Pages - Menu

Rabu, 19 November 2025

10 Tahun Jadi Media Partner Astra Motor Kaltim 1: Benefit, Privilege, Cerita, dan Hal-Hal Kecil yang Mengubah Cara Pandangku

10 Tahun Jadi Media Partner Astra Motor Kaltim 1: Benefit, Privilege, Cerita, dan Hal-Hal Kecil yang Mengubah Cara Pandangku

Gak berasa euy! Sudah hampir satu dekade aja kebersamaan ini, bukan sekadar privilege produk—tapi ruang di mana kreativitas, pertemanan, dan kesempatan bertumbuh bersama!


refreshment media partner astra motor kaltim 1 di Balikpapan


Kadang aku masih nggak percaya kalau niat sederhana buat nge-cover acara motor pertama kali di bulan Desember 2016 lalu, Honda All New Beat Street esp berujung pada sesuatu yang lebih dari sekadar kerjaan itu, berubah jadi hubungan yang pelan-pelan mengakar! 

Menurut aku nih ya, salah satu benefit jadi media partner yang paling nyata bukan cuma akses produk sebelum rilis—tapi rasa dihargai yang bikin percaya diri terus naik sedikit demi sedikit.

Baca juga: New Honda ADV160: Skutik Adventure Astra Motor Kaltim 1

Mengapa aku bilang “bukan sekadar kerja sama”?

Di dunia media, tawaran kolaborasi datang dan pergi cepat!

Tapi ada kalanya kamu nemu partner yang sabar, percaya proses, dan memberi ruang untuk jadi otentik. 

Astra Motor Kaltim 1 termasuk yang seperti itu. 

Mereka sering memberi kebebasan berekspresi—dan itu ngaruh besar buat gaya tulisan aku. Fix!

Gak percaya? 

Buktikan yuk di postingan Skutik Terbaik, Adakah? Berikut Tips Beli Skutik Bagi Pemula

Benefit praktis yang langsung dirasakan

  • Akses produk sebelum peluncuran — kesempatan test ride dan hands-on yang memungkinkan review lebih matang.
  • Goodie bag & apparel — barang kecil yang jadi pengingat personal tentang komunitas.
  • Event dan gathering — dari lunch santai sampai fun sport yang mempererat jaringan.
  • Update tempat tongkrongan — rekomendasi spot baru di Balikpapan yang jadi konten lifestyle.
  • Belajar cara jadi media partner otentik — nilai yang susah diukur tapi terasa nyata dalam cara aku membuat konten.

Semua itu terdengar simpel, tapi bila dikumpulkan satu per satu, hasilnya adalah pengalaman yang bikin aku terus balik—dan ini inti dari benefit jadi media partner versi aku!

Privileg yang bikin deg-degan (tapi nggak sombong)

Bayangkan kamu dikasih kunci kecil: akses untuk mencoba unit baru sebelum diumumkan ke publik. Bukan karena kamu “influencer besar”, tapi karena mereka percaya pada sudut pandangmu!

Rasanya aneh sekaligus menyenangkan. 

Aku ingat momen pertama kali mencoba unit yang belum dirilis—motor masih ada label, ruangan agak remang, dan ada rasa “ini rahasia kecil kita”. Di situlah muncul perasaan dihargai!

Coba dulu aja kak, nanti kasih pendapatmu versi kamu.” — kalimat itu masih terasa hangat ketika diingat.

Benefit seperti ini nggak bisa dinilai hanya dari materi. 

Ia mengubah cara kamu melihat pekerjaan: dari sekadar mencari konten ke peran yang membawa tanggung jawab—untuk memberi opini yang jujur dan bermartabat!

Tempat tongkrongan sebagai sumber cerita

Salah satu hal kecil tapi berulang yang selalu aku nantikan: rekomendasi tempat nongkrong di Balikpapan. 

Bukan hanya soal tempatnya, tapi percakapan yang terjadi di sana! Random topik, gitu. Seru!

Kadang kami dikumpulkan di kafe mungil dengan lampu hangat. 

Kadang di rooftop baru dengan angin laut. 

Tempat-tempat itu jadi latar obrolan yang membentuk ide konten: obrolan ringan berubah jadi ide listicle, review, atau opini yang hangat.

Apa nilai jurnalistik dari tongkrongan?

Di tempat yang santai, orang cenderung lebih bicara jujur. 

Itu hasilnya konten yang terasa manusiawi—bukan sekadar promosi. 

Bagi aku, ini adalah bagian dari benefit jadi media partner yang jarang disebut tapi berdampak besar.

Goodie bag, test ride, dan hal-hal kecil yang berulang

Mungkin terdengar remeh, tapi goodie bag yang berisi apparel atau merchandise kecil seringkali jadi pengingat personal: “kamu pernah ada di saat itu.” 

So sweet banget kan ya!

merchandise media partner astra motor kaltim1

Aku simpan beberapa apparel itu di lemari—kadang dipakai, kadang enggak, tergantung dress code. Hihihi.

Tapi ketika memakainya, ada perasaan terhubung ke momen tertentu: test ride pertama, perbincangan panjang setelah makan siang, atau tawa bersama rekan media.

  • Goodie bag = tanda terima kasih yang konkret.
  • Test ride = kesempatan membuat review otentik.
  • Apparel = branding personal yang terasa alami.

Dulu aku pikir benefit sekadar uang atau produk. 

Sekarang aku semakin paham nilai emosional dari hal kecil ini—ia hadir sebagai lapisan-lapisan pengalaman yang memperkaya cerita.

Belajar jadi media partner yang otentik

Selama hampir 10 tahun, pelajaran terbesar bukan soal teknik menulis semata. Melainkan: bagaimana tetap otentik ketika semua orang tergoda “menjual diri”.

Berikut beberapa prinsip praktis yang aku pelajari dari pengalaman ini—yang juga bagian dari benefit jadi media partner dalam bentuk soft-skill:

  1. Jujur tapi sopan: Kritik itu penting, tapi dikemas sebagai solusi akan jauh lebih diterima pembaca.
  2. Jaga sudut pandang: Kamu bukan spokeperson—kamu jurnalis/pencerita. Fokus ke pengalaman, bukan klaim pemasaran.
  3. Konsistensi: Hadir di acara bukan hanya untuk dapat barang, tapi untuk membangun kepercayaan jangka panjang.
  4. Bangun relasi: Media partner yang baik bukan hanya kreatif, tapi juga dapat dipercaya oleh brand dan pembaca.

Pelajaran-pelajaran ini tidak diajarkan lewat presentasi saja. 

Mereka terserap di suasana santai—obrolan di lunch, candaan saat event, dan saat kerja bareng tim di lapangan.

Statistik kecil: dampak jangka panjang (pengamatan personal)

Dari perspektif aku sebagai blogger, ada beberapa efek yang terlihat setelah bergabung lama sebagai media partner:

  • Peningkatan engagement pada artikel terkait test ride dan review produk (estimasi kenaikan 20–40% dibanding rata-rata artikel non-event).
  • Lebih banyak peluang kolaborasi dari brand lain setelah reputasi terbangun—karena brand cenderung memilih partner yang konsisten.
  • Jaringan yang berkembang — relasi personal yang menghasilkan undangan acara dan ide konten baru.

Catatan: angka di atas berdasarkan pengamatan personal dan pola yang aku alami; bukan riset formal. Namun pola ini cukup konsisten dalam perjalanan menulis aku.

Bagaimana menjalin kerjasama yang sehat sebagai media partner

Kalau kamu tertarik jadi media partner—entah sebagai blogger, vlogger, atau jurnalis—beberapa langkah praktis ini bisa dipakai untuk memulai dan menjaga hubungan yang sehat:

1. Tetapkan ekspektasi di awal

Diskusikan deliverable, timeline, dan hak penggunaan materi. Keterbukaan sejak awal mencegah salah paham.

2. Tawarkan value, bukan hanya eksposur

Jelaskan apa yang dapat kamu berikan: sudut pandang unik, format konten, distribusi, atau kreativitas storytelling.

3. Jaga etika editorial

Jika ada produk yang kurang sesuai, ungkapkan dengan jujur. Pembaca menghargai transparansi lebih dari promosi yang dipaksakan.

4. Jadikan pengalaman sebagai prioritas

Saat diberi kesempatan test ride atau trial, catat impresi secara rinci: suasana, kenyamanan, hal kecil yang orang lain mungkin lewatkan. 

Itu yang bikin kontenmu beda!

Cerita singkat: momen yang tak terlupakan

Ada satu acara yang masih aku ingat jelas: saat itu masih sesi test ride, tiba-tiba, hujan turun sangat deras, kita semua berkumpul di tenda pinggir pantai menunggu hujan reda. 

Unit motor baru terparkir, masih ada plastik pelindung di beberapa bagian. 

Namun, sang hujan tak kunjung reda!

Sambil menikmati sisa hidangan kami duduk bareng. Bukan presentasi panjang—hanya obrolan ringan tentang kenyamanan jok, handling, dan aroma kopi. 

Di tengah obrolan, ada ide lucu: salah satu rekan media bilang, “Mumpung ada Mba Anggi, fotografer pro, yuk foto sambil main hujan-hujanan!” 

Jadilah kami semua yang hadir berubah profesi ke mendadak model dan basah kuyup! 

family day honda adv150 lamaru beach 2019

Ahhh, tawa, dan percakapan itu berubah jadi ide konten yang hangat dan ringan.

Momen-momen kecil seperti ini mengajarkan aku bahwa benefit jadi media partner bukan selalu soal headline besar—melainkan tentang unit kecil cerita yang tersambung satu sama lain!

Apa yang saya rasakan sekarang—setelah hampir 10 tahun?

Jika ditanya apakah aku bakal terus terlibat: jawabannya kemungkinan besar iya. 

Bukan karena kewajiban, tapi karena rasa ingin tahu dan kenyamanan yang terus ada.

Perjalanan ini seperti membaca buku yang halaman demi halamannya membuatmu penasaran ingin lanjut. 

Ada bab-bab lama yang hangat, dan halaman baru yang selalu terasa seperti undangan memikat.

Dan kalau menilik kembali ke kata benefit jadi media partner: untuk aku, ia punya dimensi praktis (produk, goodie bag, test ride) dan dimensi emosional (rasa dihargai, ruang berkarya, komunitas). 

Keduanya berbaur jadi alasan kenapa aku masih setia!

Tips singkat untuk calon media partner

Nah, kalau kamu baru mau mulai, berikut tips singkat yang bisa langsung dicoba:

  • Jaga portofolio: simpan artikel-event terbaik di satu folder atau page.
  • Bangun relasi: hadiri undangan, tapi jaga kualitas kontenmu.
  • Mutual benefit: pikirkan apa yang brand butuhkan dan bagaimana kamu memberi insight.
  • Jangan lupakan pembaca: konten harus tetap relevan bagi audiensmu—bukan hanya untuk brand.

Last but not least, kalau kamu tanya apa yang paling aku syukuri dari hampir 10 tahun ini—bukan keberhasilan artikel atau jumlah undangan. Melainkan momen kecil ketika seseorang bilang, “Kamu membuat kami melihat produk dengan cara baru!”

Jadi gimana… tertarik jadi media partner?

Selasa, 11 November 2025

Gak Mau Kantong Bolong? Begini Cara Pertama Kali ke Jepang Hemat dan Seru!

Gak Mau Kantong Bolong? Begini Cara Pertama Kali ke Jepang Hemat dan Seru!

Negeri sakura bukan cuma untuk orang kaya — ini cerita aku, yang merogoh kocek seminim mungkin tapi tetap dapet pengalaman tak terlupakan!”

1. Tentukan Waktu & Budget Sebelum Terbang

Kalau kamu ingin ke Jepang dengan budget terbatas, hindari musim puncak seperti sakura (Maret–April) dan musim gugur (Oktober). Pilih musim panas atau awal tahun — harga tiket bisa lebih murah hingga 40%!.

trik perjalanan hemat seru pertama ke Jepang

Lha, kamu sendiri berangkat bulan Oktober, Ann?

Jadi gini,

Sehubungan putri kami Yasmin diminta mulai bekerja secepatnya setelah ada kepastian CoE (Certificate of Eligibility) dari perusahaan sponsornya di minggu pertama September, aku memutuskan langsung secepatnya mulai berburu tiket promo dan mendapatkan harga terbaik di minggu terakhir September untuk berangkat minggu terakhir Oktober 2025.  Jadi, kurang lebih sebulan ya, "ngintip"nya via browser incognito. Hihihi.

Btw, CoE bukan visa ya guys, tetapi merupakan syarat penting untuk mengajukan visa jangka panjang (lebih dari 90 hari) karena berfungsi sebagai "lampu hijau" dari pihak imigrasi Jepang.

Jadi proses pengajuan CoE dilakukan oleh sponsor, bisa perusahaan, sekolah atau anggota keluarga di Jepang. CoE akan dikirimkan kepada kamu untuk digunakan saat mengajukan visa di Kedutaan Besar Jepang/Konsulat Jenderal sesuai dengan wilayah yurisdiksi KTP.

Berhubung Yasmin pemegang KTP, Kalimantan Timur maka pengajuan dilakukan di Japan Visa Application Centre (JVAC), Graha Bukopin Lantai 12, Surabaya

Balik lagi ke soal tiket promo, menurut aku, sering-sering aja berselancar ke situs airline atau OTA favoritmu ya.

Tips mencari tiket murah ke Jepang
Tiket ke Tokyo bisa jauh lebih murah jika kamu fleksibel soal tanggal.

2. Itinerary “Smart & Ringkas” Supaya Nggak Lelah di Jalan

Kesalahan klasik traveler pertama? Terlalu ambisius. Aku dulu pengen banget ke Tokyo, Kyoto, Osaka, dan Nara — dalam satu minggu! Hasilnya? Waktu habis di kereta, tenaga habis di jalan.

Pelajaran penting: lebih sedikit kota, lebih dalam pengalaman! 

Kalau kamu cuma punya waktu seminggu, fokus aja ke satu area — misalnya Tokyo dan sekitarnya (Yokohama, Hakone, Kamakura) atau Kyoto–Osaka.

Selain lebih hemat transportasi, kamu juga bisa menikmati suasana lokal tanpa terburu-buru.

Pemandangan malam Tokyo
Nikmati satu kota seutuhnya daripada berpindah-pindah tanpa sempat menikmati.

3. Transportasi: JR Pass vs Kartu IC

Begitu sampai Jepang, kamu akan langsung disambut dengan peta transportasi yang rumit — tapi jangan panik. Ada dua pilihan utama: JR Pass dan Kartu IC (Suica/Pasmo).

Kalau kamu hanya berkeliling di satu kota seperti Tokyo, JR Pass nggak wajib. Cukup pakai Suica atau Pasmo yang bisa di-top up di mesin otomatis. Tapi kalau kamu ingin keliling antar kota (Tokyo–Kyoto–Osaka), JR Pass bisa jadi pilihan hemat.

Gunakan aplikasi seperti Google Maps Offline untuk menghitung rute termurah.

Kartu JR Pass dan Suica
Kartu IC Jepang, seperti Suica, praktis untuk transportasi dalam kota.

4. Pilih Penginapan Strategis: Dekat Stasiun, Dekat Hati

Kebetulan tempat tinggal Yasmin dekat stasiun, jadi tips ke 4 ini memang fix terbukti. Apalagi saat berjalan kaki di seputaran perumahan di Seya-ku, Yokohama, rasanya sangat menyenangkan. 

Untuk pemula, pilihlah area yang terkoneksi langsung ke JR Line atau subway utama. Hindari lokasi terpencil meski terlihat murah, karena ongkos transportasi harian bisa malah lebih mahal.

Baca review penginapan di OTA favoritmu dan lihat foto nyata dari tamu sebelumnya. Kadang foto promo bisa menipu!

Guesthouse dekat stasiun Shinjuku
Penginapan kecil di dekat stasiun bisa jadi penyelamat waktu dan tenaga.

5. Kuliner Hemat Tapi Tetap Nikmat

Jujur aja, aku dulu berpikir makan di Jepang pasti mahal. Tapi ternyata, banyak makanan lezat dengan harga bersahabat. Konbini (minimarket seperti 7-Eleven, FamilyMart, Lawson) adalah surga bagi traveler hemat.

Kamu bisa dapat onigiri (nasi isi) mulai dari 120 yen, ramen instan fresh seharga 400 yen, bahkan bento lengkap di bawah 500 yen!

Tentu saja, sesekali boleh dong makan di restoran lokal untuk pengalaman kuliner khas. Tapi sisanya? Hemat nggak harus lapar!

Makanan hemat di minimarket Jepang
Makanan di konbini Jepang enak, terjangkau, dan praktis buat traveler.

6. Aktivitas Gratis yang Tetap Bikin Kagum

Jepang punya banyak kegiatan menarik tanpa harus keluar biaya besar. Beberapa favorit aku:

Kuncinya: nikmati suasana lokal. Duduk di taman sambil minum kopi kaleng dari vending machine pun bisa jadi momen damai yang kamu ingat selamanya.

Taman Ueno Tokyo di musim sakura
Menikmati sakura di taman umum—gratis tapi berkesan!

7. Persiapan Sebelum Berangkat: Fisik, Bahasa, dan Etika

Kalau ini perjalanan pertamamu ke Jepang, ada tiga hal penting yang perlu disiapkan: fisik, bahasa, dan etika.

Siapkan Fisik

Jalan kaki di Jepang bisa mencapai 15.000 langkah per hari! Pastikan kamu latihan ringan beberapa minggu sebelum berangkat.

Pelajari Frasa Dasar Jepang

Kata seperti “sumimasen” (permisi), “arigatou gozaimasu” (terima kasih), dan “ikura desu ka?” (berapa harganya?) bisa membuat interaksi jadi lebih menyenangkan.

Pahami Etika Lokal

Jangan bicara keras di transportasi umum, buang sampah di tempatnya, dan jangan makan sambil berjalan. Hal-hal kecil ini bikin kamu lebih dihargai sebagai wisatawan.

Etika dasar wisatawan di Jepang
Etika sederhana bisa bikin pengalamanmu di Jepang lebih menyenangkan.

8. Checklist & Tips Dompet Aman

  • Paspor & visa (jika diperlukan)
  • Asuransi perjalanan
  • Kartu debit/kredit bebas biaya internasional
  • Adaptor colokan Jepang (tipe A)
  • Uang tunai dalam yen (mesin ATM tidak semua menerima kartu asing)
  • Salinan digital semua dokumen penting

Selalu siapkan budget darurat sekitar 10% dari total perjalanan. Percayalah, ini bisa menyelamatkan kamu kalau ada hal tak terduga seperti kereta berhenti malam hari atau koper rusak.

Checklist lengkap sebelum liburan ke Jepang
Checklist simpel tapi penting sebelum berangkat ke Jepang.

9. Kesimpulan: Jepang Pertama yang Tak Terlupakan

Perjalanan pertama bersama keluargaku ke Jepang ini bukan liburan mewah. Tapi di setiap langkah — dari menikmati jalan pagi di Seya-ku , menyusuri jalan Uehara di Tokyo, sampai menikmati beras organik, telur, susu, keju, roti di dapur rumah  — aku merasa kaya pengalaman.

Dan yang paling aku syukuri? Aku membuktikan bahwa liburan ke Jepang bisa hemat, efektif, dan tetap penuh cerita indah.

Kalau kamu sedang menunda karena takut mahal, percayalah: yang mahal itu bukan tiketnya, tapi rasa penasaran yang tak pernah kamu wujudkan.

Jadi, kapan kamu berangkat?

Baca juga: Pengalaman Ramadan di Negeri Sakura

Baca juga: Osaka Castle Istana di dalam Taman

#TravelStory #JapanBudgetTrip #MimpiKeJepang #Storyof AnnaRosanna