesak namun bersih.

Kebetulan aku dan Yasmin sedang tidak sholat, tapi kami juga latah, langsung bergegas ke toilet. Keren, toiletnya bersih banget! Sayang, aku lupa itu lokasinya di kilometer berapa.

Setelah itu, sambil menunggu, kami ngobrol di rest area. Sesekali aku memeluk putriku karena rasa rinduku seperti masih tak kunjung berujung. Maklumlah hampir satu tahun kami tak pernah berbagi dekapan, berbagi kebersamaan.

Tak berapa lama bang Iqbal muncul dan kami kembali melaju di atas roda, menjemput kelam.

Saat itu, kondisi jalan tol Jakarta-Merak lancar dan mulus, pemirsah!

Mungkin karena perjalanan kami lakukan di saat bukan musim liburan ya. Tepatnya 6 Februari 2019 lalu.

Ternyata jalan tol Jakarta Merak itu tidak semuanya terang benderang di saat malam. Bahkan ada beberapa lokasi yang gelap gulita.

Aku perhatikan beberapa kali, abang menggunakan isyarat lampu dim (lampu jauh).

Ketika ada marka jalan bahwa Merak sudah berada di pelupuk mata, abang minta izin mau mengisi 'kampung tengah' alias makan, pemirsah.

Kebetulan restoran tempat kami makan terletak di tempat yang sangat tinggi, sehingga kerlap-kerlip  lampu dan aktivitas pelabuhan Merak terlihat, meski dari kejauhan.

Fix, Jakarta-Merak kami tempuh kurang lebih 2 jam. Tepuk tangan dong buat mbah sakti google.

Di Merak petugas cekatan mengarahkan calon penumpang feri. Mengenakan jaket dengan scotchlight (jaket yang mampu berpendar kala terkena sinar) kami pun masuk ke loket.

Biaya penyeberangan reguler Merak-Bakaheuni untuk mobil Xenia yang kami tumpangi beserta 3 penumpang total Rp 374.000 dan akan makan waktu 2 sampai 2.5 jam.

warna warni perjalanan lintas timur sumatera

Saat menulis draft artikel ini aku juga browsing dan menemukan informasi bahwa feri penyeberangan eksekutif Merak ke Bakaheuni juga sudah beroperasi namun dengan biaya yang lebih mahal tapi fasilitas premium dan jarak tempuh yang lebih singkat, 1 jam!

Jadi, tinggal pilih!

Saat itu feri belum siap berangkat, kami masih menunggu kira-kira setengah jam.

Aku, Yasmin dan bang Iqbal mencoba istirahat dengan mengatur tempat duduk dan berusaha memejamkan mata sambil menyesap lirih bayu di malam sendu.

Tak berapa lama, mobil di depan mulai bergerak, petugas mengatur giliran dengan cekatan dan akhirnya kami pun masuk ke lambung feri.

Usai memarkirkan mobil, kami menuju ke ruang penumpang.

Feri ini memiliki pilihan ruang penumpang, yang ingin duduk atau ingin berbaring. Kami memutuskan memilih ruang berbaring yang full AC, no smoking dan kudu merogoh kocek Rp 10.000/orang  dan tambahan Rp 5.000/ orang untuk 1 bantal. Worthy it lah, menurutku.

Meski tak bisa tidur nyenyak namun lumayanlah untuk meluruskan pinggang. Alhamdullillah.

Percis 2 jam kami merapat ke Bakaheuni. Kami bergegas kembali ke tempar parkir mobil. Angin dingin malam langsung membelai wajahku. Brrrr... dingin banget!

Meski sudah menjelang tengah malam, namun aktivitas pelabuhan masih padat. Terpantau jelas dengan penerangan maksimal. Truk-truk penggerak ekonomi perlahan keluar dari feri bergantian dengan mobil pribadi. Teratur dan tertib!

Begitu keluar pelabuhan, marka informasi langsung terpampang, Bandar Lampung atau Palembang. Untuk memastikan, abang menelepon kerabatnya.

"Bunda, menurut Tuan Adik (panggilan kekerabatan untuk kakak laki-laki ala Tapanuli Tengah), karena kita mau ke Jambi harus pilih jalan arah ke Palembang!"

"Oke, Bang. Bismillah"

Sebenarnya aku punya peta jalinsum di gadget, cuma karena ngantuk berat aku tak semangat untuk melakukan apapun. Maunya ke pulau kapuk saja, hahaha.

Saat itu di Bakaheuni sudah hampir tengah malam. Namun sesekali kami masih bersua dengan  kendaraan truk-truk long bed dan trailer di tengah perjalanan juga di halaman warung makan.

Seperti bisa membaca pikiranku, abang menyeletuk, "Biasanya para supir truk istirahat di situ bunda"

"Ohhh, gitu, jawabku, saat melihat ada beberapa unit truk berbadan panjang parkir di halaman warung makan"

Makin menjauh dari Bakaheuni, jalanan semakin kelam, lalu tiba-tiba...

"Bunda, abang ngantuk banget nih, kita cari tempat buat istirahat dulu ya"

"Siap, Bang!"

Namun sudah hampir setengah jam, kami tak menemukan tempat layak untuk istirahat sampai akhirnya kami melihat sebuah mini market dengan ciri khasnya lampu yang terang benderang, abang pun melambatkan laju kendaraan dan akhirnya parkir.

Ternyata sudah ada beberapa mobil yang juga sedang istirahat.

"Abang mau ijin dulu ya ke dalam, mau parkir dan istirahat di sini"

Tak berapa lama aku mendengar abang ngobrol dengan seseorang dari mobil sebelah.

"Bapak sebelah itu juga sedang istirahat, baru datang dari Palembang menuju Bakaheuni"

Abang membuka pembicaraan saat sudah kembali ke dalam mobil.

Jadilah malam itu kami tidur seadanya  di parkiran mini market.

Bakaheuni - Palembang (450.6km - 10 jam, masih kata google)

Tepat jam 04.30 subuh kami meninggalkan pelataran parkir mini market, berangkat lagi menuju Palembang.

Are you ready, guys?

Di tengah jalan, azan subuh menggema diiringi nyanyian gerimis, kami pun parkir lagi di halaman mesjid. Aku dan Yasmin lanjut istirahat lagi sambil menunggu abang usai sholat.

Perjalanan kami lanjutkan masih dengan nyanyian gerimis dan suasana kelam. Untuk alasan keselamatan abang hanya menjalankan kendaraan dengan kecepatan antara 40 sampai dengan 60km per jam.

Perlahan gerimis berganti dengan sumringah fajar yang menggoda dari balik tajuk pepohonan. Kami sudah semakin sering berpapasan dengan kendaraan pribadi dan... truk-truk segede gaban.

Kami juga melewati daerah perkebunan tebu penghasil gula Gulaku di sekitar daerah Tulang Bawang. Namun sayang beberapa spot jalan di daerah ini rusak berat, sehingga sangat mengganggu kenyamanan perjalanan. Beda banget dengan perjalanan kami sebelumnya yang super mulus. Agak kuciwa juga nih, hiksss.

Karena masih tersedia cukup camilan kami memutuskan sarapan di dalam mobil sambil mendengarkan alunan tembang dan sesekali bercanda ria. Senang banget!

Sebagai navigator pendamping, karena Yasmin yang didaulat jadi navigator utama (meski duduk di bangku kedua), aku bertugas menyuapi si abang dan mulutku sendiri.

Tuh, apa kataku? Bener kan, momen seperti ini hanya ada saaat road trip, so sweet...!

Untuk daftar play list kebetulan kami punya beberapa selera yang sama seperti koleksi slow rock, modern rock serta love songs. Lagu-lagu lawas laaa... seperti, I want to know what love is, dll...

Khusus di refrain lirik berikut ini:

I wanna know what love is
I want you to show me
I wanna feel what love is
I know you can show me

... kami seperti ada yang komando-in, lalu koor, hahaha,. Seru pisan, euy!

Terbukti koleksi play list seperti ini sangat membantu banget dalam menjaga mood selama dalam perjalanan panjang.

Jadi, pastikan kamu membawa play list idaman saat perjalanan jauh misalnya seperti jalan lintas Sumatera seperti ini ya!

Tak seperti beberapa tahun lalu, jalan lintas timur Sumatera kali ini sangat buruk. Banyak jebakan batmannya.

Apa itu jebakan batman?

Itu lho, jalanan menanjak, namun ketika turun langsung disambut lobang yang menganga di bagian tepi dan kadang di tengah jalanan aspal.

Kadang abang bisa sih dengan mulus melakukan manuver, namun tak jarang sering juga kecolongan, walhasil mobil masuk kedalam lobang diiringi suara gemuruh seolah mobil mengaduh kesakitan.

Kondisi jalan lintas timur yang buruk ini bahkan kami alami hingga menjelang Indralaya, Sumatera Selatan. Sangat menyiksa, Ronaldo! Bahkan senandung play list yang berkumandang senantiasa tak kuasa menggerusnya.

Dan abang pun otomatis mengurangi kecepatan, agar terhindar dari benturan keras. Puk-puk, mobil.

Tiba-tiba... mataku menangkap marka tanda jalan tol di seberang jalan.

Kami memutuskan berhenti dan bertanya pada warga.

Ternyata benar, ada jalan tol dari Indralaya ke Palembang.

Mendengar hal ini, kami serentak merasa lega dan berucap alhamdullillah, karena hampir seharian bergumul dengan jalan buruk.

Saat memasuki gerbang tol, masya Allah, berasa naik pesawat, hahaha. Mulus dan super nyaman!

Jam 5 sore kamipun memasuki kota Palembang.

Aku menghitung lamanya perjalanan sejak berangkat dari Lampung subuh tadi. Ternyata jauh melenceng dari prediksi google. Harusnya saat ini kami sudah touch down di Jambi.

Begitulah, impian versus kenyataan.

Palembang - Jambi (276,9km - 7 jam 44 menit ala google)

Kami sepakat melanjutkan perjalanan ke Jambi.

Jalanan kali ini kastanya sedikit di atas kondisi jalan sebelumnya. Lebih manusiawi, hihihi.

Namun menurutku masih jauh dari nyaman. Langsung deh terpikir kalau arus balik nanti kami harus menggunakan alternatif jalan lintas Sumatera yang lain, lintas tengah atau lintas barat.

Iya, kami memutuskan untuk kembali road trip menjajal jalan lintas Sumatera lagi. Nantikan jam tayangnya yah, tssaaah...

Karena suasana sudah gelap, abang menggunakan kecepatan normal 60-80km saja per jam. Sesekali kami istirahat mencuci muka dan makan malam di tengah perjalanan.

Kali ini kami kerap menggunakan google map sebagai petunjuk arah, karena suasana di kiri kanan jalan gelap gulita.

Beberapa tahun lalu kami juga pernah melewati jalur ini, namun karena suasana malam jadi tak bisa lagi membayangkan. Untung ada google map!

Alhamdullillah, dengan kondisi jalan yang jauh dari nyaman kami akhirnya tiba di kota Jambi hampir jam setengah tiga dini hari. Iya, agak lama karena kami sering istirahat, agar abang tetap dalam kondisi layak nyetir.

Jambi - Pekanbaru (445.3km - 10 jam ala google)

Usai menginap 2 malam di rumah keponakan abang, kami pun berangkat meninggalkan kota Jambi menuju Pekanbaru sekitar jam 9 pagi.

Oleh keponakan abang kami langsung diarahkan ke jalur lintas Jambi - Pekanbaru.

Kali ini kami menggunakan 2 petunjuk, google map plus marka jalan, biar lebih greget! Hahaha.

Masya Allah, perjalanan kami diawali dengan pembukaan yang indah.

Sinar mentari bersinar cerah, berpayungkan formasi awan yang indah dan langit biru, plus kondisi aspal yang mulus.

Lagi-lagi kami serentak mengucapkan hamdalah dan subhanallah, karena bayangan perjalanan sebelumnya masih jelas terekam.

warna warni perjalanan lintas timur sumatera

Meski sudah agak di luar kota Jambi, perumahan warga masih tetap padat, namun sesekali ada juga lahan kosong.

Geliat ekonomi sudah mulai terasa di mana ada banyak aktivitas truk-truk dan kendaraan pribadi yang kami temui selama perjalanan.

Karena jalan yang mulus, tak terasa kami sudah meninggalkan kota Merlung dan mulai memasuki daerah kabupaten provinsi Riau, Pelalawan.

Sekitar jam 11.30 kami memutuskan singgah di lesehan seafood Cahaya, Keritang Riau, yang terlihat sangat kontras dengan rumah makan lainnya.

Iya, konsep lesehan rumah makan yang terletak di tepi jalan lintas timur ini langsung mencuri hati. Aneka tanaman warna-warni menghiasi lokasi lesehan yang terpisah dari bangunan utama. Semoga hidangan juga mampu melelehkan hati, bisikku dalam hati.

Alhamdullillah sepertinya doaku juga terjawab.

Semua makanan yang kami pesan ludes, kecuali 1, ayam penyet pesanan Yasmin yang ternyata sangat pedas. Menurut Yasmin, karena sudah terbiasa makan dengan hidangan non pedas bersama keluarga angkat di Hiroshima, doi perlu penyesuaian, hahaha. Puk-puk, Yasmin.

Semakin dekat ke Pekanbaru, aroma kota oil and gas semakin terasa.

Yup, seperti kita ketahui, Pekanbaru memang terkenal dengan propinsi yang kaya akan sumber daya alam minyak dan gas. Apalagi ketika memasuki kota Duri, nuansa itu semakin kental, euy, ada banyak bangunan tangki-tangki perusahaan minyak di tepi jalan lintas timur ini.

Selebihnya sih, pemandangan kebun kelapa sawit dan pemukiman warga.

warna warni perjalanan lintas timur sumatera

Aktivitas favorit di dalam mobil masih sama mendengarkan lagu, bercengkrama dan sesekali update status via ig story ketika ada signal. Yup, signal dari 2 provider besar si merah dan si biru, tidak selalu tersedia, pemirsah. Jadi, beware yah, hahaha.

Alhamdullillah, sesuai prediksi, jam 19.30 kami sudah sampai di Pekanbaru.

Berikut beberapa catatan aku selama perjalanan lintas timur ini:
  • Pastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima apalagi ini perjalanan jauh
  • Hindari mengakut penumpang melebihi kapasitas kendaraan
  • Pastikan pulsa cukup agar bisa akses google map atau bawa peta manual
  • Istirahat saat kelelahan
  • Membawa uang tunai yang cukup
  • Membawa makan dan minuman yang cukup
  • Mematuhi rambu lalu lintas
  • Utamakan keselamatan
  • Total bahan bakar selama perjalanan ini kurang lebih 1 juta rupiah, karena kami pakai AC terus sepanjang perjalanan
  • Perkiraan waktu tempuh tidak selalu sama dengan prediksi google karena ada banyak hal-hal yang terjadi di luar kontrol kita, seperti kerusakan jembatan karena bencana alam, macet karena ada kecelakaan/hal lain, banjir serta kondisi jalanan yang rusak ringan, sedang dan parah
  • Lakukan perjalanan hanya di hari terang (pagi-siang-sore) karena penerangan memang belum banyak, paling banter seperti glow in the dark, kena sinar baru bercahaya, hahaha
  • Jarang ada rest area apalagi yang seperti di pulau Jawa, kami biasanya pilih istirahat di SPBU sambil mengisi BBM, di rumah makan atau di mesjid
  • Akan sering berpapasan dengan kendaraan truk besar dan panjang, jadi waspadalah!
Perjalanan ini sebenarnya masih berlanjut sampai ke Lubukpakam, Sumatera Utara. Namun karena ada banyak kenangan sekaligus catatan yang ingin aku bagi dari rute Riau ke Sumatera Utara ini, aku putuskan untuk menuliskannya di postingan berikutnya ya.

Alhamdullillah, perjalanan kami sejak dari Bakaheuni Lampung hingga sampai ke Pekanbaru Riau, aman dan jauh dari kesan menyeramkan. Cuma yaitu tadi, kurang nyaman karena kondisi jalan yang rusak ringan, sedang dan berat. Hahaha, kayak pilihan berganda ya, cuma kali ini jawabannya, semua benar!

Semoga warna-warni perjalanan lintas timur Sumatera ini bermanfaat ya!

Ups, hampir lupa...

Apakah pemirsah punya kenangan tak terlupakan saat melakukan perjalanan panjang?

Mari berbagi di kolom komentar di bawah ini...