[Guest Post] Dentum Suka Duka di Hiroshima
Guest Post Dentum Suka Duka di Hiroshima ini pernah dicetak di Buku Membelah Tempurung Menatap langit The AFS Story dan ditulis oleh Nabila Yasmin Pohan.
Terkadang memori itu datang secara tiba-tiba dan beruntun!
Seperti semilir angin di tengah musim panas, sebuah memori yang aku sambut dengan senyuman kecil dan pandangan jauh ke ujung langit di depan.
Negeri Sakura menyimpan berjuta kenangan, perasaan dan begitu banyak pelajaran!
Sebuah bab ke tujuh belas dari cerita hidupku tentang hati yang terikat dengan hangatnya persahabatan walau ditempa banyaknya perbedaan.
... dan tentang kesempatan langka atas pendewasaan!
Belum Pernah ke Luar Negeri
Aku belum pernah bepergian ke luar negeri sebelumnya!
Hanya mendengar cerita-cerita dari orang lain, yang tentu aja ditemani dengan rasa kagum dan juga rasa iri.
"Suatu hari nanti, pikirku, aku juga akan mendapat giliran untuk menjelajahi dan mengubah dunia!"
Harapan itu selalu aku gantungkan kepada diriku di masa depan!
Baca juga : Mosaik Kisah Transformasi dan Pengalaman the AFS Story
Japan, I'm Coming!
Hari itu pun akhirnya tiba!
Dinginnya Tokyo di pagi itu dan mendung kelabu menjadi sambutan pertamaku.
Aku bertekad, untuk tidak memulai cerita di bab baru hidupku ini dengan air mata!
Tetapi, saat shinkansen yang aku naiki berhenti di stasiun Hiroshima dan aku bisa melihat orang-orang dengan senyuman hangat dan kertas yang bertuliskan namaku, aku teringat lagi akan mimpi masa kecilku; akan pahitnya perjuangan, getirnya rasa meninggalkan semua yang aku tahu dalam hidupku demi ini.
... dan juga rasa bangga terhadap diriku sendiri, tentu saja!
Dengan senyuman hangat yang aku terima, dinginnya Hiroshima tidak dapat aku rasakan saat aku menangis.
Duka Hiroshima
Hiroshima terkenal dengan cerita bom atom mereka!
Aku, selalu melihatnya dari sudut pandang sejarah sebagai orang luar.
Namun, aku diberi kesempatan dan kehormatan untuk melihatnya dari sudut pandang mereka yang berhasil selamat dari malapetaka itu lewat sebuah Peace Camp yang diselenggarakan oleh pengurus AFS Hiroshima.
Monumen bom atom yang berdiri di pinggir sungai dan Taman Perdamaian yang mengelilinginya selalu diselimuti dengan suasana yang syahdu.
Syair-syair, foto dan video yang menggambarkan kengerian pada masa itu, museum yang berisikan barang yang dapat diselamatkan dari hari itu, serta cerita langsung dari hibakusha ( penyintas bencana bom atom) berhasil menyadarkanku atas hak istimewa yang aku miliki sebagai seorang penduduk dunia.
Salah satu ucapan yang paling kuingat dari serangkaian acara hari itu adalah tanggapan dari seorang penyintas, " Mereka mengatakan, bahwa bom atom itu mengakhiri perang, tetapi aku tidak setuju."
Penderitaan dan perjuangan para warga sipil Hiroshima pada saat itu masih berlanjut, bahkan saat dunia sudah merayakan kekalahan Jepang.
Ucapan itu membuatku terkejut, karena apa yang aku pelajari selama ini tidak pernah menyentuh sisi lain dari bom atom tersebut!
Aku diajarkan, bahwa bom atom di Hiroshima adalah lonceng kemenangan dunia atas kekejaman Jepang, tetapi tidak pernah mengetahui efek dan trauma bom yang mereka bawa berpuluh-puluh tahun setelah kejadian itu.
Tewasnya tenaga medis, luluh lantaknya fasilitas kesehatan, keterbatasan pertolongan dari luar untuk masuk ke dalam kota karena kuatnya radiasi, anak-anak yang meninggal dan tersiksanya mereka yang masih hidup karena dampak radiasi terdengar seperti bagian tersedih dari sebuah film.
Kenyataan yang mesti mereka hadapi di masa itu!
Dari cerita itu aku semakin yakin, bahwa dalam perang, yang paling dirugikan adalah rakyat sipil yang tidak memiliki pilihan dalam jalannya perang dan dianggap sebagai pion untuk mencapai kemenangan.
Cerita itu membuatku sadar akan privilese yang aku miliki; sebagai seseorang yang lahir dan hidup di negara damai dan di dunia yang tidak berada dalam fase berperang!
Bahwa aku diberi kesempatan untuk hidup di sebuah negara tanpa perlu khawatir akan keselamatanku setiap hari adalah sebuah kemewahan!
Aku dapat berlajar dan bermain bersama teman-teman tanpa beban bahwa hari itu mungkin akan menjadi hari kematianku.
Sebuah hak yang telah aku anggap remeh sebelumnya.
Kesadaran itu memantik mimpi masa kecilku yang ingin memberikan perubahan di dunia!
Berbekal perasaan yang menggebu-gebu dan mimpi akan dunia yang lebih baik, pidato tentang perdamaian dunia dalam bahasa Jepang yang aku tulis dan bawakan mendapatkan juara dua!
Pada saat itu pula, aku menentukan bahwa jurusan yang akan aku ambil kelak saat kuliah adalah Hubungan Internasional (HI).
Aku percaya bahwa caraku memberikan kontribusi dalam perdamaian dunia bisa dimulai dengan mempelajarinya!
Bekal ilmu dari Peace Camp itu semakin membuatku yakin bahwa jurusan inilah yang akan aku pilih karena sesuai dengan mimpiku akan dunia yang lebih baik itu.
Namun seiring waktu berjalan, aku menyadari bahwa mimpiku mengubah dunia menjadi lebih baik mungkin terlalu tinggi.
Menciptakan dunia yang lebih baik pada dasarnya membutuhkan banyak aksi kolektif dari banyak orang dan aku tidak bisa melakukannya sendirian!
Karena itulah, aku menyederhanakan mimpiku dan mengubah pola pikirku.
Alih-alih mengubah seluruh dunia, aku menyadari bahwa menjadi seseorang yang dapat membantu banyak orang memiliki semangat hidup juga termasuk dalam membantu mengubah dunia menjadi lebih baik, setidaknya dunia mereka. Bagiku, itu sudah cukup!
Life in Hiroshima
Namun, di bab ini dalam cerita hidupku, Hiroshima tidak hanya memiliki sejarah kelam saja!
Menyesuaikan diri dalam kehidupan sekolah Jepang dapat kuibaratkan dengan seekor kucing hitam yang memasuki kandang kelinci putih.
Di antara mereka yang begitu homogen, hijab dan wajah yang aku anggap biasa di Indonesia, membuatku begitu menonjol.
Semua mata mengarah kepadaku, penuh dngan kebingungan dan juga rasa penasaran saat aku merapal pidato pembukaan!
Perbedaan itu tidak berhenti dalam level penampilan saja, tetapi juga dalam komunikasi karena ketidakmampuanku untuk berbahasa Jepang secara lancar.
Euforiaku dan rasa penasaran dari mereka itu mulai reda setelah beberapa hari.
Aku, mati-matian berusaha menarik diri sendiri keluar dari zona nyaman agar tidak merasa sendirian. Walaupun demikian, rasa frustasiku dan kesendirian itu tetap menghantuiku.
Pada waktu itu, aku belum memiliki kekuatan untuk melawannya dan aku menjadi budak atasnya!
Terlebih karena waktu makan siang yang seharusnya aku gunakan untuk bersosialisasi dan pelajaran olahraga pun terpotong karena keharusanku untuk berpuasa.
Baca juga : Pengalaman Ramadan di Negeri Sakura
Karena itu, musim semi yang hangat, indahnya sakura juga serunya festival dengan yukata, belum dapat aku nikmati bersama teman.
Namun, aku bersyukur karena keluarga angkatku ada untukku di masa-masa itu.
Saat musim mulai bergulir dan matahari terasa lebih panas, aku mulai menemukan serpihan-serpihan keberanian!
Hal ini juga didorong dari teman-teman pertukaran pelajar lainnya yang sepertinya telah menemukan teman-teman dan membuat cerita baru bersama mereka.
Tidak bisa dipungkiri, aku merasa iri! Aku juga ingin menulis ceritaku sendiri bersama dengan orang lain.
Dengan tekad itu, waktu makan siang bersama teman aku gunakan untuk berbicara, walau kemampuanku bahkan masih lebih buruk dari kosakata yang diujarkan oleh balita.
Namun, kesediaan teman-temanku untuk tetap mendengarkan dan membantu secara tulus membuatku semakin ingin berusaha!
Pada saat aku diajak untuk pergi ke mal bersama, dan menginap di rumah teman, tidak ada yang dapat menandingi rasa bahagiaku karena akhirnya dapat diterima menjadi bagian mereka!
Dan ketika aku melihat tangisan temanku sebelum aku harus meninggalkan Hiroshima, dan betapa mereka akan merindukanku, aku terenyuh! Pada saat itu, aku tidak peduli jika teman-teman yang aku miliki lebih sedikit dibandingkan dengan siswa pertukarang pelajar lain.
Yang aku pikirkan adalah betapa beruntungnya aku memiliki tman-teman yang tulus karena kehadiranku akan mereka rindukan!
Pelajaran Kehidupan
Di dalam memori yang datang kepadaku, ada banyak pelajaran yang aku temukan!
Di sana, aku dapat menemukan jejak yang aku buat bersama orang-orang yang dekat dalam hatiku.
Rahasia-rahasia yang aku bagi dan dengarkan, dengan gugurnya dedaunan dan bunga, rasi bintang dan kunang-kunang pada malam musim panas, juga kepingan salju tipis yang menjadi saksi buta atas kepercayaan yang diberikan.
Luka yang dimiliki setiap orang berbeda, jadi tidak ada gunanya membandingkan kehidupanku dengan orang lain!
Bahwa kesalahan-kesalahan yang kubuat memiliki pelajaran dan merupakan sebuah langkah ke depan menuju pendewasaan!
Terkadang, aku mencoba membaca kembali bab ke tujuh belas dalam cerita hidupku ini.
Pada malam saat aku hanya dapat ditemani bintang-bintang, aku bisa mendengar bel lonceng sekolahku, bunyi rantai ayunan, suara acara TV malam hari, dan sibuknya stasiun kereta api.
Jika aku memejamkan mataku, aku akan dapat menemukan senyuman-senyuman, merasakan sepinya bus pada sore hari, dentuman musik dari earphone saat berjalan kaki dan lezatnya kopi!
Aku juga dapat mencium harumnya sakura, aroma dari toko roti, juga aroma khas okonomiyaki.
Terkadang pula, aku dapat mendengarnya dan ia memanggilku untuk pulang!
Karena kesempatan ini, aku memiliki rumah, yang bukan merupakan bangunan empat sisi, melainkan di hati mereka, yang akan selalu sedia menerimaku kembali!
Catatan dari AnnaRosanna
Setelah dinyatakan lolos seleksi AFS, Nabila Yasmin Pohan, putriku, berangkat ke Hiroshima dari Terminal 3 Soeta, 21 Maret 2018 lalu, transit di Denpasar, Bali dan melanjutkan perjalanan ke Tokyo, mendarat di bandara Narita.
Selanjutnya selama 3 hari, mengikuti serangaian acara seperti briefing dari pengurus AFS Tokyo, bertemu dengan perwakilan Yayasan Marching J yang memberikan beasiswa Ke Yasmin, serta berkenalan dengan siswa perwakilan pertukaran pelajar dari seluruh dunia, program tahun 2018-2019.
Mencoba pemandian unik ala Jepang, onsen, juga!
Setelah rangkaian acara penyambutan di Tokyo dan Osaka usai, barulah Yasmin berangkat dengan shinkansen ke Hiroshima via Osaka dan kembali ke Indonesia awal Februari 2019.
Setuju banget kalau dampak peperangan itu hanyalah rakyat sipil. Inilah ya kenapa kalau bisa memilih pemimpin, semoga dijauhkan dari pemimpin yg dzalim
BalasHapusPas membaca kenangan Yasmin ini aku serasa terhanyut juga kepada penderitaan korban nuklir Hiroshima.
HapusTernyata meninggalkan trauma panjang juga
Keren banget ambil kuliah jurusan HI di Jepang. Jurusan idamanku dulu mbak. Wah pastinya jadi pengalaman yang berkesan ya bisa ketemu banyak teman baru, di tempat baru dan dengan mempelajari ilmu baru. Semoga sukses terus mbak
BalasHapusIya mak Febri.
HapusKenangan akan Hiroshima menginspirasi Yasmin untuk memilih jurusan HI di UNPAD saat kembali ke Indonesia
Masya Allah bersyukur banget ya dapat kesempatan untuk tinggal & belajar di Jepang. Bisa belajar lebih dekat juga ya di Hisroshima, past9nya jadi sedih kalau memikirkan bom atom dulunya. Aku doakan ilmunya di Hubungan Internasional bisa membawa kebaikan dan selalu ada kedamaian di manapun berada
BalasHapusAamiin.
HapusTerimakasih Emak Lidya.
Semoga kedamaian senantiasa menjadi harapan semua umat di dunia
Yasmin... kakak (ga mau dipanggil tante) bangga membaca tulisanmu. Masya Allah, pengalaman berharga yaa pertama ke luar negeri ikut AFS trus sekarang udah ikut exchange yang lain juga.
BalasHapusSelamat yaa juara 2 pidato dalam bahasa Jepang. Whaaa!
bom atom Hiroshima itu pedih, banyak rakyat jadi korban, efek radiasinya pun begitu luas bahkan pembuat bom atomnya sendiri stres sampai akhirnya bun*dir.
Terimakasih Kakak Helena!
HapusInsyaAllah tahun depan Yasmin jadi Sarjana HI.
Mohon doa restu ya Kakak Helena...
Barakallah Yasmin hebat sekali bisa mendapatkan pengalaman berharga sekolah di negeri Sakura melalui program AFS. Senangnya kuliah di jurusan HI. Soal perang Hiroshima, memang deh warga sipil yang paling banyak menjadi korban. Sukses ya anak mamah Anna yang cantik.
BalasHapusTerimakasih Mak Nurul.
HapusJurusan HI memang menjadi dambaan Yasmin sejak SMA dan beasiswa AFS ke Hiroshima, menggenapkanya!
Tabarakallah
Kagum banget sama sepak terjangnya Yasmin dan mama papa tercintanya yang begitu suportif!
BalasHapusSemoga kelak dapat menjadi Duta Besar mewakili Indonesia ke mancanegara ya Yasmin
Thanks Emak Tanti!
HapusAamiin... Aamiin Ya Allah Ya Robbalaamiin...
Jika efek bom sampai puluhan tahun maka Hiroshima saat ini sudah relatif akan dikunjungi ya?
BalasHapusHebat, masih muda udah bisa ke Jepang. Selamat ya berhasil juara 2!
Thanks Mak Saladin!
HapusMasya Allah... Keren banget ini pengalamanya Yasmin ya mak, selain bisa sekolah ke Jepang dan juga jadi banyak belajar tentang sejarah terutama tentang Hirosima. Semoga ilmunya dapat bermanfaat untuk orang banyak ya.
BalasHapusAamiin.
HapusTerimakasih Mak ChiChie.
Doi juga punya impian selanjutnya.
Ke negeri ginseng!
Untuk itu doi sudah memulainya dengan join ekskul di kampus, komunitas Seodang, kursus bahasa Korea dengan native speaker, the Korean!
Keren Yasmin. Si kucing hitam yang masuk ke dalam kandang kelinci putih, walau berat namun akhirnya bisa berbaur dan memperoleh pelajaran dan pengalaman hidup yang luar biasa
BalasHapusIyes, Emak Nanik!
HapusAku sangat terharu membaca cerita Yasmin!
Itulah yang mendorongku untuk membuat Guest Post di blogku ini.
Dari semua mata pelajaran, pelajaran kehidupan lah yang ternyata sangat berharga ya
BalasHapusSalut dengan disiplin dan kerja keras putrinya hingga bisa membawa kisah manis untuk dikenang ini...
Terus terang, aku juga terharu waktu membaca kisah Yasmin ini, Mak Okti.
HapusTernyata Hiroshima mampu memberi doi pelajaran kehidupan.
Barokallah.
Pengalaman luar biasa bagi Kak Yasmin nih bisa secara langsung berada di Jepang. Peristiwa Hiroshima memang sangat mencekam. Namun klo baca sejarah, kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang di Indonesia pun tak terperi meskipun bukan berwujud bom atom. hiks... selalu sedih yaa klo membincang tentang perang, dimanapun itu.
BalasHapusKisah perjalanan Kak Yasmin ini bagus, bakalan kubagikan ke putriku agar semangat untuk mencoba pengalaman baru dan mengeksplor kemampuan diri semaksimal mungkin.
Terimakasih Mak Un telah berkenan akan berbagi kisah Yasmin ini ke putrinya.
HapusKisah lainnya bisa klik di link medium Yasmin yang ada di paragraf awal
Aku berasa baca sejarah, salut dan bangga sama Yasmin yang syantiiik.
BalasHapusAlhamdulillah pernah bersuaaa jugaa. Makasih ceritanya cantik, doa dari jauh semoga sukses, jurusan kuliahnya bermanfaat di kehidupan sehari-hari.
Btw , Tante penasaran belom mencium wangi sakura, aroma toko roti dan wangi khas okononiyaki, mauuuu!!
Tante Tjinta yang manis dan baik hati,
HapusYasmin percaya, suatu hari nanti Tante akan mencium aroma sakura, toko roti dan wangi khas okononiyaki.
Kami no ishi!
Waaah kereeen kakak Yasmin. Sama dengan anakku mba, dia juga berencana memilih Hubungan Internasional pas kuliah nanti. Dia memang senang dengan public speaking kayak kakak yasmin. Selamat ya Kak.. Akhirnya bisa menginjakkan kaki di Luar Negeri dengan prestasi, bukan gaya2an.
BalasHapusSemoga buah hati Emak Ade bisa terealisasi.
HapusAamiin YRA
Membayangkan kaka Yasmin berjuang di Hiroshima selama 11 bulan, rasanya mashaAllaa~
BalasHapusAda banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dan semoga dengan adanya ilmu pengetahuan, dunia tidak lagi mengambil langkah "perang" untuk menyelesaikan masalah.
Semoga kita semua damai dalam keberagaman.
Aamiin YRA.
HapusTerimakasih Mak Lendy
Yasmin hebat banget, pasti ini menjadi pengalaman yang luar biasa dan tak akan terlupakan. Sedih banget klo sudah membicarakan tentang perang. Semoga semua negara yang ada di dunia ini selalu diberikan kedamaian ya. Amin
BalasHapusBenar banget, ini salah satu pengalaman hidup Yasmin yang tak akan terlupakan.
HapusBisa dikatakan perjalanan hidup yang menginspirasi sekaligus memotivasi!
Wah, keren sekali perjalanan Yasmin ini
BalasHapusPerang selalu meninggalkan kenangan buruk yang kadang bikin trauma ya
Benar sekali.
HapusHiroshima ini contoh nyatanya!
ngeri banget ya mbak pastinya efek bom atom ini sampai jepang pun harus memulai dari nol lagi kehidupan mereka dan sekarang jadi negara maju. bagus banget nih tulisan putrinya jago banget nulisnya
BalasHapusAku sendiri terharu sekaligus takjub Mak, pas membaca kisah Dentum Suka Duka Hiroshima ini.
HapusTernyata doi sangat berbakat menulis!
Tabaraakallah.
masya Allah, barakalllah kaka Yasmin. aku ikutan seneng nih mak baca shariong mak anna tentang kisah Yasmin. menjadi penyemangat juga untukku dengan anak perempuan di rumah
BalasHapusIzin tanya, Mak, putrinya usia berapa dan kelas berapa sekarang, Mak?
HapusMengenai bom atom hiroshima mengingatkan akan pelajaran waktu sekolah dulu, beruntung sekali putrinya bisa mendapat kesempatan dan pengalaman ke Jepang
BalasHapusTos, Mak, aku juga tahu bom nuklir Hiroshima lewat pelajaran sekolah.
HapusNamun hanya sampai seputaran bom atom saja.
Ternyata ada trauma tersisa, setelahnya Mak.
Masya Allah pengalaman berharga banget ya Kak Yasmin, bisa mengikuti program ini membaca ceritanya jadi teringat Palestina, semoga mereka bisa segera lepas dari penjajahan. Tulisan Kak Yasmin indah sekali ditunggu tulisannya yang lain ya
BalasHapusAamiin.
HapusSemoga Allah SWT memberikan yang terbaik dan hanya yang terbaik untuk Palestina.
Setuju, Mak Dewi.
Tulisan Yasmin memang indah sekali apalagi kalau dibantu dengan motivasi, semakin semangat tuh doi!
Keren ya Nabila
BalasHapusCeritanya jadi motivasi siapa saja yang ingin berjuang menuntut ilmu di negeri Sakura
Apalagi kalau menjadi orang yang berpenampilan minoritas memang akan sangat banyak kisah yang bisa diperjuangkan bahkan diceritakan. Bukan untuk simpati tapi jadi motivasi agar bisa mengikuti langkah yang sama
Aku jadi ingat kegagalanku sekolah di sana untuk S3 karena beasiswanya gak lulus 😆